Intel AS dan Cerita Perburuan terhadap Osama bin Laden

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

AS membutuhkan waktu satu dekade untuk menemukan persembunyian pemimpin Al-Qaeda ini.

Tanggal 2 Mei 2014 lalu menandai tahun ketiga terbunuhnya Osama bin Laden, pemimpin Al-Qaeda yang dianggap Amerika Serikat sebagai dalang di balik serangan 11 September 2001. Serangan menggunakan pesawat komersial sebagai senjata untuk menghantam menara kembar WTC di New York dan gedung Departemen Pertahanan AS itu menewaskan sekitar 3.000 orang.

Terbunuhnya Osama, yang dilakukan melalui sebuah operasi penyergapan oleh pasukan khusus US Navy SEALs pada 2 Mei 2011 di Abbotabad, Pakistan, itu tak lantas mengakhiri Al-Qaeda. Selang sebulan dari peristiwa itu, tepatnya 15 Juni, Al-Qaeda mengumumkan Ayman Al-Zawahiri sebagai penggantinya.

Krisis dan ketidakstabilan politik di Timur Tengah juga menjadi lahan subur bagi berkembang pesatnya Al-Qaeda, yang kemudian memiliki afiliasi di Timur Tengah dan Afrika. Tak mengherankan jika Departemen Luar Negeri AS, dalam pengumuman soal ancaman terorisme 30 April 2014 lalu, menjadikan Al-Qaeda dan afiliasinya sebagai ancaman utama dalam serangan terorisme.

Tewasnya Osama memang tak mengakhiri kasus terorisme, namun itu menjadi catatan kemenangan tersendiri bagi AS. Penyerbuan tim Navy SEALs itu mengakhiri perburuan panjang dan melelahkan intelijen AS selama lebih dari satu dekade untuk menemukan pria kelahiran Arab Saudi yang dianggap sebagai otak peristiwa 9/11 -sebutan untuk peristiwa 11 September 2001.

Peristiwa 9/11 menjadi dalih utama AS menyerang Afganistan, Oktober 2001, karena negara yang diperintah oleh Taliban itu tak bersedia menyerahkan Osama yang berada di negara itu. Serangan darat yang dimulai sejak 7 Oktober itu berujung pada jatuhnya pemerintahan Taliban di Kabul dalam waktu singkat.

Setelah negara itu jatuh, Osama tak langsung menyerah. AS menyerbu lembah Tora Bora, yang dianggap sebagai tempat persembunyiannya. Ia lolos dari serangan itu dan dikabarkan menyeberang ke Pakistan, Desember 2001. Setelah itu, Osama seperti menghilang dari radar Amerika, meski beberapa tahun kemudian sempat dikenali dengan bukti yang lamat-lamat.

Menurut Matthew M. Aid dalam Intel Wars: The Secret History of The Fight Against Terror, AS mengubah taktik dalam mencari Osama setelah ia lolos dari Tora Bora. AS lantas berusaha mengidentifikasi kurir Osama, yang biasanya membawa pesan ke dan dari pengikut dan pendukungnya.

Bagian dari usaha itu, intel AS menyadap telpon biro Al-Jazeera di Islamabad. Sejumlah jurnalis Pakistan yang diketahui memiliki kontak dengan Bin Laden atau orang dekatnya, diawasi oleh badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA). Harapannya, jurnalis itu suatu saat dihubungi oleh orang dekat Osama, yang itu akan bisa memberi petunjuk ke lokasi persembunyiannya. Tapi, pengintaian itu tak menghasilkan petunjuk seperti yang diharapkan.

Pada tahun 2003, sejumlah anggota Al-Qaeda yang ditahan, termasuk Khalid Sheikh Mohammed (KSM), mengidentifikasi seseorang yang dianggap sebagai kurir utama Osama, yang memiliki nama gerilya Abu Ahmed Al-Kuwaiti. KSM dianggap AS sebagai kepala operasi serangan 9/11. Tahun 2004, pemimpin Al-Qaeda lainnya, Hassan Ghul, yang ditangkap di Irak, mengkonfirmasi identitas al-Kuwaiti sebagai kurir Osama.

Pada pencarian awal oleh agen CIA yang menyamar dan hasil pencegatan lalu lintas komunikasi Al-Qaeda, ada indikasi bahwa Osama ada di Pakistan utara. Hanya saja, informasi itu tak membuahkan hasil nyata.

Informasi kuat terakhir soal keberadaan Osama terdeteksi pada 2004 ketika intelijen sinyal AS, National Security Agency (NSA) mencegat sebuah pesan yang menyebut kata "Sheikh", sebutan untuk Osama, di dalamnya. Setelah ditelusuri, bahan itu tak menghasilkan petunjuk nyata yang bisa menunjuk ke tempat persembunyiannya.

Setelah itu, selama enam tahun agen CIA di kantor Islamabad melancarkan penjaringan informasi untuk mencari Al-Kuwaiti di Pakistan. Mereka mengedarkan fotonya kepada intelijen Pakistan dan aparat keamanan setempat. Hanya saja, pencarian itu berakhir sia-sia.

Saat Barack Obama menjadi presiden menggantikan George W. Bush pada tahun 2009, perburuan terhadap Osama lebih ditingkatkan. “Jadikan upaya pembunuhan atau penangkapan terhadap bin Ladin sebagai prioritas utama dalam perang melawan Al Qaeda,” kata Obama kepada Direktur CIA Leon Panetta, seperti dikutip Peter Bergen dan Graham Allison dalam tulisan berjudul The Last Days of Osama bin Laden dalam Time edisi 7 Mei 2012.

Baru pada tahun 2010 NSA berhasil mencegat panggilan telpon yang itu memberi petunjuk ke lokasi persembunyian Al-Kuwaiti. Agen CIA lantas menemukannya di kota di utara Pakistan, Peshawar. Saat itu ia diketahui sedang mengirim materi kepada wartawan Pakistan yang bersimpati kepada Al-Qaeda.

CIA lantas bergegas mengumpulkan tim pengintaian yang ada di Pakistan untuk mengikuti al-Kuwaiti. Perintahnya, ia jangan ditangkap dan intelijen Pakistan tak usah diberitahu soal ini. Tim pengintai diperintahkan mengikuti al-Kuwaiti dari dekat dengan harapan itu akan menunjukkan ke lokasi persembunyian Osama. Taksiran CIA benar. Pelacakan al-Kuwaiti menuntunnya ke sebuah perumahan tersembunyi di Abbotabad.

Salah satu rahasia dari tak terdeteksinya pelacakan terhadap al-Kuwaiti ini karena CIA diam-diam merekrut dan melatih tim kecil operator di Pakistan, yang umumnya adalah mantan polisi. Agen-agen ini bisa melakukan banyak hal di lapangan dibanding agen CIA yang gerak-geriknya diawasi ketat oleh intelijen Pakistan, Direktorat Inter-Services Intelligence (lebih dikenal sebagai Inter-Services Intelligence atau dengan inisialnya, ISI). Agen didikan CIA ini yang mengendalikan agen lapangan, melakukan pengintaian fisik dan elektronik, memasang penyadap, mengoperasikan peralatan pelacakan telpon, dan sebagainya.

Setelah al-Kuwaiti diikuti dan diketahui masuk ke sebuah rumah di Abbotabad, agen CIA ini lantas menyewa rumah yang tak jauh dari lokasi itu. Rumah itu segera berubah menjadi pos pemantauan canggih, lengkap dengan kamera inframerah yang bisa memotret di malam hari, memiliki peralatan video canggih, teleskop yang terhubung dengan kamera digital generasi terbaru, dan penerima pelacakan telpon seluler.

Pada waktu itu, CIA belum bisa memastikan siapa yang bersembunyi di balik rumah itu selain al-Kuwaiti dan keluarganya. Pertanyaannya, siapa orang penting al-Qaeda di rumah itu? Pada pertengahan Februari 2011, informasi intelijen dari berbagai sumber meyakinkan pemerintahan Obama bahwa tokoh senior al-Qaeda yang ada di dalam rumah itu, meski tak bisa dipastikan siapakah orangnya. Sebagian besar bertaruh bahwa orang di dalam rumah itu adalah Osama. Taksiran itu tak meleset.

Pada Jumat pagi 29 April 2011, Obama memberikan perintah untuk meluncurkan operasi yang kemudian dikenali dengan nama sandi Neptune Spears. Tanpa memberitahu Pakistan, US Navy SEALs bergerak dari pangkalannya di Afganistan menuju Abbotabad. Tim yang terdiri dari 23 tentara dan penerjemah itu tiba 2 Mei 2011, melakukan penyerbuan dalam waktu kurang dari satu jam ke rumah itu, yang kemudian berujung pada tewasnya Osama. @

Bagikan Artikel Ini
img-content
Abdul Manan

Jurnalis yang tertarik mengamati isu jurnalisme, pertahanan, dan intelijen. Blog: abdulmanan.net, email abdulmanan1974@gmail.com

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler