x

Iklan

Indah Purwaningsih

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 November 2021

Rabu, 17 November 2021 15:57 WIB

Jejak Sang Senja

Sebuah kisah yang dimulai dengan sebuah pertemuan singkat dan juga perpisahan, tentang sebuah luka dan juga harapan. Tuhan mengapa senja itu begitu indah namun hanya Kau nampakan sesaat? Lama aku menunggunya hadir, namun kau menghilangkannya begitu cepat. Waktu yang berjalan adalah bukti bahwa kamu pernah membuat kisah disetiap detiknya. Entah kisah yang memalukan, menyedihkan atau mungkin saja menarik. Sama halnya kisahku yang akan ku ceritakan, tentang sebuah pertemuan singkatku dengan seseorang yang sempat menjadi tokoh utama dalam hidupku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah kisah yang dimulai dengan sebuah pertemuan singkat dan juga perpisahan, tentang sebuah luka dan juga harapan. Tuhan mengapa senja itu begitu indah namun hanya Kau nampakan sesaat? Lama aku menunggunya hadir, namun kau menghilangkannya begitu cepat. Waktu yang berjalan adalah bukti bahwa kamu pernah membuat kisah disetiap detiknya. Entah kisah yang memalukan, menyedihkan atau mungkin saja menarik. Sama halnya kisahku yang akan ku ceritakan, tentang sebuah pertemuan singkatku dengan seseorang yang sempat menjadi tokoh utama dalam hidupku.

Aku berjalan menyusuri bibir pantai berlaut pasir, sesekali memainkan airnya. Aku tak sendiri, ada dia sosok yang akan menjadi pelengkap dalam cerita ini. Aku menoleh kebelakang menatap siluetnya yang berjalan perlahan mendekatiku. Tubuh tingginya berjalan tegak, dengan rambutnya yang sesekali dimainkan oleh angin. Aku tersenyum menatapnya yang sibuk menata rambutnya. "Ta! Kamu cepet banget sih jalannya!" Ucapnya menggerutu, "Kamu aja yang lemot" Ucapku meninggalkannya. Ya, Dia Alex seseorang yang pernah menjadi penghibur untukku dan juga luka bagi hatiku.

Aku diam terpaku duduk menatap lurus kedepan. "Ta! Gita?" Ucapnya menyusulku duduk, "Apa?" Ucapku. "Citra gak main?" Ucapnya tersipu, aku menoleh mentapnya menyelidik "Kenapa? Kamu rindu?" Ucapku mengejek, dia diam memanyunkan bibirnya, aku tertawa ringan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku menatap sang mentari yang kini hanya tersisa cahayanya, menceritakan lewat tatapan akan rasa yang tersimpan. Sebuah pertemuan yang menimbulkan kerinduan, adalah ketika aku bertemu dengannya. Tentang tukar sapa dan senyum untuk pertama kalinya.

"Ta!" Panggilnya mengagetkanku, "Kamu kenapa sih dari tadi dipanggil diem aja!" Ucapnya menatapku, aku hanya menghelan nafas "Aku mau cerita!" Ucapnya, aku menatapnya "Jadi ta! Aku pacaran sama Citra!" Ucapnya malu - malu. Aku diam mengatur ekspresiku. "Aku udah tau!" Dia menoleh menatapku terkejut "Siapa yang ngasih tau?" Tanyanya bingung "Citra!" Ucapku "Padahal aku udah bilang sama dia biar aku aja yang kasih tau kamu!" Aku menghelan nafas panjang, "Kemarin dia ketempatku, bilang Ta Alex suka sama aku, dan aku juga suka sama Alex jadi kita pacaran!" Ucapku menahan air mataku. "Terus kamu bilang apa" aku hanya diam, dan saat itu pun aku juga diam. "Kamu cuma diem?" Ucapnya sedikit kesal "Terus kamu mau aku gimana?" Tanyaku dengan sedikit marah. Dia diam tak pernah melihatku marah seperti ini. "Ya bilang apa gitu" ucapnya sambil mengusap rambutnya.

Aku masih mengatur ekspresiku, tersenyum getir. "Jadi aku harus bilang apa! Ketika temenku pacaran sama sahabatku sendiri yang jelas - jelas aku suka! Selamat?" Dia menatapku dengan ekspresinya yang bingung "Apa maksudmu?" Ucapnya tergagap. "Aku suka sama kamu lex!" Dia menelan ludahnya terkejut beranjak berdiri "Kitakan sahabat Ta!" Ucapnya. Aha lucu sekali, "Jadi apa menurutmu kita gak bisa saling suka? Kalau kamu gak suka sama aku bilang aja! Gak usah bawa - bawa status kita, itu cuma alesan yang kamu buat aja!" Ucapku berajak berdiri menatapnya, dia mengusap rambutnya kembali. "Kamu tau lex aku gak akan semarah ini, kalau wanita itu bukan dia!" Ucapku menekan suaraku "Jelas - jelas dia tahu, gimana perasaanku!" Aku menggigit ujung bibirku menahan air mataku "Apa maksudmu! Kok kamu bilangnya gitu" Ucapnya sedikit marah, aku menatapnya tajam.

Semua menjadi senyap dalam diam, semilir angin pantai yang mulai menusuk tulang membuat suasana menjadi semakin suram. Aku menghelan nafas, "Udah lupain aja lex, kayaknya emang gak bisa! Udah cukup, aku rasa aku akan berhenti disini!" Aku menatapnya "A.. Apa maksudmu Ta? Jangan bilang kamu mau mutusin tali persahabatan kita yang udah lama terjalin, hanya karena ada ikatan baru yang terbentuk! jangan bercanda!" Ucapnya sedikit meninggikan suaranya. "Aku bener - bener pengecutkan? Aku memilih pergi daripada menghadapi semuanya!" Ucapku menatapnya "Maka dari it-" Aku memotongnya bicara lantas menatapnya lekat "Aku gak sekuat yang kamu pikir lex!" Wajahnya nampak terkejur, diam membeku menatapku. "Aku pikir ini akan sangat menyakitkan jika dilanjutkan! Aku gak punya pikiran buat mutus tali persahabatan kita tapi lex, aku takut menjadi serangga pengganggu diantara kalian hanya karena statusku yang pernah menyukaimu! Aku takut melihatmu lebih bahagia saat bersamanya daripada saat bersamaku, itu akan sangat menyakitkan saat aku melihatnya." Aku masih menahan air mataku.

Perlahan hari semakin gelap, senja yang tadi sendu menghias kini telah hilang. "Kamu boleh tetap menemuiku, tapi lex tolong jangan bercerita tentang wanitamu, karena itu akan sangat menyakitkan untuk aku mendengarnya, ceritamu dan wanitamu!" Ucapku menatapnya lekat menggambar sketsa wajah untuk diingat. "Ta?" Panggilnya lirih, "Maaf lex, maaf karena aku terlalu pengecut untuk tetap bertahan!" Ucapku berpaling meninggalkannya. Dia hanya menunduk dalam, tanpa sadar pantai itu menyaksikan semuanya lukaku, perasaanku, dan air mataku.

Esok harinya sekolah seperti biasa hanya saja sedikit berbeda, menyusuri jalan sendirian berteman sang mentari. Aku berjalan dilorong lorong kelas melalui beberapa siswa yang lalu lalang. Aku menghentikan langkahku ketika melihat sosoknya yang melihatku pedih, menatapku dari kejauhan serasa ragu akan menghampiri, aku berjalan mendekat. "Alex" suara yang sangat ku kenal ya itu citra memeluknya dari belakang. Aku diam menatapnya alex menatapku pedih, aku menghelan nafas lantas melangkah menuju kelas. "Git-?" Sapa alex tak dilanjutkan, aku memotongnya sebelum dia benar - benar menyapaku "Evan!" Panggilku berlari menghampiri sosok lelaki berkaca mata lewat begitu saja melalui mereka, nampak Alex hanya termangu menatapku. "Gita? Tumben gak sama Alex?" Ucapnya bertanya "Emm jadi aku gak boleh jalan sama kamu?" Tanyaku bercanda, dia tersipu malu menatapku.

Jangan berharap terlalu banyak, jangan menanti terlalu lama, jangan mencintai terlalu dalam. Waktumu berharga untuk seseorang yang hanya sementara singgah dalam ceritamu. Sebuah kisah bukanlah luka namun pelajaran. Kata senja, dia lelah bila terlalu lama menunjukan keindahannya, karena itu terlalu berharga. Meski hari ini senja merekam kenangan yang menyakitkan untukmu, namun esok nya senja kan datang menghiburmu dengan membawakan kertas dan pena yang baru. Jangan terlalu bersedih untuk masa lalu mu, karena itu hanya bagian dari coretan tita dalam sebuah kertas yang mulai usang.

Ikuti tulisan menarik Indah Purwaningsih lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB