x

Iklan

Suci Handayani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 November 2021

Minggu, 28 November 2021 15:14 WIB

Resah

“Dik Siti, jangan takut, mas Jerry nggak akan ngapa-ngapain kamu”, kata Hajir lembut. Siti yang belum terbiasa memanggil Kang Hajir dengan sebutan Jerry menakupkan bibirnya rapat-rapat. Lidahnya terasa kelu. Siti gugup, dia takut salah ucap, takut salah tingkah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Dik Siti, jangan takut, mas Jerry nggak akan ngapa-ngapain kamu”, kata Hajir lembut.

Siti yang belum terbiasa memanggil Kang Hajir dengan sebutan Jerry menakupkan bibirnya rapat-rapat. Lidahnya terasa kelu. Siti gugup, dia takut salah ucap, takut salah tingkah.

Sore itu, Kang Hajir anak juragan Salim, orang terkaya di desanya mengajak Siti jalan-jalan ke kota, selain untuk melihat-lihat kota yang sudah mulai ramai, karena penurunan level PPKM - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, juga karena Kang Hajir akan mengadakan syukuran dengan teman-temannya. Kabarnya kang Hajir diterima sebagai PNS. Suatu capaian yang luar biasa bagi penduduk di desanya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kang Hajir pemuda berperawakan sedang dengan kulit sawo matang itu memang terkenal sebagai orang yang beruntung. Bapaknya juragan batik, duda kaya raya yang memiliki banyak rumah dan karyawan. Karena kekayaan bapaknya pula kang Hajir memiliki kesempatan untuk kuliah di kota. Kang Hajir jarang pulang ke desa, jika pulang pun, tidak lama kemudian sudah kembali ke kota, temannya banyak yang ada di kota, sepertinya dia memang tidak cocok tinggal di desa.Selama PPKM dan harus SFH - School From Home, atau kuliah dari rumah kang Hajir tetap memilih untuk tinggal di rumah kontrakannya di kota. Alasannya di desa koneksi internet tidak lancar, padahal dia harus segera mengejar gelar sarjana agar bisa ikut dalam pendaftaran PNS tahun ini. Memang akhirnya kang Hajir bisa lulus dengan cepat, entah berapa nilai kelulusannya, yang jelas setelah lulus, dia bisa diangkat menjadi PNS, ahhh memang kadang hidup begitu indah dan nikmat untuk sebagian orang.

“Dik Siti, sebentar lagi kita sampai rumah kontrakanku, nanti dik Siti rapikan lagi dandanannya ya. Oh ya, jangan lupa Mas Jerry akan memanggil dik Siti dengan nama Catherine, jangan khawatir, dik Siti cocok kok memakai nama itu. Coba lihat, kulit dik Siti putih bersih, badannya tinggi langsing, wajahnya cantik, matanya indah seperti buah almond, dan hidung dik Siti itu mancung, cantik sekali” ujar Kang Hajir sambil tersenyum memuji kecantikan Siti.

“Ya, kang, Siti akan ingat”, jawab Siti tergagap sambil berpikir keras seperti apa buah almond itu...Siti nggak pernah tahu.

“Eh, kamu dik Catherine, sudah dibilangin panggil aku Mas Jerry, kok ya masih kang..keng..kang...keng...malu dik, jangan diulang ya”, sahut Kang Hajir dengan cepat mengoreksi ucapan Siti.

“Iya mas Jerry”, jawab Siti dengan cepat...tangannya menutup mulutnya dengan sigap.

Sampai di rumah kontrakan Hajir, Siti segera merapikan dandanannya. Siti memang memesona, natural cantiknya, bahkan tanpa polesan apapun dia sudah tampak sangat menggoda, wajahnya bersih dan segar, tanpa tambahan skin care macam-macam. Pantas kalau Hajir terpukau pada kali pertama melihatnya. Belum pernah Hajir menemukan gadis secantik itu dikota, dan tanpa basa-basi dia ajak Siti menemaninya merayakan syukur atas diterimanya Hajir sebagai PNS.

“Mas Hajir…” ucapan Siti terhenti, “mak..mak..maksudku Mas Jerry…”, lanjutnya tergagap, dan langsung terhenti. Siti lupa apa yang akan dia katakan. Hajir tersenyum, dia suka melihat Siti salah tingkah dan sedikit gugup...ah dia semakin tampak manis.

“Apa Cath?”, kamu baik-baik saja? Sudahlah kalau memang tidak bisa memanggilku mas Jerry sebaiknya kamu lebih banyak diam saja ya. Sepertinya diam akan membuatmu nyaman”, saran Hajir dengan lembut. Hajir paham dia tidak bisa memaksa gadis selugu Siti untuk mengikuti skenarionya, gadis itu terlalu lugu untuk bersandiwara. Dan keluguannya sungguh makin memenjarakan perasaan Hajir padanya.

“Ayo kita berangkat dik Cath”, ajak Hajir sambil menggandeng tangan Catherine. Dia bukakan pintu honda Brio nya  untuk Siti, meminta Siti untuk duduk disampingnya, entah mengapa angan Hajir tinggi melayang, bayangannya sudah melebihi awang-awang. Dia berkhayal andai Siti mau dilamar, dia pasti akan senang sekali bersanding dengannya. Ah, semoga tidak hanya sekedar angan bagaikan mendung tanpa hujan, pintanya dalam hati.

Acara malam itu berjalan lancar, Siti aka Catherine memang tidak terlalu pandai berakting, tapi pesan Hajir di rumah tadi cukup membuatnya merasa nyaman, lebih banyak diam dan menjawab setiap pertanyaan dengan jawaban singkat disertai anggukan dan senyum kecil yang mahal. Teman-teman Hajir aka Jerry menjadi lebih terkesan, Catherine memang wanita ningrat nan elegan, itu batin mereka. 

“Dik Catherine, terimakasih ya, kamu sungguh memukau, tahu nggak semua temanku mengagumimu, kamu sungguh cantik menawan.” puji Hajir dengan penuh kepuasan.

Siti tersenyum,”Kang Hajir, maafkan Siti, tapi Siti lebih suka jadi Siti, Siti nggak mau jadi Catherine”, ujarnya cepat.

“Oh baik dik Siti, dik Siti akan tetap jadi dik Siti, tapi memang kalau mau tinggal di kota kita harus bisa beradaptasi dik. Nama Siti itu terkesan ndeso, aduh bagaimana ya menjelaskannya nama itu nama yang sering dipakai di desa, kalau orang-orang kota namanya ya jadi Catherine, Rita, Nina, atau nama-nama lain yang lebih mendunia. Kamu kan besok akhirnya akan tinggal di kota dik”, jelas Hajir panjang lebar yang membuat Siti patah lidah. 

“Mak..mak..maksudnya piye kang? Aku nggak dong”, tanya Siti gelagapan.

“Dik Siti, apa dik Siti tidak tahu, apa dik Siti tidak merasa? Aku ini sudah jatuh cinta lho sama kamu”, terang Hajir dengan lugas. “Nanti, besok atau lusa aku akan minta bapakku untuk melamarmu dik, Jangan khawatir, orang tua dik Siti pasti menerima. Mas Jerry ini punya masa depan yang cerah, warisan dari bapak itu banyak sekali dik, dimakan tujuh turunan juga nggak bakal habis. Mas Jerry ini juga sudah diangkat jadi PNS, nggak main-main lho dik, tiap bulan selain gaji pokok mas Jerry akan punya tambahan tunjangan profesi, banyak dik, itu semua nanti buat dik Siti. Pokoknya jangan khawatir, hidup dik Siti pasti terjamin”, beber Hajir, mencitrakan kemegahan hidupnya kelak.

Siti memalingkan mukanya ke arah jendela samping, hatinya gelisah, telapak tangannya mulai dingin keresahan melanda pikirannya. Mulutnya terkunci rapat tak bisa bicara. Matanya berpedar menatap pepohonan yang nampak suram disepanjang jalanan. Hajir memahami kerisauan Siti, dia diam sejenak, menghela napas panjang dan berucap,”Kalau dik Siti nggak mau cepat-cepat ya nggak papa, kita musyawarahkan lagi nanti, yang jelas ya dik, hati mas Jerry ini sudah untuk dik Siti seorang”, lanjutnya memecah ketegangan.

Siti menarik napas pelan, sedikit tergagap dia menjawab,” Kang Hajir, Siti nggak suka kepura-puraan, Siti nggak suka kehidupan yang penuh dengan hura hura seperti tadi, Siti nggak akan tahan tinggal di kota”. 

Hajir tersenyum,”Wis to dik Siti, tenangno pikiranmu, serahkan semua pada mas Jerry, mas Jerry akan bilang sama bapak untuk segera melamarmu, urusan nanti kita bicarakan nanti”. Jawaban Hajir menutup percakapan. 

Hati Siti membuncah bergejolak, mana mungkin dia akan tenang, mana mungkin dia menerima lamaran kang Hajir, mana mungkin juragan Salim akan melamarkan Siti untuk anaknya, meskipun Hajir merengek seperti apapun. Tapi bagaimana bisa dia menjelaskan pada Kang Hajir, karena ini semua masih rahasia, keringat dingin mengalir semakin deras di punggung Siti, dinginnya AC kendaraan tidak bisa membendungnya. Akalnya tertumbuk, jiwanya kalang kabut, dia tak bisa menjelaskan bahwa juragan Salim telah meminangnya sebagai ibu baru bagi kang Hajir.

Ikuti tulisan menarik Suci Handayani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB