x

Iklan

Kusniawati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 November 2021

Jumat, 19 November 2021 14:51 WIB

Razan Al Najjar, Sang Martir yang Mati Syahid

Perjuangan sejati itu adalah ketika kita mempertaruhkan segalanya dijalan Allah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Razan al Najjar adalah perempuan berjilbab yang di usianya 21 tahun telah menjadi tenaga medis sukarela di Palestina. Karena kegigihan dan keberaniannya, Razan al Najjar menjadi buah bibir dikalangan para medis dan warga Palestina. Bagaimana tidak, kondisi Palestina pada saat itu sangatlah mengkhawatirkan. Tangisan dimana-mana, ledakan bom dan bunyi tembakan yang hampir setiap saat memekkakan telinga dan belum lagi jasad-jasad yang bersimpah darah menjadi fenomena.

Menjadi tenaga medis ditengah pertempuran bukanlah hal yang mudah untuk gadis 21 tahun tersebut. Yang mana setiap hari dia harus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tangisan pilu perempuan, laki-laki yang muda maupun yang tua termasuk anak-anak kecil yang tidak paham akan keadaan yang tengah mereka hadapi. Korban luka bakar dan yang lebih naasnya jasad-jasad tak bernyawa yang tergeletak ditanah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keberanian Rajan al Najjar membuat dunia bangga akan dirinya. Salah satu surat kabar pernah mewawancarai Razan al Najjar terkait keikut sertaanya kemedan konflik. “Saya akan merasa sangat malu kalau saya tidak ada untuk (membantu) warga Palestina. Sudah menjadi tugas dan kewajiban saya untuk ada di sini dan membantu mereka yang terluka,” ujar Razan al Najjar mantap dengan keberanian yang sudah tetanam kuat dalam dirinya.

Razan al Najjar sangat ikhlas mempertaruhakan nyawanya demi orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Selama melakukan tugasnya, tak jarang Rajan al Najjar mengalami cedera, baik itu karena menghirup gas atau kakinya yang terluka karena berlari menolong para korban. Semuanya dia lakukan dengan penuh keikhlasan tanpa rasa penyesalan.

Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Kalimat itu juga berlaku untuk Razan al Najjar. Pada tanggal 1 juni 2018, Razan al najjar berlari ke perbatasan didekat Khan Younis Gaza untuk menolong korban yang tertembak. Sebelum senjata api menembus punggungnya, razan al najjar sempat mengangkat kedua tangannya tinggi untuk menghentikan serangan dari tentara Israel. Tapi naas. Dengan jas putih medis kebesarannya darah mengalir, akibat tembakan yang di lakukan tentara Israel di bagian punggungnya.

Pada saat itu, Razan al Najjar tidak menyadari anak peluru yang sudah menembus punggungnya, dia hanya fokus berlari seraya menggendong korban yang dia tolong. Sesampainya di perkemahan para medis, saat itulah Razan al Najjar menyadari bahwa punggungnya telah tertembak. punggungku…punggungku..” dan kemudian dia jatuh ke tanah dengan darah yang membasahi jas medisnya.

Razan al Najjar menutup usia pada hari sabtu 2 juni 2018. Jenazahnya dibawa melewati jalur Gaza dan dibungkus dengan bendera Palestina. Dunia sangat berduka akan kehilangan sosoknya. Ribuan manusia Palestina menangisi kepergiannya. Kepergian Razan al Najjar menciptakan duka di hati umat seluruh dunia, dan umat dunia mengutuk tindakan yang dilakukan tentara Israel.

Palestinian Medical Relief Society (PMRS), organisasi tempat Razan menjadi relawan, mengutuk penembakan itu. Bagaimana tidak, penembakan terhadap tenaga medis adalah sebuah kejahatan. Kemanterian kesehatan Gaza mengatakan bahwa Razan al najjar adalah martir yang mati syahid.

            Kita dapat memetik hikmah dari perjuangan Razan al Najjar. Bahwasanya, perempuan adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan sejuta keistimewaan. Dibalik kelembutan sifatnya, perempuan memiliki jiwa,keberanian dan tekat yang kuat. Dan   ketika kita berjuang di jalan Allah dengan sungguh,tekat yang kuat dan penuh keikhlasan, maka surga Allah telah menanti.

Ikuti tulisan menarik Kusniawati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler