x

Iklan

Dwi Oktavianto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 November 2021

Rabu, 24 November 2021 06:09 WIB

Pak Bodong

CERPEN (Karya : Dwi Oktavianto)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PAK BODONG

Karya : Dwi Oktavianto

 

Seorang laki-laki setengah tua berusia  sekitar 40 tahun berpakaian compang-camping terlahir sebagai orang yang cacat sebab ia tidak memiliki kedua tangandan kesulitan berbicara. “Pak Bodong” begitulah orang-orang sekitar menyebutnya, cara Pak Bodong bertahan hidup dari hari ke hari adalah dengan mengharap belas kasih dari orang-orang sekitar.  Beliau tidak berkerja sebab tidak ada orang yang ingin memperkerjakan seseorang yang tidak memiliki kedua tangan. Mata pencahariannya adalah dengan meminta-minta di sekitaran masjid tempat tinggalnya. Pak Bodong hidup sebatang kara tidak memiliki istri dan anak, ia juga sudah lama ditinggalkan oleh keluarganya lantaran menyusahkan dan membuat malu. Kadang ia tidur di pelataran masjid, kadang juga ditemukan sedang tidur di depan warung tetangganya. Namun begitu Pak Bodong masih ada keinginan bertahan hidup, karena jika tidak mana mungkin ia bertahan sampai usia 40 tahun. Dengan Pak Bodong selalu dikelilingi oleh orang-orang baik dalam hidpunya yang suka memberinya uang ataupun makanan. Dengan umurnya sudah mulai menua Pak Bodong sudah mulai kesulitan untuk makan sendiri, jika sewaktu muda dulu ia masih sanggup untuk berusaha makan menggunakan kakinya namun kini ia sudah kesulitan dan hanya mengharapkan semoga saja ada orang baik yang mau menyuapinya makan. Jika tak ditemui nya satu pun orang yang bisa menyuapi nya maka hal yang dilakukan Pak Bodong adalah makan sendiri, dengan cara yang sedikit berantakan yaitu melahap makanannya langsung dengan mulutnya layaknya seekor ayam yang sedang mematuk makanannya. Hal itulah yang terkadang membuat orang sekitar tidak tega dengan peristiwa tersebut. Satu-satunya harta benda milik Pak Bodong selain pakaian yang menempel pada tubuhnya adalah gelas plastic tempat ia menyimpan duit yang berfungsi juga sebagai wadah untuk orang bersedekah. Gelas plastic itu hanya berisi sedikit uang kertas dan loga jadi tidak terlalu berat, dengan itu jika Pak Bodong pergi kemana saja ia membawanya dengan cara menggigit sisi gelas itu. Jika ia kewarung dan ingin membeli makanan ataupun minuman saat haus dia hanya meletakkan gelas plastk itu di depan penjaga warung lalu dengan mengerti penjaga warung tinggal bertanya mau beli apa maka akan dilayani. Penjaga warung yang baik hatinya ia akan jujur saat mengambil duit dari gelas plastic itu maupun pada saat menaruh kembalian. Jika membeli minum Pak Bodong selalu minta dipakaikan sedotan maupun minuman itu masih panas sekalipun karena faktor keterbatasan kiranya minum dengan sedotan adalah hal yang paling mudah. Meskipun cacat tubuhnya namun tidak dengan hatinya, ia masih bisa merasakan sedih, senang, marah, dan bahkan jatuh cinta. Ia memang tidak punya istri tapi ia tertarik dengan salah seorang penjaga warung yang tinggal tidak jauh dari tempat dia biasa meminta-minta. Namun sayangnya penjaga warung sudah memiliki suami maka Pak Bodong hanya bisa memendam rasanya itu. Dari sekian banyak warung yang ada warung ini lah yang sering di kunjungi Pak Bodong hanya demi melihat si penjaga warung, bahkan jika yang melayani suaminya ia tidak jadi beli. Di dalam kepalanya Pak Bodong berisi rasa penasaran untuk menyetuh kulit si penjaga warung yang cantik, namun ia tidak memiliki tangan untuk menentuhnya. Dengan begitu Pak Bodong tidak kehilangan akal ia mencoba untuk meminta tolong kepada seseorang yang ia temui dijalan untuk membantunya memasukkan duit yang ada di gelas plastik kedalam kantung celana nya yang lusuh. Ditengah rasa iba orang yang dimintai tolongnya tak pernah menolak untuk membantunya. Setelah duitnya masuk kedalam kantung celananya Pak Bodong pun beranjak pergi ke warung dan kebetulan penjaga warung itu sedang ada didepannya lantas dihampirinya dia oleh Pak Bodong yang haus dan minta untuk diambilkan minuman dan duit yang ada di saku belakang celananya. Saat tangan si penjaga warung masuk kedalam saku celananya Pak Bodong terlihat kegirangan, misinya tentu berhasil untuk bersentuhan dengan seorang penjaga warung meski hanya beberapa detik saja. Keesokan harinya Pak Bodong melakukan hal yang sama, dia mulai mencari seseorang untuk membantunya meletakkan duit kedalam saku celana yang depan. Setelah hal itu dilakukan pergilah dia menemui penjaga warung dan meminta nya untuk melakukan hal yang sama seperti kemarin untuk mengambilkan di saku celana depannya. Penjaga warung pun melakukan hal yang Pak Bodong perintahkan. Sekali lagi misi kedua ini berhasil karena  saku celana depan dan belakang memiliki tingkat kesulitan yang cukup berbeda maka mereka bersentuhan lebih lama beberapa detik dari kemarin. Keesokan harinya Pak Bodong mengulangi hal yang serupa namun kali ini akal bulusnya diluar dugaan. Ia mencari orang untuk dimintai bantuan menaruh duit di saku celana nya namun dengan terpisah-pisah. Uang kertas diletakka pada saku belakang sebelah kanan dan ada juga di saku belakang bagian kiri, uang logam diletakkan pada saku bagian depan juga dipisah kanan dan kirinya degan tujuan penjaga warung bisa menyentuh keempat sisi bagian tubuh Pak Bodong yang berbeda. “Pucuk dicinta ulan pun tiba” begitulah pribahasa yang cocok pada saat ini, penjaga warung yang biasanya memakai kerudung kini hanya memakai daster saja. Hasrat Pak Bodong makin menjadi-menjadi melihat penampilan penjaga warung yang menggairahkan dengan semangat ia menghampiri dan meminta penjaga warung melakukan hal yang sama seperti kemarin namun dengan siasaat yang berbeda uang itu kini terpisah-pisah pada tiap sakunya. Baru saja ingin diambilkan pesanannya oleh penjaga warung Libido Pak Bodong sudah tak terbendung, kemaluan Pak Bodong pun seakan bangun dari tidur panjangnya. Pesanan sudah ditaruh di meja, saat-saat yang ditunggu pun tiba. Penjaga warung mulai merogoh saku celana bagian belakang, sebelah kanan raut wajah Pak Bodong terlihat gembira. Lalu pindah ke saku belakang bagian kiri, Pak bodong terlihat tambah gembira. Saat mulai meraba bagian saku depan sebelah kanan Pak Bodong makin gembira karena rencannya kini berhasil. Terakhir adalah saku depan sebelah kiri, baru saja tangan penjaga warung sampai pada ujung saku, badan Pak Bodong terasa gemetar dan semakin tak terbendung. Ekspresi wajah Pak Bodong pun menggambarkan sebuah symbol kemenangan. Hingga akhirnya masuklah tangan penjaga warung merogoh saku depan sebelah kiri, namun tak disangka-sangka dari batang kemaluan Pak Bodong keluarlah cairan sperma hangat yang cukup banyak hingga mengenai tangan penjaga warung yang masih terjebak di saku celananya. Penjaga warung pun teriak histeris karena kelakuan Pak Bodong, sadar akan kelakuan bodohnya itu adalah suatu hal yang salah Pak Bodong pun lari terbirit-birit karena takut suami dari penjaga warung menghampirinya. Dengan kondisi badan yang lemas dan kaki masih gemetar akibat ejakulasi dini Pak Bodong pun tidak maksimal dalam berlalri sehingga ia tersandung dan badannya jatuh tergilincir kedalam sungai. Naas-nya pada pristiwa itu tidak ada orang yang tau bahwa Pak Bodong tercebur kedalam sungai, dengan keterbatasannya Pak Bodong mencoba sekuat tenaga untuk keluar dari air dengan menggunakan kakinya. Namun apa daya ? tenaga dari seorang yang setengah tua tidak dapat melawan ganasnya aliran sungai. Pak Bodong pun mati tanpa diketahui siapapun, ia meninggal ditelan air sungai. Ehhh tidak… Pak Bodong tidak ditelan air sungai, namun ia dibunuh oleh nafsunya sendiri. Pak Bodong benar-benar Bodong.

Ikuti tulisan menarik Dwi Oktavianto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler