x

Perubahan Pembelajaran

Iklan

Kristin Oktaviani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 November 2021

Jumat, 26 November 2021 08:30 WIB

Guru, Alirkan Energimu

Artikel ini memuat lika liku pendidikan selama masa pandemi covid-19 dan mengajak guru untuk berpikir positif

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

GURU, ALIRKAN ENERGIMU !

 

Nelson Mandela pernah berkata : “Pendidikan merupakan senjata paling ampuh untuk merubah dunia”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai guru, apalagi yang mampu kita lakukan untuk Indonesia ?

 

Maret 2020, Pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia dan menghantam habis segala sektor. Banyak perusahaan yang guling tikar, pengangguran bertambah. Sektor Pendidikan pun tak lepas dari hantaman itu bahkan sekolah pun dilaksanakan secara jarak jauh.

 

Pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring tentunya membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran daring membutuhkan modal lebih dari orang tua siswa berupa smartphone dan kuota internet. Meskipun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) memang menyediakan bantuan kuota Internet. Pembelajaran daring membutuhkan kesiapan guru dalam membuat bahan ajar berbasis digital untuk materi yang akan diberikan kepada siswanya, karena siswa butuh penjelasan untuk memahami materi sebelum menjawab soal.

 

Tapi permasalahan bukan hanya itu, sinyal internet yang sulit dijangkau menjadi salah satu kendalanya.

 

Guru ? Apa peran guru ? Apa kontribusi guru ?

 

Guru selalu dianggap yang paling untung karena sekolah diliburkan. Padahal di lapangan, bagaimana kenyataannya ?

 

Guru sama sekali tidak berdiam diri. Guru mencari ide agar tetap bisa memberikan ilmu kepada anak didiknya. Di sekolah saya, yakni di SMP Negeri 1 Pulau Malan yang berada di Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Guru menempuh jarak entah berapa kilometer dengan perjalanan darat dan menyebrangi sungai untuk mengantarkan modul dan soal dari rumah ke rumah, dari desa ke desa untuk dipelajari siswa. Bahkan guru menyempatkan waktunya untuk memberi sedikit penjelasan atas materinya. Tenaga dan jumlah guru terbatas. Medan yang dilalui guru tidaklah mudah.

 

Lika liku pembelajaran daring sangat terlihat efeknya. Efeknya dari ini semua mengimbas kepada siswa yang mengalami minat belajar rendah bahkan memilih berhenti sekolah untuk bekerja maupun menikah.

 

Bagaimana nasib generasi muda kita kalau terus begini ?

Indonesia butuh bangkit dari keterpurukan. Padahal seperti yang kita ketahui, Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) kita sungguh kaya.

 

Siapa yang bisa disalahkan ?

Tidak ada !

Kita memang harus merubah pola pikir dan kebiasaan kita.

 

Guru merupakan pekerjaan yang sangat sulit untuk dilakukan. Guru memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Bagaimana tidak, kita menjadi sebuah ujung tombak untuk memajukan Indonesia lewat pendidikannya. Mental kita harus kuat dalam menghadapi perkembangan zaman, naluri kita harus tajam untuk melihat potensi siswa.

 

Sebagai guru, kita pun harus mulai belajar kembali tanpa berpikir belajar hanya menjadi beban bagi guru. Guru itu sendiri yang bertanggung jawab penuh atas pengembangan kariernya. Karier yang dimaksud adalah berkarya dan berkontribusi dengan belajar bermakna bagi siswa. Guru perlu melibatkan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Guru perlu melakukan perubahan praktik pengajaran, karena pembelajaran kini bukan lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat kepada peserta didik.

 

Sebagai  pendidik, kita berkomitmen untuk menyelesaikan tugas utama dan fokus pada tujuan kita. Sebuah kutipan dari African Proverb mengatakan “Jika engkau ingin pergi cepat, pergilah sendiri. Jika ingin pergi jauh, pergilah bersama sama”. Ungkapan itu sangat sesuai dengan tujuan kita yakni melakukan perubahan besar pada pendidikan Indonesia yang tentunya tidak akan mungkin dilakukan sendirian. Sehingga sangat perlu adanya kolaborasi antar guru untuk mengembangkan diri.

 

Kolaborasi antar guru dapat terlaksana dengan mengembangkan komunitas guru untuk melakukan perubahan, saling belajar sebagai guru pembelajar  dan mendukung untuk perubahan pendidikan. Komunitas guru menjadi sebuah wadah untuk saling bertukar pikiran dalam menghadapi karakter siswa yang dipengaruhi perubahan zaman.

 

Karakter siswa yang dipengaruhi perubahan zaman memerlukan perhatian ekstra. Siswa memiliki kebutuhan dan minat belajar yang berbeda sehingga perlu adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa belajar untuk mempersiapkan tantangan hidup ke depan. Tantangan hidup seperti munculnya kecerdasan buatan contonya robot atau mesin. Contoh paling sederhana adalah mesin ATM dan mobile banking, dimana mengambil dan mentransfer uang tidak perlu ke teller.

 

Kita sendiri yang memilih menjadi guru, maka kita pula yang harus menyelesaikan tujuan kita untuk mencerdaskan anak bangsa. Kecerdasan anak bangsa inilah yang menjadi aset berharga untuk Indonesia agar mampu “Rise Up”. Tugas utama kita adalah mengarahkan potensi agar anak didik kita bisa menentukan pilihannya dalam pembelajaran sehingga segala potensi siswa pada akhirnya dapat memberikan kontribusi untuk Indonesia. Menurut saya, kita sebagai guru memanglah harus membuat siswa menyadari potensinya dan memancing siswa menggali idenya karena itulah yang dibutuhkan siswa untuk mempersiapkan tantangan hidup ke depan.

 

Tepat pada tanggal 25 November yakni Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2021, saya sebagai penulis menyelesaikan tulisan ini. Harapan yang saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Seperti yang menjadi tema HGN dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yakni : “Bergerak dengan hati, pulihkan Pendidikan.”

Oleh karena itu Bangkitlah guruku, bangkitlah negeriku. Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

 

Menurut saya, guru itu bukan hanya seperti orang tua di sekolah melainkan sudah seperti artis di kelas.

Bagaimana tidak ?

Ketika guru sudah tiba di sekolah, guru tidak boleh membawa keluh kesah, kesedihan dan kemarahannya. Guru bersikap profesional di dalam kelas. Guru selalu nampak ceria, bersemangat, bahagia dan ramah tamah. Guru melakukan best practice dalam setiap pengajarannya.

 

Pandangan mata siswa tertuju pada guru. Gerak gerik guru di kelas diperhatikan oleh siswa. Hal ini bukan perihal tampan atau cantiknya seorang guru, tapi ini berkenaan dengan bagaimana sikap guru di kelas. Menjadi Guru favorit yang kehadirannya selalu dinantikan setiap kehadirannya. Meski tak tersemat selempang “Guru Favorit”, tapi biarlah siswa sendiri yang menilai siapa guru favoritnya.

 

Guru memanglah bukan satu satunya sumber informasi dalam mendapatkan ilmu, oleh karena itu, guru pun harus selalu up to date atau kekinian, tidak anti terhadap teknologi dan aplikasi. Siswa yang aktif mencari informasi dengan membaca berita dari buku maupun smartphone mungkin saja memiliki pertanyaan dalam benaknya. Siswa yang seperti itu dengan semangat ingin berdiskusi dengan teman dan gurunya, maka kita sebagai guru harus siap memfasilitasi. Jangan sampai seorang guru membentak atau pun marah karena bersembunyi dari ketidaktahuannya.

 

Guru tidak boleh putus asa dan lemah tak berenergi dalam menghadapi siswa. Energi itu mengalir. Biarkan energi kita sebagai guru mengalir kepada siswa. Energi positif berupa semangat, senyum dan keramahan ditunggu oleh siswa. Bukan energi negatif yang kita bawa ke dalam kelas sehingga suasana kelas menjadi mencekam. Jangan membawa energi negatif ke kelas. Kita tidak tahu apa yang dialami siswa kita di rumahnya ketika dia pulang dari sekolah, kita tidak boleh menambah beban mentalnya. Jika guru merupakan orang tua ketika berada di sekolah, maka jadikanlah sekolah sebagai rumah yang nyaman ditempati oleh siswa.

Ikuti tulisan menarik Kristin Oktaviani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler