x

sumber pixabay.com

Iklan

Dr. Asep Totoh,SE.,MM

Guru SMK Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Minggu, 28 November 2021 14:46 WIB

Menguatkan Pendekatan Pendidikan yang Humanis

Pendidikan Humanis adalah pendidikan yang bukan hanya mengembangkan kualitas kognitif akan tetapi juga mengembangkan psikomotorik dan efektif, sehingga dalam proses pembelajaran nilai kemanusiaan yang terdapat dalam diri peserta didik dapat dikembangkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berikut disarikan definisi dari beberapa ahli dan literatur berkaitan pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan secara umum dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.

Pendidikan dalam arti yang sempit dapat berarti pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik, agar mempunyai kemampuan kognitif, dan kesiapan mental yang sempurna dan berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab mereka sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Pembelajaran merupakan salah satu proses dalam menjalankan pendidikan, terdapat tiga lingkup komponen dalam membentuk pembelajaran, yaitu kurikulum, merupakan materi yang akan diajarkan, selanjutnya proses yang menggambarkan bagaimana materi yang akan diajarkan, terakhir produk yaitu hasil dari proses pembelajaran. Instrumen untuk tercapainya tujuan pendidikan adalah kurikulum, kurikulum merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis tingkat pembelajaran, dengan adanya kurikulum pembelajaran akan terstruktur sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selanjutnya, guru memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan seorang siswa melalui proses pembelajaran, di mana guru harus menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, menyenangkan, aktif dan efektif.

Tuntutan dan tantangan peran guru adalah bagaimana menjadikan pembelajaran yang harus memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas kognisi, afeksi, dan psikomotoriknya.

Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) akibat terdampak pandemi COVID-19 telah membuat interaksi yang berlangsung di sekolah telah hampir kehilangan human dan personal touch-nya. Sehingga, dikhawatirkan jika proses pendidikan virtual dengan daring atau online akan hampir sama dengan interaksi manusia di pabrik yang akan menghasilkan produk-produk serba mekanistis dan robotis.

Jika dilihat dari berbagai kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan daring atau online, saat ini proses pembelajarannya pun masih melekat dengan “gaya bank “yang dipopulerkan oleh Paulo Freire dalam Sabaruddin (2020) yang menyatakan:

  1. Guru mengajar, murid diajar.
  2. Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa.
  3. Guru berpikir, murid dipikirkan.
  4. Guru bercerita, murid patuh mendengarkan.
  5. Guru menentukan peraturan, murid diatur
  6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujui.
  7. Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya.
  8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.
  9. Guru mencampuradukan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid
  10. Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah objek belaka.

Maka pendidikan saat ini dituntut kembali untuk menguatkan pendekatan pendidikan yang humanis, humanis bahasa Latin: humanis berarti manusia dan memiliki arti manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (Mangunhardjana, 1997: 93). Pendidikan Humanis adalah pendidikan yang bukan hanya mengembangkan kualitas kognitif akan tetapi juga mengembangkan psikomotorik dan efektif, sehingga dalam proses pembelajaran nilai kemanusiaan yang terdapat dalam diri peserta didik dapat dikembangkan.

Dalam model pendidikan humanis memerlukan siswa yang unik dan aktif, sehingga mengusahakan siswa aktif berpatisipasi dalam kelas. Ada beberapa model Pendidikan yang humanis antara lain:

  1. Student Centered Learning. Konsep ini sesuai dengan konsep pembelajaran Carl Rogers yaitu: a) Memfasilitasi orang lain tanpa mengajar; b) Memperkuat diri dengan belajar secara signifikan; c) Belajar tanpa tekanan, dan d) Mendidik dan mengajarkan siswa secara signifikan tanpa tekanan, dan memfasilitasi perbedaan yang ada.
  2. Humanizing of The Classroom. Model pendidikan berpedoman pada tiga hal yaitu menyadari diri yang merupakan proses pertumbuhan, perubahan, dan perkembangan yang terus berubah, menggali konsep identitas diri, dan membuka jalan berfikir yang luas.
  3. Active Learning. Model Pendidikan ini gagasan dari M. L. Siberman, pendidikan active learning yaitu pendidikan yang dilakukan dengan cara mendengar, melihat dan mendiskusikan maka akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menguasai pelajaran.
  4. Quantum Learning.Quantum Learning menggabungkan sugestiologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolingusitik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. (Hernacki & de Porter, 2004: 16) Asumsi Quantum Learning dalam belajar siswa harus mampu menggunakan potensi nalar dan emosi secara tepat.
  5. Quantum Teaching. Model pendidikan yang mengajak siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga menciptakan suasana yang tidak membosankan, di mana guru mampu berinteraksi dalam membawa potensi fisik, emosi, dan psikis siswa menjadi sesuatu yang integral. Model pendidikan Quantum Teching yakni guru harus mampu melibatkan siswa baik itu dari segi pikiran, bahasa tubuh dan perasaan dalam ranah pendidikan.
  6. The Accelerated Learning. Guru mampu melakukan metode pendekatan pembelajaran misalnya belajar dengan metode animasi, belajar dengan cara visual, belajar dengan cara menggambarkan dan mengamatinya, dan belajar dengan cara diskusi memecahkan masalah yang ada dan melakukan refleksi seperti mengajukan tanya jawab, sehingga membuat kelas aktif dan dapat mengembangkan wawasan siswa.

Selanjutnya peran guru dalam pendidikan humanis menurut Ahmadi & Widodo (2013: 238)harus memiliki Ciri-ciri guru yang efektif antara lain:

  1. Guru yang mempunyai persepsi bahwa siswanya mampu memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik
  2. Guru yang memprediksi bahwa siswanya mempunyai sifat ramah, bersahabat serta memiliki sifat ingin berkembang.
  3. Guru yang menghargai siswanya.
  4. Guru yang mempunyai persepsi bahwa siswanya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dari dalam dirinya sendiri, dia melihat siswanya mempunyai kreativitas dan dinamika dan bukan orang yang pasif.
  5. Guru yang menganggap pada dasarnya siswa dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
  6. Guru yang memandang siswanya dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya.

Alhasil, guru sebagai inisitor, motivator, dan fasilitator mampu menjalankan pembelajaran untuk memecahkan permasalah-permasalahan sehingga menjadikan sekolah humanis yaitu sekolah yang mencintai, memberi kebebasan dalam berkreativitas sesuai dengan minat dan bakatnya peserta didik.

Dan peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang bisa memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Sehinga harapannya peserta didik mampu memahami potensi diri mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative.

Pandemi COVID-19 dan model PJJ daring atau online saat ini bisa menjadikan sekolah atau kelas bagi para guru, siswa dan orang tua menjadi tempat yang secara psikologis semakin terasa tidak menyenangkan, membuat stress karena terlalu banyak aturan, tugas dan tuntutan yang membelenggu serta membuat banyak orang menjadi tidak berdaya serta tidak memiliki kemampuan berkreasi dan berinovasi.

Bukankah hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia sebagai upaya terus menerus dan sistimatis untuk menyiapkan dan mendidik manusia agar (1) memiliki kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (2) beriman, berkepribadian luhur atau berakhlak mulia (3) nasionalis.

 

Ikuti tulisan menarik Dr. Asep Totoh,SE.,MM lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu