x

Karya Inovasi Siswa hasil pembelajaran Berkreasi dengan Teknologi menghantarkan mereka menjadi Jawara

Iklan

Onny Nurihayanti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Kamis, 25 November 2021 11:21 WIB

Merdeka Belajar: Pembelajaran Berinovasi dengan Teknologi, Hantarkan Siswa Raih Prestasi

Murid adalah laksana samudra yang sangat dalam, menyimpan ratusan potensi yang harus didulang lalu dijala untuk dapat ditunjukkan ke permukaan bahwa potensi itu layak diapresiasi dan menghantarkan mereka pada kesuksesan meniti masa depan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Onny Nurihayanti, S.Pt.

SMKN 1 Tulungagung, Jawa Timur

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Prinsip Merdeka Belajar berdasarkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Gaung Merdeka Belajar telah menyusup dan memenuhi aliran nadi pendidikan di Indonesia. Awalnya, banyak pihak yang tak paham apa dan mengapa harus ada istilah merdeka belajar? Tujuan apa lagi yang diharapkan negara ini dengan terus bergulat pada perubahan sistem pendidikan, kurikulum dan segala kerangka pembelajarannya? Apa esensi Merdeka Belajar hingga harus mulai dikenalkan dan kemudian diimplementasikan di segala jenjang pendidikan? Tidak sedikit yang mempertanyakan, tidak pula sedikit yang menggunjingkan bahkan un-respect pada prinsip dan program yang dicanangkan Mas Menteri, Nadiem Makarim.

Merdeka belajar, sebuah prinsip yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan membawa 2 dimensi yaitu kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi. Merdeka belajar adalah perwujudan dari pemikiran-pemikiran filosofis Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara dalam salah satu filosofi pemikirannya menyampaikan bahwa tugas seorang guru adalah menuntun kodrat alam sang anak untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya, baik sebagai pribadinya maupun sebagai anggota masyarakat. Konsep menuntun yang dimaksud yaitu seorang guru harus mampu menggali potensi yang masih samar-samar pada diri murid, kemudian diasah dan ditajamkan hingga sang anak dapat menemukan sebuah titik terang tentang bakat yang dia miliki untuk dikembangkan sebagai proses kesuksesan yang harus dia capai.

Menuntun murid dalam proses pendidikan mengandung 2 unsur, yaitu pengajaran dan pendidikan itu sendiri. Pengajaran merupakan hak lahiriah yang harus diterima oleh murid mencakup kompetensi yang harus dia miliki tentang ilmu pengetahuan, sedangkan pendidikan adalah upaya menumbuhkan karakter atau budi pekerti baik sebagai wujud kebutuhan batiniah yang menjadikannya pribadi yang unggul dalam beretika. Anak bukanlah sebuah Tabula Rasa, layaknya kertas putih kosong yang menurut untuk dibentuk dan diwarnai oleh orang tua atau gurunya. Di samping itu, terdapat satu Kodrat yang juga merupakan dasar dalam melaksanakan konsep pendidikan yaitu Kodrat Zaman.

Kodrat zaman adalah perkembangan zaman dimana sang anak tumbuh dan berkembang, tentang perubahan perkembangan budaya, teknologi dan peradaban. Hal ini menunjukkan bahwa mendidik anak harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan yang dihadapi oleh anak pada masanya. Akan tetapi pendidikan yang ditekankan pada perkembangan zaman harus tetap mengacu pada kebudayaan bangsa, ideologi dan rasa kemanusiaan yang tinggi. Anak-anak wajib menguasai teknologi sesuai tuntutan revolusi industri 4.0, namun harus dipahamkan tentang budi pekerti baik dalam menyikapi kemajuan teknologi tersebut agar tidak bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan ideologi bangsa.

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara harus “Berhamba pada Anak, Berserah Diri dan Memuliakan Anak”, karena tujuan dari pendidikan adalah Murid atau peserta didik itu sendiri. Sudah seyogyanya seorang guru mengutamakan murid di atas kepentingan pribadinya. Menjadi seorang motivator sekaligus fasilitator yang terus bergerak sesuai nilai dan perannya guna mewujudkan capaian akhir Merdeka Belajar yaitu Profil Pelajar Pancasila, dimana Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 pillar yakni 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 2) Berkebhinekaan global, 3) bergotong royong, 4) mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

 

Peran Guru dalam Menggali Potensi Siswa, Menghantarkan mereka ke Rekognisi Jawara

Sebagaimana prinsip Merdeka Belajar yang telah dipaparkan sebelumnya yang dilandasi dengan konsep menuntun sang anak untuk menemukan potensi mereka harus diterapkan secara holistik dan komprehensif di lembaga pendidikan. Guru adalah pemimpin pembelajaran yang bertanggung jawab dan cakap untuk menjadi pelopor dalam melakukan hal tersebut. Seorang guru memiliki kesempatan penuh dalam melakukan aktifitas pembelajaran sesuai inovasi masing-masing untuk menemukan potensi anak, baik dari segi kognitif maupun psikomotorik.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan kepada murid jenjang SMK khususnya jurusan Agribisnis Ternak Unggas adalah pembelajaran project based learning (PjBL). Tujuan pembelajaran ini antara lain:

  • Memimpin pembelajaran untuk memberikan wadah murid berekspresi sesuai talentanya.
  • Menggali atau mengeksplorasi potensi murid dalam pembelajaran.
  • Mengelola kelas dan mengarahkan potensi menjadi sebuah project kreatif dan inovatif.
  • Memfasilitasi potensi murid untuk bisa memasuki kompetisi tingkat propinsi maupun nasional.

Berawal dari mengangkat topik permasalahan yang banyak ditemukan di masyarakat peternak, murid diminta untuk melakukan diskusi menemukan terobosan dan solusi terhadap masalah tersebut. Solusi bisa berupa opini atau tulisan ilmiah maupun rancangan produk inovasi.

Pembelajaran dengan mengusung inovasi memang tidak mudah. Seorang guru harus berpikir keras untuk menemukan ide yang berbeda dan mengeksplor kemampuan murid yang belum tampak. Perlu kesabaran dan proses yang bertahap untuk menumbuhkan kreativitas anak. Akan tetapi, ketika muncul inovasi yang unik dan layak dari murid akan ada rasa bangga kepada murid yang mempunyai daya nalar luar biasa. Hal ini akan menjadi motivasi tersendiri juga rasa ingin selalu mendampingi dan mengantarkan mereka untuk mampu membuat karya nyata serta bertekad karya tersebut bisa menjadi produk unggulan di sekolah dan menembus even kompetisi tingkat propinsi bahkan nasional.

Tahap pembelajaran yang dilakukan pada metode ini adalah sebagai berikut:

  1. Tahap awal pembelajaran ini yaitu penyampaian materi meliputi apersepsi tentang inovasi dan teknologi, brain storming produk/karya inovasi sederhana dan penyampaian pendapat-pendapat baru yang muncul dari murid.
  2. Tahap Kedua yaitu diskusi kelompok tentang topik yang telah ditentukan. Diskusi kelompok diarahkan pada kreativitas murid dalam mendiskusikan sebuah problem yang terjadi di bidang perunggasan dan solusi yang dapat mereka buat, baik dalam bentuk opini, tulisan ilmiah maupun produk karya inovasi untuk menyelasaikan persoalan yang terjadi.
  3. Tahap Ketiga yaitu mempresentasikan karya atau tulisan hasil diskusi di depan kelas. Presentasi dilakukan secara individu atau kelompok. Dilakukan pula tanya jawab oleh murid-murid yang lain dan guru pengajar sebagai wujud kemantapan teori yang dibawa setiap kelompok, kematangan produk yang akan dibuat dan penguasaan materi masing-masing personal murid.
  4. Setelah melalui tahap presentasi, Tahap berikutnya adalah pembuatan karya baik berupa tulisan ilmiah, opini ilmiah, produk kreatif maupun produk tepat guna. Pada tahap ini peran guru sangat diperlukan untuk menganalisis hasil yang dibuat oleh murid, memberikan apresiasi, menyampaikan evaluasi dan memberikan rekognisi bagi karya yang memenuhi kriteria dan layak untuk diikutsertakan dalam kompetisi yaitu Lomba Kompetensi Siswa maupun kompetisi sejenis yang diselenggarakan oleh lembaga lain.

Tahapan pembelajaran tersebut berhasil menemukan bibit-bibit potensi murid yang luar biasa, diantaranya adalah munculnya solusi produk inovatif pada persoalan penetasan telur yang berhubungan erat dengan konsep teknologi. Pembelajaran PjBL ini selanjutnya diberi nama Pembelajaran “Berinovasi dengan Teknologi”. Pendampingan demi pendampingan dilakukan hingga inovasi tersebut lebih terarah dan menemukan poin utama untuk menghasilkan produk inovasi yang tepat guna, yaitu “Inovasi Penggunaan Hatch Spray pada Mesin Tetas Telur Otomatis (Full Automatic Incubator) sebagai alat vaksinasi DOC dan Desinfeksi Inkubator”. Produk inovasi ini merupakan produk hasil rancangan kreativ murid yang menggabungkan dua alat, mesin tetas full otomatis dengan Hatch Spray, yaitu alat vaksinasi bagi DOC (Day Old Chick) sekaligus difungsikan sebagai alat desinfeksi mesin tetas.

Metode pembelajaran yang telah diterapkan ini memberikan catatan praktik baik yang didapatkan dari para murid, diantaranya:

  1. Percaya Diri yaitu menumbuhkan rasa percaya diri murid untuk memunculkan kreativitas dan menunjukkan hasil karya yang mereka buat secara mandiri.
  2. Kreativ yaitu mengasah dan menajamkan kreativitas murid untuk menciptakan karya yang baik.
  3. Inovatif yaitu Memunculkan ide-ide brilian untuk menghasilkan karya-karya baru yang unik dan berbeda.
  4. Kolaboratif dan Kompetitif yaitu Menciptakan kolaborasi antar murid dan menumbuhkan jiwa kompetisi, perjuangan meraih prestasi.

Produk inovasi karya siswa ini telah menjadi ikon jurusan di sekolah, mendapat apresiasi dari Kepala Sekolah dan telah mengikuti beberapa even kompetisi tingkat nasional dengan bimbingan guru. Even yang pernah diikuti oleh produk inovasi ini adalah Kompetisi Pengembangan Produk Kreatif yang diselenggarakan oleh BBPPMPV Pertanian-Cianjur yang dipresentasikan 3 tahap oleh guru pendamping tahun 2021. Even kompetisi selanjutnya adalah Essay Competition siswa SMK yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jember dengan tema kegiatan kompetisi yaitu “Aktualisasi Peranan Industri dalam Meningkatkan Pembangunan Peternakan yang Berbasis Teknologi Menuju Era Society 5.0”. Even ini telah mengantarkan siswa meraih Juara 2 tingkat Nasional dengan mempresentasikan hasil karya inovasi Mesin Tetas tersebut.

Saat ini, alat inovasi tersebut telah menjadi salah satu media praktik para peserta didik di SMKN 1 Tulungagung untuk mata pelajaran Pembibitan Agribisnis Ternak Unggas pada kompetensi Menetaskan Telur. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai guru pembimbing ketika karya inovasi murid tersebut juga telah diadopsi oleh praktisi untuk digunakan dalam menjalankan bisnisnya.

Murid adalah laksana samudra yang sangat dalam, menyimpan ratusan potensi yang harus didulang lalu dijala untuk dapat ditunjukkan ke permukaan bahwa potensi itu layak diapresiasi dan menghantarkan mereka pada kesuksesan meniti masa depan. Setiap anak mempunyai talenta dan kemampuan daya pikir, kreativitas dan inovatif yang berbeda-beda. Guru dalam nilai dan perannya sangat diperlukan untuk menjadi sosok pendamping, pembimbing dan pemimpin dalam memunculkan potensi anak tersebut. Inovasi seorang guru akan menjadi stimulus dan inspirasi murid-muridnya dalam meraih keberhasilan sesuai kapasitas sang anak. Merdeka belajar telah menjadi konsep belajar yang relevan untuk diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia. Menjadi ekosistem belajar anak untuk bisa menggali kapasitasnya secara bahagia, bebas dan mandiri.

Ikuti tulisan menarik Onny Nurihayanti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu