x

Iklan

Rahmat Ali

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 November 2021

Minggu, 21 November 2021 08:16 WIB

Menolak Lusi, Memfokus Ibunda

Tabah, tabah dan terus tabahlah, Ibunda-- begitu yang sering ada bisikan aneh di dalam kupingnya. Mantapkanlah di dalam sujudmu setiap Ibunda sholat lima waktu. Lekatkan wajah sedalam-dalamnya ke sajadah, lokasimu sujud. Bersujud berarti mengakrabi Allah Pelindungmu Yang Maha Akbar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Walau Lusi menangis sampai berember-ember air mata, tetap saja Marjo tidak iba. Keputusannya sudah tuntas. Dia ingin memfokus perhatian serta kepengurusan keperluan-keperluan Ibunda. Bukan saja lantaran usia beliau sudah tua, juga kesehatan yang disandang memelas sekali. Siapa yang mau perhatikan kalau bukan diri sendiri sebagai putra kandung satu-satunya di dunia ini? Ya, Marjo itulah sosoknya, bujangan yang oleh para tetangga sekitar disini sudah lapuk tidak laku-laku.

            Benar-benar sudah lapukkah Marjo? Olok-olok sadis sekali. Mengucapkan ironisme yang tidak humanis apalagi kultural. Kalau mau egoistis sudah dulu-dulu dia menikahi Lusi. Tetapi di mana letak moral mau nikmat-nikmat sendiri dengan Lusi sementara Ibunda hampir tiap jam mengeluhkan sakit? Terengah-engah Ibunda di ranjang kuno di mana di situ terserak-serak selimut robek- robek. Tegakah Marjo yang merasa 'bahagia' dengan istri, sementara Ibunda yang janda belum sembuh dari batuk-batuk itu  tidak digubris? Tidak punya otakkah Marjo jika tega begitu? Maka ajakan Lusi untuk cepat menikah seperti pernah dijanjikan beberapa bulan yang lalu, dengan tegas ditolak. Maafkan, untuk sementara atau selama mungkin, mengertilah. Dengan demikian Lusi lalu mundur. Selanjutnya tidak muncul-muncul di depan mata Marjo. Selamat tinggal, Lusi, batin Marjo sedih.

            Perjuangan Marjo untuk bisa bertahan hidup berdua Ibundanya beraneka ragam. Dia telah dikenal di komplek perumahan itu sebagai pemuda serba bisa. Jika ada tetangga yang kran airnya macet atau rusak Marjo dimintai tolong. Dia bisa memperbaiki cepat dan lancar kembali airnya. Atap yang bocor juga Marjo yang memperbaiki. Begitu juga dengan tv yang sering mati atau gambarnya kabur. Dari bantu-membantu itu walau tidak banyak, Marjo menerima tanda terima kasih berupa tip. Kerja Marjo ya tetap di depan laptop, itu hasil sekolah singkat dulu di kursus komputer. Berkat hubungan internetnya Marjo banyak relasi. Bukan saja kawan-kawan dari beberapa daerah, juga dari negeri-negeri luar. Yang amat banyak manfaatnya. Marjo bisa mendapatkan ide baru yang segera ditulisnya untuk dikirim ke media cetak, terutama koran dan majalah-majalah. Dapatlah honorarium. Lumayan untuk hidup mendampingi Ibunda. Marjo berkat ikut pramuka dulu jadi biasa masak dan menanak. Persediaan sembako cukuplah di almari dapur. Ibunda menyukai karya kuliner Marjo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Lalu bagaimana kehidupan Ayahanda Marjo yang sudah dua tahun sebagai almarhum itu? Walau pahit terkenang lengkap juga di lubuk hati Marjo sebagai putra kandung satu-satunya di dunia. . Ayahanda dulu Bos besar di perusahaan material bangunan. Urusannya  bata, pasir, semen, kayu, triplek dan lain-lain. Hubungannya via hp. Yang order-order material segera dengan cepat dikirimi. Sopir truk pick-up bolak-balik mengantar semen atau lainnya yang dibutuhkan pemesan. Kuli-kuli tinggal menyerok pasir atau memindahkan semen beberapa sak ke pick-up. Pegawai administrasinya yang mencatat-catat dan menuliskan di kwitansi tidak lain Sriyani. Dia teliti dan cepat bubuhkan stempel. Dengan kegesitan Sriyani itu makin sukseslah toko material Ayahanda Marjo. Lama-lama Ayahanda kian tertarik Sriyani. Dia sering diajak ke pusat-pusat grosir untuk menambah stok di gudang. Waktu berikutnya Ayahanda bukan lagi ke grosir-grosir. Penggantinya ke warung-warung makan kemudian  meningkat lagi  ke tempat-rekreasi. Di toko material sudah ada pegawai lain pengganti tugas Sriyani sementara.

            Para karyawan tidak ambil pusing dengan yang biasa dilakukan Bos. Yang utama para karyawan mendapat gaji lumayan tiap bulannya. Keintiman Bos dengan Sriyani makin menjadi-jadi. Dengan alasan ke luar kota untuk urusan bisnis material bangunan Ayahanda sampai-sampai tidak pulang. Pernah tiga hari meninggalkan rumah. Pada suatu hari salah seorang tetangga berjumpa Ayahanda bersama Sriyani di Gubeng, Surabaya. Dia tampak mesra di satu restoran. Tanpa diketahui dari tempat tersembunyi yang jauh memotret mereka berdua. Sampai di rumah potret tersebut oleh tetangga ditunjukkan kepada Ibunda.

            Yang disodori potret pasangan berdua itu tidak berkomentar apa-apa. Tidak kaget, tidak marah, hanya diam-diam seperti telan ludah. Jauh-jauh hari Ibunda sudah bisa menduga. Sejak itu tidak berselera makan. Tidur pun tengah malam baru bisa memejam. Itu pertanda kepedihannya kemudian disudahi dengan batuk-batuk. Sriyani tidak merasa salah sedikit pun sering absen di meja kerjanya. Bukan Bos itu yang mengajak? Bukan semuanya urusan bisnis material. Ada yang non material. Jika ke lokasi rekreasi dan menyewa bungalow, bukankah dilakukan setelah urusan bisnis selesai? Manja-manja perlu dipertunjukkan kepada Bos. Apa yang tidak dimiliki Sriyani setelah kian intim dengan Bos? Pakaian-pakaian baru yang mode kontemporer Sudah dia miliki. Jangan sebut gelang keroncong, kalung bermedalion, anting-anting dan cincin, semua sudah lekat di tubuhnya  yang hampir seminggu sekali ke salon kecantikan.

            Marjo putra kandung Ayahanda terpengaruh kepedihan Ibunda. Dia sering menatap pigura yang tergantung di ruang tengah. Tampak foto Ayahanda dan Ibundanya berdampingan. Sosok wajah Ibunda tidak kalahlah dengan Sriyani. Malah di situ Ibunda tampak lebih muda, tersenyum cerah penuh optimisme. Sedangkan Sriyani? Jauh di bawah kualitas Ibunda. Mengapa Ayahanda kayak kena palak, terpukau, hingga terbalik menyaksikan indahnya dunia ini?

            Tabah, tabah dan terus tabahlah, Ibunda-- begitu yang sering ada bisikan aneh di dalam kupingnya. Mantapkanlah di dalam sujudmu setiap Ibunda sholat lima waktu. Lekatkan wajah sedalam-dalamnya ke sajadah, lokasimu sujud. Bersujud berarti mengakrabi Allah Pelindungmu Yang Maha Akbar.

            Suatu hari via hp yang mungil itu Ayahanda menelepon taksi. Dia minta untuk diantar ke tempat rekreasi di daerah pegunungan. Tentu sajalah yang diajak ya Sriyani. Saat itu sopir taksi semalaman telah bermabuk-mabukan dengan kamerad-kameradnya sesama sopir taksi. Walau capek dan masih ngantuk-ngantuk dilayani saja permintaan Ayahanda ke daerah rekreasi pegunungan itu. Taksi meluncur di jalanan tol dengan kecepatan 120. Jalanan tolnya licin sebab hujan lebat semalaman. Pada kilometer baru 40 taksinya slip dan tidak bisa dikuasai lagi hingga membentur pagar besi tepi jalanan. Sopir pingsan. Ayahanda dan Sriyani luka parah di kepala dan dada. Kebetulan ada mobil lain bisa menolong untuk dibawakan ke rumahsakit. Belum sampai tujuan Ayanda dan Sriyani sudah menghembuskan nafas terakhir.

            Peristiwa tersebut, terutama di toko material, menjadi viral. Lusi mantan Marjo segera datang juga menyampaikan ucapan sungkawa yang sedalam- dalamnya. Ucapan duka itu diterima Marjo tetapi tidak berarti nantinya Lusi ada harapan  akan dinikahi. Lusi  sebenarnya  masih mengharap tetapi tetap pula diacuhkan Marjo yang tengah bersedih berat. Dengan lunglai Lusi melangkah tak menentu ke lorong yang sunyi. Duka Marjo berganda-ganda. O sedihnya!

 

                                                                                       Jakarta 20 November 2021

Rahmat Ali

Ikuti tulisan menarik Rahmat Ali lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB