x

Iklan

Dr. Asep Totoh,SE.,MM

Guru SMK Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Jumat, 26 November 2021 08:57 WIB

Belajar Merdeka Belajar

Pendidikan bangsa Indonesia dipaksa harus memiliki sistem yang secara cepat mampu menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, pandemi Covid-19 telah membuka tabir kelemahan dan solusi pendidikan kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

NYARIS dua tahun sejak bulan Maret 2020 pendidikan terdampak covid-19, para guru semuanya haru belajar. Semua harus belajar dan belajar dari ketidakpastian dengan segala upaya yang masih memiliki bolong-bolong kelemahan sistem layanan pendidikan di masa pandemi.

Berdasarkan data Kemendikbudristek mencatat ada 51 juta siswa dan hampir 3 juta guru terkena dampak langsung pandemi yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini. Selain itu sebanyak 53,55 persen guru kesulitan mengelola kelas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan 49,24 persen guru terhambat melaksanakan asesmen PJJ. Pun guru juga sulit menggunakan teknologi selama PJJ, dengan jumlah mencapai 48,45 persen.

Pun “Merdeka Belajar” kendala ataupun pro dan kontra ketika sejak awal digulirkan oleh “Mas Menteri” Nadiem Makarim. Terlepas dari itu diyakini jika “Merdeka Belajar” merupakan imajinasi besarnya ruang kebebasan yang ditawarkan dalam mengembangkan konsep pendidikan terbaik untuk bangsa ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan tetapi, ruang kebebasan itu senyatanya menjadi sebuah tantangan ketika pendidikan diuji pandemi Covid-19. Pendidikan bangsa Indonesia dipaksa harus memiliki sistem yang secara cepat mampu menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, pandemi Covid-19 telah membuka tabir kelemahan dan solusi pendidikan kita.

Dalam sebuah optimisme jika masalah pendidikan sejatinya tidak akan pernah tuntas karena dunia ini terus berubah dan setiap perubahan melahirkan tantangan yang berbeda. Oleh sebab itu, arah pendidikan pun harus fleksibel dan selalu siap untuk disesuaikan.

Pandemi Covid-19 telah memaksa pembelajaran harus secara daring selama hampir satu tahun setengah, ada banyak kendala dan tantangan di lapangan. Evaluasi dan penangganan segera dari dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini tidak bisa dibantahkan, tingginya angka putus sekolah dan potensi penurunan kualitas pendidikan anak usia sekolah karena tidak tercapainya target kurikulum. Kemendikbudristek pun telah menguji efektivitas PJJ, kualitas tenaga pendidik, peserta didik dan proses pembelajarannya.

Dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) sampai dengan saat ini masih ditemukan beberapa keterbatasan atau kendala dalam pelaksanaannya. Saat ini kekurangan ekonomi atau keterbatasan fasilitas tidak lagi menjadai soal utama, akam tetapi masalah lainnya adalah kejenuhan dalam pembelajaran online baik dari pihak pengajar, pelajar serta orang tua sebagai pendamping anak di rumah.

Menjadi tantangan dan tuntutan proses pembelajaran yang dirancang disaat pandemi dan pasca pandemi Covid-19 bagaimana caranya untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan.

Proses pembelajaran dikelas dengan daring mewajibkan para guru dan dosen harus bisa menemukan, memilih dan juga merumuskan strategi-strategi penting yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran agar bisa menciptakan iklim belajar aktif, dan suasana kelas yang positif dan menyenangkan sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Makna paling penting pendidikan terbaik dalam proses pembelajaran saat ini adalah menjadi solusi pemecahan masalah kehidupan. Maka sistem dan tujuan pembelajaran pada akhirnya harus bisa diaplikasikan didalam kehidupan, lingkungan, atau kebutuhan kerja para siswa atau mahasiswa. Pembelajarannya bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk menunjang life skill dan life solution para siswa/ mahasiswa, pembelajaran yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas.

Jauh sebelumnya, Ki Hadjar Dewantara menyatakan jika pendidikan itu memberikan dorongan terhadap perkembangan siswa didik, yakni pendidikan mengajarkan untuk mencapai suatu perubahan dan dapat bermanfaat di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, siswa didik diharapkan mampu memberikan manfaat untuk lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal ataupun untuk masyarakat luas. Selain itu, dengan pendidikan juga diharapkan memberikan peningkatan rasa percaya diri, mengembangkan potensi yang ada dalam diri karena selama ini pendidikan hanya dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan aspek kecerdasan, namun tidak diimbangi dengan kecerdasan dalam bertingkah laku maupun dengan ketrampilan.

Dunia ini terus berubah, dan setiap perubahan selalu melahirkan tantangan yang berbeda. Esensi pendidikan itu sendiri adalah Memanusiakan Manusia, perubahan era atau zaman apapun pasti akan berimplikasi pada dinamika dan fenomena pendidikan itu sendiri.

Menyoal kemerdekaan belajar, sejatinya sejak lahir manusia sudah memiliki empat hal fitrah dalam belajar yakni; memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (intellectual curiosity). Memiliki daya imajinasi kreativitas yang tinggi (Creative imagination). Memiliki kemampuan berpikir untuk menemukan suatu pengetahuan (art of discovery and invention). Memiliki akhlak mulia (noble attitude) terhadap proses penemuan ilmu.

Senyatanya jika Merdeka Belajar harus menjadi komitmen bersama sebagai langkah yang tepat untuk mencapai pendidikan yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini dengan tujuan untuk mempersiapkan generasi yang tangguh, cerdas, kreatif, dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ayo kita bersama-sama terus belajar (tentang) merdeka belajar.

 

 

Ikuti tulisan menarik Dr. Asep Totoh,SE.,MM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler