x

Iklan

LUCKY RAHMAHANI

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 November 2021

Jumat, 19 November 2021 15:22 WIB

Antara Cinta dan Adat (Part 2)

Cerpen ini adalah lanjutan dari cerita sebelumnya yang berjudul Antara Cinta dan Adat. Cerpen yang menceritakan tentang kisah dua insan yang saling mencintai, namun harus terpisahkan karena adat yang sudah mengakar di daerah setempat. Tetapi kisahnya tidak berhenti sampai disini..

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Antara Cinta dan Adat (Part 2) 

Penulis: Lucky Rahmahani

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cinta yang sudah bersemayam didalam jiwa sulit untuk terkikis, pun diterjang ombak. Cinta akan tetap melekat diantara tulang-tulang rusuk manusia, begitu pun rasa cinta antara Sulastri dan Saji. Meskipun diantara keduanya sudah tidak ada lagi ikatan pernikahan, namun diam-diam rasa diantara keduanya masih ada.

***

Senin, 18 Februari 2008 Sulastri melangsungkan pernikahan dengan seorang laki-laki yang bernama Malik. Namun pernikahan Sulastri dengan Malik tidak berlangsung lama, hanya beberapa minggu saja karena Sulastri masih belum bisa melupakan Saji. Sama halnya Sulastri, Saji pun juga masih belum bisa melupakan Sulastri meskipun ia sudah memiliki istri yang tak kalah cantiknya dengan Sulastri, yaitu bernama Yati.

"Mas Saji ini kopi nya". Ucap Yati sambil menaruh secangkir kopi di meja.

"Iya Lastri, nanti mas minum". Jawab Saji tanpa sadar menyebutkan nama Sulastri.

"Lastri? Aku Yati mas, bukan Lastri". Ucap Yati ketus dan meninggalkan Saji.

Tak berapa lama, Yati pun keluar sambil membawa tas besar dan menangis.

"Loh, kamu mau kemana Las.. Eh Yati?". Tanya Saji sambil menahan Yati untuk pergi. 

"Cukup mas, aku sudah nggak kuat lagi, dari awal menikah sampai sekarang kamu nggak berhenti menyebut nama Lastri". Ucap Yati sambil melepaskan genggaman Saji dan pergi.

Dua minggu kemudian, ada kurir datang ke rumah Saji dengan membawa amplop coklat. Saji pun membuka amplop tersebut dan ternyata isinya adalah surat gugatan cerai yang dilayangkan oleh Yati.

"Surat apa itu ji?". Tanya Ibu Saji mendekati anaknya tersebut. 

"Surat cerai buk". Jawab Saji sambil menyerahkan amplop coklat itu. 

"Cerai?? Kamu cerai dengan Yati. Apa sebabnya?". Tanya Ibu Saji penasaran

"Karena aku sering keliru menyebut nama Yati dengan nama Lastri". Jawab Saji sembari duduk dikursi.

"Apa kamu belum bisa melupakan Lastri?". Tanya ibu Saji.

" Aku sudah berusaha melupakan Lastri bu, tapi tidak bisa. Bayangannya selalu hadir setiap waktu". Jawab Saji mengeluh

***

Sementara kini Sulastri sering melamun, membayangkan Saji berada didekatnya dan etah pikiran-pikiran yang terduga dari Sulastri.

"Nduk.. ". Ucap Ibu mengagetkan Sulastri.

"I.. Iya Mas Saji, eh ibuk". Jawab Sulastri seketika pikirannya tentang Saji buyar.

"Kamu masih memikirkan Saji?. Sudah nduk, lupakan Saji. Mau sampai kapan kamu terus menyendiri begini? Dipaksakan seperti apapun, kalian sudah tidak bisa untuk bersama lagi".

" Ta.. Tapi buk.. ". Jawab Sulastri belum selesai melanjutkan perkataannya.

" Sudah,,sudah. Ayo ganti baju dan pergi ke dapur, buatkan kopi untuk tamu bapak. Ingat Lastri kali ini jangan kecewakan bapak dan ibu lagi". Ucap ibu Sulastri sembari melangkahkan kaki keluar kamar.

Beberapa saat kemudian, Sulastri membawa sebuah baki yang berisi 3 gelas kopi sesuai jumlah tamu sekalian Satu kopi untuk bapak nya.

"Monggo, dipun unjuk (Silahkan di minum)". Ucap Sulastri sembari melangkahkan kaki yang berniat untuk pergi ke dapur.

"Sini, sini nduk. Duduk disebelah bapak". Ajak bapak kepada Sulastri.

"Kenalkan ini masih Joko, dia anak kerabat jauh kita. Dia kesini niatnya mau menikahi kamu, bagaimana kamu setuju?". Tanya bapak kepada Sulastri.

"Hmm. Lastri... ". Ucap Sulastri terbata-bata sambil menoleh ke arah ibu nya, dan ibunya memberi keyakinan kepada Sulastri bahwa Joko laki-laki yang baik untuknya. 

"..... ". Sulastri tidak berkata apa-apa, dia hanya memganggukkan kepala sebagai syarat bahwa ia setuju meskipun Sulastri sendiri masih belum yakin.

***

Beberapa minggu kemudian berlangsung lah acara pernikahan Sulastri dengan Joko, kedua orang tua Sulastri tampak bahagia. Namun berbeda dengan Saji, tampak dari kejauhan dia memandangi Sulastri dengan hati kecewa.

Beberapa bulan telah berlalu, ibu Saji menjodohkan Saji dengan seorang gadis yang bernama Sulastri. Tujuannya agar ketika Saji mengingat Sulastri, yang disebut nya hanyalah nama Sulastri tanpa menyinggung perasaan gadis tersebut. Sementara Sulastri saat ini sedang mengandung buah cinta nya dengan Joko. Kabar ini sampai ke telinga ibu Saji, tapi ibu Saji tidak menceritakannya kepada Saji.

***

Sembilan bulan sepuluh hari, Sulastri melahirkan di salah satu Rumah Sakit bersalin di kotanya. Sementara Saji dan istrinya pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi janinnya, ternyata istri Saji sedang mengandung. Tanpa sengaja Saji bertemu dengan Bapaknya Sulastri, dan menyapanya.

"Pak minto?".Sapa Saji sambil tersenyum. 

"Loh, nak Saji. Apa kabar? Ini siapa, istrinya ya?". Tanya bapak Sulastri penasaran.

"Alhamdulillah baik pak, bapak sendiri bagaimana? Sehat? Iya pak ini istri saya". Jawab Saji sambil memperkenalkan istrinya.

"Sulastri" . Ucap istri Saji sambil mengulurkan tangan kepada bapak nya Sulastri. 

"Namanya Suu.. Eh oh Saya minto". Jawab bapak Sulastri sambil menjabat uluran tangan istri Saji.

"Saya duluan ya pak? Karena sudah janjian sama dokter". Ucap Saji sambil terburu-buru. Sepanjang jalan menuju ruang dokter kandungan Saji terus berfikir "Siapa yang melahirkan,apakah Sulastri..."

"Mas, mas.. ". Kata Sulastri (istri Saji) membuyarkan bayangan Sulastri di pikiran Saji. 

" oh iya, sudah sampai ya. Maaf mas nggak liat papan nama ruangannya". Ucap Saji sedikit gugup.

***

Lima tahun kemudian, Sulastri dan Joko pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi Sulastri. Satu tahun terakhir Sulastri sering mengalami pendarahan yang hebat, seperti orang menstruasi tetapi darah yang keluar tidak sewajarnya. Akhirnya Mas Joko memutuskan untuk mengajak Sulastri memeriksakan kondisi nya ke dokter kandungan.

"Gimana dok, keadaan istri saya?". Tanya Joko penasaran sementara Sulastri bangun dari tempat pemeriksaan dan berjalan mendekati tempat duduk suaminya. 

" Menurut hasil cek darah dan USG, Bu Sulastri dinyatakan terkena kanker Rahim stadium 4" Jawab dokter menjelaskan kondisi Sulastri saat ini, seketika tangis Sulastri pecah sejadi-jadinya.

Semenjak itu, Sulastri melakukan kemoterapi setiap bulannya. Sampai pada akhirnya Mas Joko yang bekerja hanya sebagai kuli bangunan mengalami krisis keuangan dan harus serabuatan mencari kerja untuk menyambung hidup. Tanpa terduga Joko bertemu dengan Saji di warung depan Rumah Sakit tempat Sulastri kemoterapi.

"Buk, kopinya satu". Ucap Joko sambil duduk tak sengaja bersebalahan dengan Saji.

"Kamu suaminya Sulastri?". Tanya Saji

"I... Iya, kamu kok kenal saya?". Jawab Joko penasaran.

"Hmm.. Saya... Saya kerabat jauh nya Sulastri. Oh iya kok ada disini, siapa yang sakit?". Ucap Saji berbohong.

"Sulastri mas yang sakit". Jawab Joko dengan muka memelas.

"Sulastri sakit?". Ucap Saji dengan ekspresi kaget tetapi masih bisa menahan perasaannya. "Memang Sulastri sakit apa?". Imbuh Saji sambil menyeruput segelas kopi.

"Kanker Rahim stadium 4 Mas". Jawab Joko sembari menceritakan keadaan keluarganya saat ini.

Beberapa menit kemudian suara hp jadul Joko berbunyi, dan ternyata SMS dari Sulastri yang mengabarkan bahwa kemoterapi nya sudah selesai.

"Mas, maaf saya duluan ya. Karena istri saya sudah selesai periksanya". Ucap Joko sembari memberi uang kepada pemilik warung.

Sementara itu Saji masih memikirkan Sulastri yang sedang menderita kanker rahim. Sesampainya di rumah, Saji meminta ijin kepada Istrinya untuk melihat keadaan Sulastri saat ini.

"Dek, Mas mau bicara sama kamu". Kata Saji.

"Iya, ada apa mas? Kelihatannya serius banget". Tanya istri Saji.

"Mas mau jujur sama kamu. Tapi janji kamu jangan marah". Kata Saji dan menceritakan semua masa lalu nya dengan Sulastri.

"...dan sekarang dia sedang sakit Kanker Rahim studium 4. Kamu sebagai istriku, aku meminta izin ingin menemui nya dek. Boleh?" Tanya Saji yang ketar-ketir takut istrinya tersinggung seperti Yati dulu.

Sambil tersenyum dan mendekati suaminya, Sulastri berkata "Boleh mas, nggak apa-apa. Aku percaya sama kamu, temui dia mas"

"Kamu tidak cemburu atau tersinggung jika aku menemui Sulastri". Tanya Saji meyakinkan

"Tidak mas, aku percaya sama kamu". Jawab istri Saji sambil tersenyum.

Malam itu Saji dan istrinya berkunjung ke rumah Sulastri sambil membawa beberapa makanan.

"Assalamualaikum?". Ucap Saji sambil mengetuk pintu.

" Wa'alaikumsalam, Loh mas nya yang tadi siang". Kata Joko sambil mempersilahkan Saji dan istrinya duduk.

"Bagaimana keadaan Mbak Sulastri?". Tanya istri Saji.

".... " Joko hanya terdiam dan mengajak Saji serta istrinya ke dalam sebuah kamar. Saji melihat Sulastri yang berbaring lemah di atas kasur. Tanpa tersadar air mata Saji seketika menetes membasahi pipi, pun istri Saji.

"Lastri". Panggil Saji sembari menyeka air matanya.

Tidak asing dengan suara yang memanggil namanya, Sulastri pun menoleh ke arah suara itu. 

"....". Sulastri terdiam lalu berkata, "Mas Saji?ini pasti istri kamu ya? Cantik". Imbuh Sulastri sambil memegang tangan istri saji.

Istri Saji tersenyum dan membalas uluran tangan Sulastri, "Sabar ya mbak, Mbak Lastri harus kuat dan yakin pasti sembuh"

"Iya, terimakasih. Tapi Saya sudah pasrah mbak" Ucap Sulastri sembari menceritakan kondisi nya saat ini.

Semenjak malam itu, hampir setiap hari Saji dan istrinya berkunjung ke rumah Sulastri hingga terkadang sampai menginap disana. Saji dan istrinya sangat telaten merawat Sulastri sampai mengantar kemoterapi tiap bulannya, semua biaya yang menanggung pun Saji.

***

Enam Bulan berlalu, kondisi Sulastri semakin memburuk. Menjelang detik-detik terakhir yang berada disamping Sulastri hanyalah Saji seorang diri, karena ketika itu Joko belum pulang kerja sedangkan istri Saji menjaga anaknya di rumah. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Sulastri berpesan kepada Saji.

"Mas Saji, terimakasih sudah merawat Lastri sampai detik ini. Lastri bersyukur pernah mas Saji pernah hadir dikehidupan Lastri, sampai kapanpun rasa Lastri buat Mas Saji tetap sama. Meskipun di dunia kita terpisah oleh sebuah adat, semoga kelak di keabadian kita bisa bersama. Jagalah cinta ini untuk Mbak Sulastri,mas Sa... Asyahadu 'ala illaha illallah" . Dan sulastri pun menghembuskan nafas terakhirnya yang berada dipangkuan Saji

Ikuti tulisan menarik LUCKY RAHMAHANI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu