x

Pembelajaran Merdeka Belajar

Iklan

Dewi Ulfah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 November 2021

Kamis, 25 November 2021 08:50 WIB

5 Menit Bercerita

Berangkat dari hal tersebut, muncul ide sederhana untuk memulai pembelajaran di dalam kelas. Ada hal yang harus dibentuk terlebih dahulu. Seharusnya saya sadar dari awal bahwa keberhasilan  proses pembelajaran, bukan dari ketuntasan semua tagihan kurikulum, atau ketika siswa memperoleh angka 100.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

5 Menit Bercerita

Kunci Siswa Merdeka, Guru Merdeka

Tidak terasa Pandemi Covid-19 sudah terjadi selama dua tahun terakhir. Banyak hal yang berubah, termasuk sistem pendidikan yang ada. Banyak negara menutup sekolah menyebabkan anak-anak harus belajar dari rumah. Hal ini tentu saja memaksa kita semua untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Sebelum saya bercerita terlalu jauh, seperti kata pepatah lama “Tak kenal, maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Mengingat Indonesia sangat beranekaragam tetapi tidak menjadi penghalang untuk kita saling mengasihi dan mencintai. Perkenalkan, saya  Dewi Ulfah tenaga pengajar di Sinjai, salah satu daerah kecil di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki banyak sekali potensi alam yang indah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belum lama ini saya menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah di daerah Sinjai. Banyak sekali pengalaman baru dan hal baru semenjak bertemu dengan siswa yang berbeda karakter dan latar belakang. Banyak hal yang tidak cukup hanya kita pahami dengan teori. Terkadang kita harus selalu mampu beradaptasi dan berinovasi dengan kondisi yang ada.

Bulan ini, akhirnya ada angin segar tentang pelaksanaan sekolah tatap muka di daerah Sinjai. Hal ini tentu menjadi harapan baru bagi siswa dan guru di daerah yang selama ini tidak dapat melaksanakan belajar dari rumah secara maksimal. Para siswa juga sangat antusias ketika mendengar akan melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah.  Namun, bagaimana kesan teman-teman ketika mendapati, ternyata kompetensi yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran daring dari rumah? Melihat beberapa tugas yang dikirimkan siswa selama pembelajaran dari rumah serta kenyataan ketika bertemu langsung dengan siswa ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Tidak bisa dipungkiri banyak siswa yang mengalami learning loss. Suasana di dalam kelas juga agak kaku karena belum adanya chemistry antara guru dan siswa atau pun siswa dengan siswa lain. Beberapa strategi dan metode pembelajaran sudah diterapkan, tetapi belum mampu membentuk kedekatan antar siswa. Ditambah lagi pembatasan waktu di sekolah dan adanya pembatasan kontak sesama siswa.

Berangkat dari hal tersebut, muncul ide sederhana untuk memulai pembelajaran di dalam kelas. Ada hal yang harus dibentuk terlebih dahulu. Seharusnya saya sadar dari awal bahwa keberhasilan  proses pembelajaran, bukan dari ketuntasan semua tagihan kurikulum, atau ketika siswa memperoleh angka 100. Akan tetapi, definisi keberhasilan pembelajaran bagaimana membuat siswa untuk merasa MERDEKA ketika belajar dan ketika berada di sekolah. Nah bagaimana RASA merdeka itu bisa hadir, manakala siswa merasa malu, takut, tertekan dan asing dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, yang paling pertama harus ditumbuhkan adalah membuat mereka merasa bahwa SEKOLAH ADALAH RUMAH bagi mereka. Guru dan teman kelas harus dianggap sebagai orang tua, saudara atau pun sahabat sehingga muncul proses pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan sadar bahwa belajat adalah sebuah kebutuhan.

Langkah sederhana yang  coba saya lakukan adalah menerapkan 5 MENIT BERCERITA. Setiap harinya sebelum pembelajaran inti dimulai, akan ada beberapa siswa yang bercerita mengenai topik-topik sederhana mengenai dirinya. Topic-topik yang diangkat harus dekat dengan kehidupan sehari-harinya. Contoh topik yang diangkat biasanya; menceritakan aktivitas mereka kemarin, menceritakan rencana aktivitas yang akan dilakukan hari ini, hobi dan cita-cita. Lalu mewajibkan setiap anak lain untuk mengujakan pertanyaan seputar cerita yang disampaikan. Di luar dugaan ternyata, hal sederhana tersebut membawa dampak besar terhadap suasana pembelajaran di dalam kelas. Di hari-hari berikutnya, siswa tampak lebih santai menghadapi guru dan teman sejawatnya. Pelajaran lebih muda tersampaikan, dan siswa sudah mulai mampu mengekspresikan dirinya dalam kelas.

Dari langkah sedehana ini saya mulai sadar akan sesuatu. Selama ini saya selalu merasa bodoh terhadap hal-hal detail tentang orang lain. Akan tetapi, ternyata ketika kita lebih tahu banyak tentang kebiasaan orang lain, secara tidak langsung dapat menciptakan sebuah ikatan kedekatan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tentu saja sangat membatu guru untuk mengidentifikasi dan mempelajari karakter setiap anak. Tentu saja guru akan lebih leluasa di dalam kelas, Siswa merasa  Merdeka, Guru juga Merdeka!

#salampendidikanpembebasan.

Ikuti tulisan menarik Dewi Ulfah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler