Penulis Popon Nuraeni, M.Pd., SMPN 1 Sukalarang Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Program yang diluncukan Kemendikbudristek untuk lebih memajukan pendidikan di Indonesia yaitu Merdeka Belajar dengan konsep pembelajaran yang menyenangkan atau membahagiakan bagi guru dan siswa. Salahsatu pilar yang diluncurkan dalam program merdeka belajar itu yaitu bidang literasi dan numerasi. Dalam hal ini selaras dengan pemerintah lewat program penumbuhan budi pekerti berdasarkan Permendikbud No. 23 tahun 2015 dengan diwujudkan dalam bentuk gerakan literasi sekolah. Gerakan literasi sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Dengan begitu program merdeka belajar lierasi dan numerasi ini merupakan benang merah yang terkait erat untuk diterapkan di sekolah-sekolah dalam pembelajaran. Salah satu bidang literasi dalam pelaksanaannya di sekolah yaitu adanya menulis sastra.
Permasalahan yang dihadapi di lapangan program literasi sekolah dalam hal menulis sastra, siswa masih minim berkarya. Minimnya ketertarikan menulis karya sastra merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Padahal konsep merdeka belajar itu sendiri siswa bisa berinovasi dengan kompetensi yang ada dalam dirinya dan harus dieksplor untuk berkembang dan menemukan kompetensi dalam dirinya bahwa siswa mampu menulis dengan menyenangkan.
Faktor-Faktor minimnya ketertarikan siswa untuk menulis karya sastra setelah diteliti gejala tersebut maka kita menelaah bahwa minimnya ketertarikan siswa menulis karya sastra tersebut bisa disebabkan oleh:
- Pemberian kesempatan untuk menulis karya sastra dan bereksplorasi mengungkapkan ide-ide menulis karya sastra sedikit
- Pemberian motivasi dari guru atau yang ahli dalam pembuatan karya sastra hanya sebatas penerimaan pembelajaran di sekolah tidak secara nyata di lapangan bahwa guru menampilkan karya tulisannya sendiri.
- Tidak adanya wadah untuk menuangkan hasil kreativitas siswa untuk memamerkan hasil karya menulis siswa,
- Ajang perlombaan dalam menulis kreativitas siswa sangat sedikit dibandingkan dengan lomba-lomba lainnya di sekolah lingkungannya.
- Siswa berasumsi bahwa menulis karya sastra merasa sulit dan prosesnya lama.
- Tidak adanya panutan yang dijadikan bahan kekaguman sehingga mendorong siswa tidak termotivasi dalam menulis karya sastra.
- Lingkungan keluarga yang tidak terlalu respek pada kegiatan anaknya sendiri.
Menurut pandangan umum jika terjadi kekurangan pada siswa maka orang yang
pertama dituding adalah para pendidik yang harus bertanggungnjawab. Faktor dari pengajar yang secara relevan ikut andil dengan minimnya ketertarikan siswa untuk menulis karya sastra antara lain:
- Guru kurang memberikan motivasi untuk menulis karya sastra karena beranggapan penyampaian materi sudah selesai dan tahap produktivitas siswa tergantung minat siswa itu sendiri.
- Guru belum pernah menulis karya sastra yang bisa dijadikan contoh bagi anak didiknya
- Pemberian tugas pembuatan karya sastra terhadap siswa hanya sebatas pencapaian kompetensi yang harus dicapai sesuai dengan silabus,
- Sekolah tidak memberikan wadah atau sarana kepada siswa untuk memamerkan hasil
karya mereka.
Peranan guru pengajar dalam hal ini sangat penting. Bagaimana halnya guru harus bisa menciptakan dan mendorong siswa untuk piawai menulis dan mengambil pesan yang terkandung dalam tulisan tersebut. Apa yang terjadi jika faktor di atas tidak ada solusinya? Dampak terhadap prestasi akademik siswa jika masalah ini tidak dipecahkan maka:
- Peningkatan minat baca siswa tidak ada sehingga pemahaman untuk menghasilkan
pembelajara lewat bacaan nol.
- Pemahaman terhadap karya sastra sedikit, kurangnya pengetahuan tentang karya sastra
menjadikan minat pembuatan karya sastra tidak terbuka,
- Pengalaman menulis siswa sangat minim sehingga proses kreativitas tidak ter-asah dan
proses pembiasaan terlewati.
Saya memulai menerapkan strategi atau pendekatan yang diterapkan dalam mengajar siswa seperti halnya dalam konsep merdeka belajar dengan cara-cara dibawah ini .Untuk mengatasi permasalahan minimnya ketertarikan siswa untuk menulis karya sastra diperlukan pembinaan diantaranya:
Setiap siswa dianjurkan mempunyai buku harian untuk digunakan siswa antara lain:
- menuliskan pengalaman atau apa saja yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dipikirkan setiap hari, terutama pengalaman yang menarik dan berkesan;
- mencatat rangkuman atau ringkasan, bagan, atau skema mengenai hasil membaca apa saja, baik wacana fiksi (hasil apresiasi) maupun non fiksi terutama juga wacana yang menarik
- menulis puisi atau cerpen berdasarkan pengalamannya sendiri
- menuliskan pengalaman yang lain dalam bentuk karikatur, komik atau sejenisnya;
Tahap selanjutnya adalah memeriksa hasil tulisan siswa sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dapat terkoreksi sebagai bahan pembelajaran bagi siswa untuk menulis lebih baik lagi. Hasil laporan siswa yang tampil disimak oleh siswa lainnya dan diekspresikan dalam bentuk tulisan ditulis dalam buku harian.
Pada dasarnya mengajar usia Sekolah Menengah Pertama secara pisikologis siswa sedang berkembang dan tumbuh dalam pencarian jati dirinya. Tentu saja sangat menyenangkan jika punya buku harian yang setiap saat bisa mencatat segala apa yang dirasakan mereka. Hal yang selaras dengan konsep merdeka belajar siswa begitu menikmati hasilnya.
Hasil atau dampak yang terjadi dari gagasan pemecahan di atas adalah:
- Siswa menjadi tertarik atau suka menulis buku harian atau bahkan mereka terbiasa menulis buku harian. Kebiasaan ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan menulis karya sastra.
- Siswa dapat belajar mengemukakan gagasan dari sumber-sumber yang sangat kaya dan bermakna.
- Siswa mempunyai pengalaman menulis, walaupun dalam kadar kecil. Tetapi ini sebagai permulaan ketertarikan dalam menulis karya sastra.
- Pengembangn keterampilan berbahasa dengan cara demikian benar-benar dapat disajikan secara terpadu.
Pesan dari pengalaman belajar merdeka dalam bisang literasi untuk membangkitkan minat siswa menulis sastra ini adalah:
- Awalilah dengan cara sederhana yaitu menyukai cerita
- Selera menulis umumnya tumbuh di dalam hasrat untuk menulis cerita mereka sendiri.
- Jadilah guru sebagai panutan mereka untuk memberikan contoh dalam menulis
- Bakat menulis mereka tumbuh bersama kecintaan mereka untuk meniru karya orang lain.
- Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi apabila semua komponen mendukung dan adanya kesadaran dari berbagai pihak
Setelah berjuang untuk menerapkan strategi di atas alhamdulillah siswa-siswa
lebih produktif untuk menulis karya sastra dengan konsep merdeka belajar semakin percaya diri untuk menulis. Jadilah guru inspirator untuk memacu siswanya menjadi inovatif dan kreatif dalam berkarya. Seperti halnya yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia maju, Bapak Nadiem Anwar Makarim esensi kemerdekaan berpikir, harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya kepada siswa-siswinya. Terkait dengan hal itu saya sendiri tercatat sebagai penulis sastra berbagai gendre dengan menghasilkan puluhan buku baik buku tunggal maupun antologi. Gendre karya sastra yang saya tulis ada kumpulan buku puisi. esai, puisi haiku, sonian, artikel, novel dan catatan harian.
Mari mengajar dengan hati untuk pendidikan yang lebih berseri. Bahagia itu antara aku dan siswaku. Mencinta mereka tiada batas. Salam Merdeka Belajar.
Sumber Referensi
Google. November 2021. Merdeka Belajar Gerakan Pengubah Pendidikan di Indonesia Menjadi Bertaraf Internasional. Wikipedia
Departemen Pendidikan Nasional. 1999.Buletin Pusat Pebukuan. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Abdul Rani, Supratman. Maryani, Yani. 2004. Intisari Sastra Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia
Ikuti tulisan menarik Ponnoer Basari lainnya di sini.