Metamorfosis

Senin, 15 November 2021 16:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah kecelakaan tragis membuat seorang primadona kampus jadi kehilangan kecantikannya. Pacarnya berusaha mencari solusi untuk menyembuhkan si primadona itu; sampai-sampai dia meminta bantuan ke seorang mahasiswa kedokteran yang dikenal dengan eksperimen-eksperimen gilanya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Apakah si primadona kampus itu berhasil mengembalikan kecantikannya?

Temanku, Dorman. Bagiku dia adalah orang yang sangat beruntung; selain dikenal sebagai salah satu mahasiswa yang berprestasi, tapi juga berhasil memenangkan hati seorang primadona kampus, bernama Ginela. Tampaknya hubungan asmara mereka berjalan lancar, sampai setelah dua bulan kemudian, Ginela mengalami sebuah kecelakaan tragis, sehingga menciptakan luka cacat yang parah dan permanen; menghancurkan wajahnya; sekaligus menghapus gelarnya sebagai primadona kampus. Banyak orang yang bersimpati kepadanya, tapi tidak sedikit juga yang menjauhinya.

Kini Ginela lebih sering mengisolasi diri di dalam rumahnya, dengan wajah yang tertutup rapat oleh perban. Dorman merasa prihatin dengan keadaan Ginela, sehingga dia datang kepadaku demi meminta solusi untuk mengatasi tragedi yang menimpa pacarnya. Sejujurnya aku tidak tahu harus memberi solusi apa ke Dorman. Sebab, tampaknya mereka tidak bisa menerima keadaan, sehingga menolak segala nasihat bijak yang telah diberikan oleh orang-orang di sekelilingnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sampai akhirnya terlintas sebuah ide di benakku untuk menyarankannya melakukan operasi plastik. Tetapi Dorman tidak setuju dengan ide itu; karena biaya operasi plastik tidak murah; ditambah lagi Ginela berasal dari keluarga kelas menengah. Setelah melewati diskusi yang sengit, akhirnya muncul sebuah nama yang cukup kontroversial di kampus, yaitu Maryanto Adicipta. 

Maryanto Adicipta adalah seorang mahasiswa kedokteran yang dikenal dengan teori-teorinya yang liar - bahkan terdengar gila - untuk pemikiran sains, sehingga secara luas membuatnya diejek oleh fakultas dan rekan-rekan mahasiswanya. Selain itu, Maryanto juga seringkali melakukan serangkaian eksperimen aneh, demi membuktikan teori liarnya. Tidak ada informasi yang jelas dari hasil eksperimennya itu; selain berujung konflik dengan para dosen; sampai akhirnya dia dilarang keras melakukan eksperimennya oleh dekan fakultas. Mereka juga merahasiakan hasil eksperimen Maryanto, serta setiap ada yang menyinggungnya, maka akan muncul raut wajah kengerian dan trauma di wajah mereka, sehingga membuat mereka marah atau menghindari topik tersebut. Walhasil, Maryanto lebih banyak meluangkan waktu di dalam laboratorium pribadi yang dibangun di rumah kontraknya, demi melakukan eksperimennya secara rahasia.

Aku sangat terpesona saat mendengar cerita tersebut, sekaligus penasaran dengan eksperimen-eksperimennya. Walaupun begitu, aku tetap tidak menyarankan Dorman untuk membawa Ginela ke Maryanto, sebab tidak ada yang tahu pasti perihal yang akan diperbuatnya. Dorman hanya diam setelah mendengar saranku dengan tatapan kosong tapi menyembunyikan sesuatu di dalam pikirannya, sehingga membuatku tidak yakin bahwa dia akan menuruti saranku.

****

Satu bulan sudah berlalu dan aku tidak melihat Dorman di kampus. Dia juga tidak dapat dihubungi; bahkan tidak ada di kosnya. Perihal tersebut membuatku merasa khawatir. Sampai pada satu hari - secara tidak terduga - aku melihat Dorman datang ke kampus bersama seorang perempuan cantik - sangat cantik bagaikan peri, sampai-sampai menarik perhatian semua orang di sekitarnya - dan perempuan itu adalah Ginela. Aku sangat terkejut dengan penampilan baru Ginela yang telah pulih dari kecacatannya, sehingga tampak seperti orang yang berbeda. Mereka berjalan seperti sepasang selebriti yang berkarisma, sehingga membuatku tidak dapat berkata apa-apa.

Lantas saat jam makan siang, aku segera menemui Dorman di kelasnya untuk menanyakan tentang perihal yang telah terjadi pada Ginela. Tanpa banyak basa-basi, Dorman segera mengajakku ke suatu tempat yang sepi untuk menceritakan sebuah cerita yang membuatku tergemap, sekaligus kecewa daripada senang. Tampaknya kekhawatiranku telah menjadi kenyataan; Dorman pergi ke Maryanto untuk memintanya menyembuhkan Ginela. Aku hampir saja berteriak memaki Dorman, tapi beruntung aku masih dapat mengendalikan emosiku. 

Kemudian Dorman melanjutkan ceritanya; bahwa Maryanto bersedia menyembuhkan Ginela tanpa dipungut biaya dengan dalih sebagai objek eksperimennya; tapi dia juga meminta kesepakatan agar Dorman tidak kecewa dan bersedia menerima hasilnya apa-pun yang terjadi. Tanpa berpikir panjang, Dorman menyetujui kesepakatan itu. Lantas di keesokan harinya; Dorman berhasil meyakinkan kedua orang tua Ginela untuk mendapatkan izin membawanya pergi dengan alasan fiktif yang tidak mencurigakan. Arkian, Dorman segera membawa Ginela ke rumah kontrak Maryanto.

Setelah itu, aku langsung bertanya ke Dorman tentang perihal yang dilakukan Maryanto pada Ginela. Tetapi Dorman hanya menjawab;

"Itu sesuatu hal yang menakjubkan! Aku belum pernah melihatnya!"

"Apa maksud kamu?"

"Aku tidak dapat menceritakannya secara detail."

Aku terus mendesak Dorman untuk menceritakannya. Alhasil, Dorman berusaha menjelaskan dengan sederhana, bahwa Maryanto mengambil sebuah metode metamorfosis kupu-kupu untuk proses penyembuhan Ginela. Sebagaimana kupu-kupu lahir sebagai ulat yang menjijikan; lalu berkembang menjadi kepompong; kemudian berkembang lagi menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Dari metode itulah Maryanto mendapat ide untuk menyembuhkan Ginela - sekaligus mengembalikan kecantikannya - dengan melakukan transplantasi sel DNA kupu-kupu ke dalam tubuhnya. Alhasil, terjadilah sebuah metamorfosis - serupa dengan kupu-kupu - pada Ginela. Dari yang cacat parah; menjadi kepompong; hingga lahir kembali dengan fisik yang lebih cantik daripada sebelumnya.

Itu adalah sebuah cerita yang terdengar gila dan fiktif. Akan tetapi, Dorman bersikeras mengatakan bahwa semua itu adalah nyata. Bahkan dia sampai bersumpah bahwa dia telah menyaksikannya secara langsung proses metamorfosis Ginela. Dorman mengaku bahwa dia sendiri juga tidak percaya dengan matanya, terutama saat dia melihat kepompong berukuran tubuh manusia, dengan Ginela yang berada di dalamnya. Tetapi itulah kenyataan yang terjadi, dan sekarang Ginela telah sembuh dan mendapatkan kembali kecantikannya. Kecantikan yang berkali-kali lipat daripada sebelumnya. Setelah mendengar penjelasan tersebut, aku tidak dapat berkata apa-apa dengan batin yang penuh syak wasangka.

****

Beberapa hari kemudian, saat malam minggu, aku berkunjung ke kos Dorman untuk mengembalikan beberapa barang yang kupinjam di kampus. Setibanya di sana, aku mendapati banyak orang yang sedang berkumpul di depan pintu kamarnya. Mereka semua terlihat panik. Lantas aku segera mendekati mereka, dan menanyakan perihal yang sedang terjadi.

Salah satu dari mereka menceritakan bahwa dia mendengar suara jeritan Dorman dari dalam kamarnya, dan itu terdengar seperti orang yang sedang dimangsa binatang buas. Karena dia sangat ketakutan setelah mendengar jeritan tersebut, maka dia segera mengumpulkan beberapa orang untuk mengecek kamar Dorman. Akan tetapi, kamar itu terkunci dari dalam, serta hampir setengah jam tidak ada balasan darinya. Alhasil, beberapa dari mereka segera memanggil satpam penjaga kos dan sekarang sedang menunggu kedatangannya.

Selang beberapa lama kemudian, datanglah seorang satpam penjaga kos. Kemudian satpam itu segera membuka paksa pintu kamar Dorman; lalu kami semua mendapatkan sebuah pemandangan yang mengerikan; sehingga menginfeksi kami dengan teror yang mengintai dari balik bayangan tergelap di dalam imajinasi manusia. Aku tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata akan sebuah pemandangan yang kulihat langsung dari tepi kegelapan. Di mana darah berceceran dan menodai segala sudut kamar, serta potongan-potongan tubuh manusia yang berserakan di mana-mana. Tetapi itu belum seberapa dengan sosok perempuan yang memiliki bentuk tubuh distorsi dan tampak seperti serangga; serta memiliki rupa yang sangat menyeramkan. Dia sedang memakan tubuh Dorman yang tergeletak berantakan di atas kasur. Bergidik ngeri aku saat melihat pemandangan itu, serasa sedang menyaksikan sebuah mimpi yang paling buruk di dalam hidupku.

Orang-orang sangat ketakutan melihat sosok perempuan itu. Sampai akhirnya satpam penjaga kos berusaha memberanikan diri untuk mendekat dan menangkapnya. Namun dengan sangat gesit, perempuan itu langsung melompat ke dinding; merangkak selayaknya serangga; mengeluarkan tatapan yang menakutkan; sekaligus melempar jeritan yang membangkitkan kengerian akut. Walhasil, satpam itu bergegas pergi meninggalkan kamar. Sedangkan yang lainnya segera mengunci pintu kamar tersebut dan mengamankannya; sekaligus berharap agar perempuan itu tidak bisa menerobos keluar. Seberapa dari mereka mulai menghubungi polisi dengan penuh kepanikan.

****

Setelah beberapa waktu telah berlalu; perihal yang tersisa untuk diceritakan secara singkat sudah sangat akrab dengan apa yang tertulis di berita kabar. Sebuah penemuan makhluk asing yang mengerikan di dalam kamar kos pria, sehingga membuat gempar satu kota, atau bahkan seluruh negara. Lebih-lebih proses penangkapan makhluk tersebut sangat dramatis; sampai-sampai pihak polisi harus memanggil bantuan dari tim khusus. Walhasil, peristiwa tersebut menjadi sebuah berita terlaris, sekaligus konsumsi paling sedap untuk publik.

Kini makhluk itu telah diidentifikasi bernama Ginela - berkat dari kartu identitas, pakaian, dan barang-barang yang tertinggal di dalam kamar kos - dan dikurung di dalam sebuah penjara khusus yang terisolasi dari publik. Informasi terakhir - mengenai Ginela - yang berhasil kudapat adalah dia telah mengalami transformasi fisik menjadi lebih menyeramkan; terlihat seperti manusia serangga; jauh dari kesan cantik dan anggun. Selain itu, dia telah mengeluarkan beberapa telur yang tampak seperti gelembung padat, sekaligus anak-anak dari Dorman. Bahkan dia mulai menciptakan sebuah sarang di dalam penjara - dari sebuah cairan dari dalam tubuhnya - untuk menampung telur-telurnya.

Orang tua Dorman sangat terpukul atas kematian putranya, sedangkan orang tua Ginela sangat terkejut saat melihat transformasi mengerikan putrinya. Lantas mereka semua meminta pihak polisi untuk segera menyelidiki penyebab dari tragedi tersebut. Akhirnya permintaan mereka dikabulkan, dan penyelidikan membuahkan hasil. Polisi berhasil menangkap Maryanto dan memasukkannya ke dalam penjara. Berdasarkan dari hasil penyelidikan polisi, Maryanto terbukti bersalah karena telah melakukan eksperimen ilegal. Akan tetapi, ada banyak pihak yang mempertanyakan kebenarannya, karena mereka skeptis jika seorang bocah ingusan dapat menciptakan sebuah makhluk yang dahsyat.

Dalam sebuah kesempatan, aku menyempatkan waktu untuk menemui Maryanto di penjara, untuk meminta penjelasan atas perbuatannya. Dengan dingin Maryanto menjelaskan dengan bahasa ilmiah yang rumit dan absurd. Tetapi aku berhasil menangkap intinya, bahwa dia hanya menyembuhkan Ginela dengan metode transplantasi sel DNA kupu-kupu ke dalam tubuhnya, agar dia dapat menyembuhkan diri secara natural. Tetapi karena proses penyatuan sel DNA kupu-kupu dengan sel DNA Ginela mengalami hambatan dan kurang sempurna, sehingga Maryanto harus menambahkan beberapa sel DNA dari serangga lainnya seperti kumbang, belalang, capung, dan sebagainya. Akhirnya sel-sel DNA serangga tersebut berhasil menyatu dengan sangat sempurna bersama sel DNA Ginela. Walhasil, Ginela telah terlahir kembali, tapi bukan manusia seutuhnya; melainkan sebuah spesies baru; yaitu makhluk hibrid manusia-serangga.

Maryanto juga berpendapat; tampaknya Dorman mengajak Ginela untuk melakukan hubungan seksual di kamar kosnya. Tetapi dia tidak sadar bahwa Ginela yang sekarang sudah berbeda. Dorman juga tidak tahu, bahwa beberapa sel DNA serangga yang ditransplantasi ke tubuh Ginela berasal dari serangga yang mempraktikkan kanibalisme seksual, di mana si betina akan memangsa si jantan selama melakukan hubungan seksualnya. Sedangkan transformasi fisik Ginela itu disebabkan oleh mutasi sel yang terjadi di dalam tubuhnya.

Penjelasan itu membuatku menjadi geram, ngeri, dan takjub. Tetapi semua berubah menjadi kecemasan, setelah Maryanto berbisik kepadaku bahwa dia tahu jika aku yang menyebutkan namanya ke Dorman, sehingga secara tidak langsung aku telah merekomendasikan dirinya. Namun Maryanto tidak menceritakannya ke polisi, karena dia merasa berterima kasih kepadaku. Berkatku dia berhasil mempertontonkan hasil eksperimennya ke publik, meski banyak orang yang masih meragukannya. 

Setelah mengatakan itu, Maryanto lantas pergi kembali ke sel tahanannya dan meninggalkanku yang sedang termenung penuh kecemasan. Aku teringat bahwa aku pernah secara tidak sengaja menyebut nama Maryanto ke Dorman - sewaktu berdiskusi sengit - sehingga perasaan bersalah mulai menghantuiku. Alhasil, sejak hari itu, aku menjalani hari-hari dengan rasa cemas, bersalah, takut, dan berbagai macam perasaan lainnya yang menyiksa batinku. Tampaknya aku mulai kehilangan kewarasanku secara perlahan-lahan, serta hidup dalam teror kengerian dan trauma yang mengintai dari sisi paling gelap di dalam pikiran manusia.

****

Bagikan Artikel Ini
img-content
Elnado Legowo

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua