x

Iklan

dudung solahudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 November 2021

Jumat, 19 November 2021 06:02 WIB

Ganti Metode Mengajar

Seorang guru harus mampu menghidupkan kelas dengan cara dan model tertentu sesuai dengan karakter guru tersebut. banyak metode mengajar yang sudah di temukan oleh ahli pendidikan agar Tujuan Belajar dan Mengajar berhasil dalam sebuah pendidikan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

OLeh: Dudung Solahudin

 

“Silahkan siapa yang mau mencoba melanjutkan kalimat yang ada di papan tulis?,” ucapku suatu saat ketika memberikan soal pretest Bahasa Arab. Sengaja aku memberikan soal yang belum dipelajari di awal pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh siswa siswi mengetahui materi yang akan aku sampaikan. seperti biasa aku pun memberikan post tes setelah pembelajaran selesai. Pretest adalah tes yang dilakukan diawal pembelajaran sedangkan post test adalah tes yang dilakukan diakhir pembelajaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Aku senang belajar Bahasa Arab bersama Pak Solah, walaupun cukup sulit bagiku pelajarannya tapi Pak Solah orangnya sabar.”

“Sabarnya kenapa?” tanya salah satu temannya. “Pak Solah itu gak pernah marah,” celetuk temannya. “Selain itu, Pak Solah kalau ngajar bisa difahami dan selalu menanyakan kepada kita ngerti apa engganya,” sahut temannya yang lain.

Dialog itu tidak terdengar lagi dan suasana hening. Ternyata mereka tahu kalau aku sedang berjalan dan akan melewati tempat mereka mengobrol. Itulah potongan dialog siswa siswi SLTA terdengar pelan olehku ketika aku tak sengaja lewat di salah satu depan sebuah kelas.

Solah adalah awalnya seorang guru di salah satu Madrasah Tsanawiyah swasta daerah  Bogor bagian Timur. Profesinya sebagai guru dimulai sejak tahun 1998. Awal 1997 aku sudah di percaya memberikan pelajaran bahasa arab di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah (MTs). Pengetahuan dan pengalaman belajar  Bahasa Arab waktu aku sekolah di Madrasah Aliyah yang lulus tahun 1996,  aku ajarkan kembali kepada siswa siswi MTs kelas 1.

Walaupun aku belum sarjana saat itu, namun Kepala Madrasah mengetahui kompetensi aku di bidang Bahasa Arab  saat sekolah dulu, walaupun hanya dasarnya saja. Seorang guru sebelum tahun 2005 bisa mengajar di tingkat SLTP walaupun belum menempuh S1 karena saat itu belum ada ketentuan syarat S1 bagi guru yang mengajar sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 9 mengamanatkan setiap guru wajib memperoleh kualifikasi akademik minimal S1/D4.

Pada tahun 2005 di Yayasan yang sama berdirilah sebuah lembaga Pendidikan SLTA dan aku menjadi staf Tata usaha di SLTA tersebut karena ijazah yang tidak mencukupi syarat untuk mengajar sebab ijazah yang terakhir yang kumiliki adalah ijazah Madrasah Aliyah. Baru 9 tahun kemudian (2014) aku di ijinkan boleh mengajar di SLTA setelah Kepala Sekolah SLTA yang kebetulan masih kakak sepupu mengetahui aku sedang kuliah S1 di salah satu perguruan tinggi daerah Bekasi.

Menjadi seorang guru memang salah satu cita-cita ku sejak kecil karena aku sedikit sudah mulai faham bahwa mengajar dan mendidik itu sesuatu yang indah dan menyenangkan. Status sosial di masyarakat sebetulnya tidak terlalu menjadi tujuan, namun yang  terpenting adalah dengan menjadi guru sebenarnya mendidik diri kita sendiri untuk menjadi teladan masyarakat. Menjadi seorang guru akan membuat kita terus belajar seperti dalam sabda nabi dikatakan “ carilah ilmu dari buaian hingga ajal menjemput.” Atau dalam sabda nabi yang lain dikatakan “ilmu adalah bagaikan sesuatu yang hilang.” Artinya adalah teruslah mencari ilmu seperti kita kehilangan sesuatu. Inilah salah satu motivasiku masih bertahan hingga saat ini.

“Aku sudah bosan ngajar,” ujarku suatu hari kepada ayahku. “Kenapa?” ayahku bertanya. Aku terdiam dan suasana hening seketika. Sambil menghisap rokok yang tinggal sedikit lagi ayahku berkata, ”Jangan berhenti mengajar, manfaatkan ilmu yang ada, jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain walaupun mengajarkan a,b,c dan d.”

Aku masih terdiam sambil mendengar ayahku memberikan pendapatnya. Setelah aku berfikir sejenak dan tepatnya setelah 5 hari aku merenung. “Aku harus menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain walaupun ilmu pengetahuanku terbatas,” bisikku dalam hati.

Ayahku adalah pensiunan guru di sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebuah lembaga pendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD) di daerah yang lokasinya tidak jauh dari rumahku. Menurutku, Ayahku seorang guru yang hebat. Beliau mampu mengayomi anak-anak didiknya. Pernah suatu hari ketika ayah mengajar ada salah satu peserta didik di MI tidak punya buku dan pulpen. Dengan penuh simpati ayah memanggil muridnya tersebut ke rumah. Aku sendiri menyaksikannya ayahku memberikan 10 buah buku tulis dan 2 buah pulpen. “Sangat mulia hatimu ayah” bisikku dalam hati.

Pernah suatu hari aku mengajar di kelas XI jurusan IPA 1, seperti biasa aku mengintruksikan agar siswa dan siswi membaca surat alfatihah kemudian dilanjutkan membaca solawat dan diakhiri dengan doa sebelum belajar.

Setelah mengabsen dan sedikit melakukan apersepsi dan muroja’ah kembali pelajaran yang lalu, kemudian aku memberikan materi awal yaitu mufrodat (kosa kata) yang disambung dengan percakapan dan materi qiro’ah (bacaan). Apersepsi  dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk membawa dunia mereka ke dunia kita. Artinya, mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari. Sedangkan Metode muraja'ah merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara mengulang kembali hafalan yang sudah pernah dihafalkan untuk menjaga dari lupa dan salah.

Sebenarnya banyak metode pembelajaran yang biasa aku pakai dalam mengajar bahasa arab karena model pembelajaran juga dapat dijadikan alternative pilihan, artinya seorang guru atau pendidik dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dan efektif dan dapat disesuaikan dengan tujuan materi pembelajaran dan karakter siswa. Atau dapat dikatakan Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan motode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Setelah kurang lebih aku mengajar dengan metode ceramah lalu aku berdiri dan  berkeliling ke semua penjuru kelas, aku temukan siswa yang sedang tidur lelap. Anehnya tidak ada satupun teman sekelilingnya yang membangunkan siswi tersebut. Melihat pemandangan itu yang jarang terjadi itu, aku hanya tersenyum pura-pura tidak mengetahui tingkah siswi tersebut dan tanpa menjadi penghalang aku terus melanjutkan pembelajaran dengan metode ceramah.

Sambil aku menerangkan  materi yang sedang disampaikan, aku berfikir bagaimana caranya siswi tersebut bangun tapi tidak membuatnya dia malu dan tidak merasa dipermalukan. “Anak-anak silahkan cari teman untuk diskusi, dan usahakan carilah teman diskusi diantara teman yang terdekat dengan kalian,” ucapku dengan nada santai dan tidak terlalu keras suaranya. Sambil melihat buku untuk bahan diskusi mataku melirik tipis bagaikan seorang pemburu yang sedang memperhatikan kondisi sekitarnya untuk memastikan tidak ada gerakan yang mencurigakan. Aku memastikan agar  lirikanku tidak terlihat oleh siswa siswi di kelas yang jumlahnya 35 orang terutama oleh siswi yang sudah terlihat bangun karena dari depan kelas terlihat temannya membangunkan siswi yang sedang tidur tadi. “Mungkin diskusi salah satu metode yang tepat agar siswa siswi tidak ngantuk dan tertidur pulas.”

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan dan memahami pengeta-huan peserta didik, serta untuk membuatu suatu keputusan. Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang mengadu arguementasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Namun terkadang siswa salah persepsi. Diskusi disamakan dengan debat dan adu argument. Padahal jauh berbeda.

45x2 menit sudah aku berada didalam kelas, dari kegiatan awal, kegiatan inti dan tibalah kegiatan penutup dari rangkaian pembelajaran. sebelum mengakhiri proses pembelajaran atau Kegiatan Belajar Mengajar, aku melakukan penutupan dengan tahapan sebagai berikut yaitu : menarik kesimpulan dari materi yang telah disampaikan, memberikan penguatan terhadap materi yang telah disampaikan, memberikan materi tambahan untuk belajar dirumah dan dilakukan post tes yaitu tes diakhir pembelajaran.

Diakhir pembelajaran seperti biasa aku tidak langsung keluar kelas, tapi mengobrol santai atau sekedar sharing di luar pelajaran bahasa arab. Karena aku faham kalau bahasa arab itu adalah mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa siswi karena selain sulit, bahasa arab termasuk kategori bahasa asing yang ada di kurikulum SMA selain bahasa Prancis di almamater aku dulu, bahasa Jerman atau bahasa Jepang yang ada di sekolah-sekolah lain.

Dalam obrolan santai itu menjadikan Bahasa Arab yang tadinya tidak disukai karena beberapa kesulitan tadi, namun aku berusaha menjadi guru yang di sukai oleh mereka. Karena menyukai guru akan berimbas suka terhadap pelajarannya.

Termasuk salah satu siswi yang tidur mungkin aku memberikan materinya terlalu santai dan suaraku enak didengar. Bukannya mendengarkan materi yang aku sampaikan tapi membuat siswi tidur lelap. Itulah sebagai guru dan pendidik perlunya memilih metode pembelajaran, bagaimana caranya agar siswa siswi menjadi suka terhadap pelajaran yang kita sampaikan.

Selesai aku ngobrol santai di akhir pembelajaran, aku menyuruh ketua kelas agar memimpin membaca doa akhir belajar. Kemudian aku keluar kelas tanpa membahas siswi yang tidur lelap. “apa yah yang menyebabkan siswi tadi tidur lelap, apakah karena tidak suka cara aku mengajar, ataukah karena suaraku terlalu merdu hingga membuat siswi tertidur”. Ucapku dalam hati sambil terus melangkahkan kakiku menuju kantor untuk sekedar minum air putih melepas lelahku setelah berceramah.

Setelah aku duduk dan minum air putih pertanda haus, Aku hanya tersenyum dan berucap dalam hati bahwa, “Mereka adalah generasi penerus banyak karakter dan kebiasaan yang harus di isi oleh para pendidik dengan karakter yang baik”. 

Ikuti tulisan menarik dudung solahudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB