x

Iklan

Sakinah Risfayanti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 November 2021

Minggu, 28 November 2021 16:50 WIB

Belajar untuk Merdeka, Merdeka untuk Belajar

Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari perjuangan para pahlawan. Salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan, seorang pelopor berdirinya Taman Siswa sebagai tempat belajar semua rakyat Indonesia untuk menumbuhkan nasionalisme demi kemerdekaan. Hari ini, bukan lagi dengan senjata, namun bertarung dengan inovasi dan kreativitas anak bangsa demi mempertahankan Indonesia yang sudah merdeka dan Indonesia yang lebih maju. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam konsep Merdeka Belajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejenak mengingat sejarah bahwa Indonesia yang terkenal dengan kekayaan alamnya pernah menjadi jajahan Belanda dan Jepang. Tak seperti kalangan atas, rakyat biasa tak dapat menempuh pendidikan. Maka hadirlah Tokoh Pendidikan, Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan telqh mengubah pendidikan pada masa itu. Ia merupakan pelopor dan pendiri Taman Siswa. Karena jasanyalah sehingga semua rakyat Indonesia dapat menempuh pendidikan seperti halnya para bangsawan.

Pendidikan di masa penjajahan dijadikan alat untuk berjuang mewujudkan kemerdekaan. Rakyat diberikan pendidikan nasionalisme sehingga timbul rasa cinta dan persatuan untuk membebaskan Indonesia dari negara-negara penjajah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini kita telah menikmati kemerdekaan. Tidak ada lagi kata berjuang di medan perang. Tidak ada lagi dentuman peluru. Hari ini adalah hari berjuang dari angkat senjata menuju angkat bicara, siapkan pena, asah kemampuan berpikir, berinovasi dan berkreasi demi mengisi kemerdekaan. Hal tersebut kita wujudkan dengan Merdeka Belajar.

Bagaimana mewujudkan kemerdekaan dalam belajar? Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim telah mencanangkan program merdeka belajar. 

Sebagai guru yang tergolong muda dan tidak berbekal ijazah pendidikan saya ditawarkan pekerjaan sebagai guru dalam jurusan yang baru terbentuk. Tentunya merasa kesulitan dalam menghadapi siswa. Namun kesulitan tersebut saya jadikan sebagai tantangan. Ditambah lagi 7 mata pelajaran kejuruan ditangani dengan mengisi 8 jam per hari dalam 1 kelas yang sama. Hal tersebut mungkin keadaan yang cukup membosankan bagi siswa jika diterapkan metode pembelajaran yang biasa saja.

Modal utama yang saya terapkan hanyalah pengalaman dari cara belajar komunitas dan bentuk pendidikan non formal yang pernah saya tempuh. Itulah yang menjadi metode awal dalam memberikan materi pembelajaran. Adapun metode yang saya gunakan pada saat mengawali pengalaman mengajar hingga saat ini, antara lain:

Metode pertama adalah teaching by heart (mengajar dari hati). Sebagaimana guru sebagai orang tua di sekolah, guru menggunakan nalurinya untuk melakukan pendekatan kepada siswa. Setelah mengetahui karakter dan kemampuan siswa, guru dapat memberikan pembelajaran sesuai kondisi siswa. Jika ada siswa yang kurang percaya diri, maka peran guru memberikan motivasi dan memberikan kesempatan untuk berdiri di depan kelas tanpa menuntut kesempurnaan dari penampilan siswa.

Metode kedua adalah teaching by games, yaitu memberikan materi pembelajaran dengan model permainan. Metode ini bisa digunakan ketika siswa sudah mulai merasakan kejenuhan. Semua siswa diajak untuk berperan dalam permainan tersebut sehingga menciptakan pengalaman yang menyenangkan. Permainan ini dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas. 

Metode ketiga adalah outing class. Pembelajaran ini dilakukan di luar kelas dengan mengaitkan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang diajarkan. Kegiatan belajar outing class sangat berkaitan dengan mata pelajaran yang saya ajarkan, yakni pariwisata sehingga siswa mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus sebagai latihan dan penilaian praktik di lapangan. Kegiatan yang pernah dilakukan seperti observasi dan latihan menjadi pramuwisata di objek wisata.

Metode keempat adalah scoring. Penilaian dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan tidak menegangkan. Dalam hal ini, siswa diberikan kesempatan menyampaikan materi yang telah dipahami selama pembelajaran per semester, bebas menampilkan produk sesuai kreatifitas siswa, serta memberikan waktu untuk memperbaiki dan menyempurnakan materi yang belum dipahami. Selain itu, siswa diberikan kesempatan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar.

Keempat metode tersebut saya terapkan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat, rasa bahagia, dan senang dalam mengiuti pembelajaran sehingga mereka bebas berinovasi dan berkreasi. Karena kedua hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini. Menurut saya, anak-anak yang mampu dalam kedua hal tersebut dapat berkompetisi di masa yang penuh dengan peluang dan persaingan dengan negara-negara di dunia ini. Salah satu contohnya adalah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dampaknya bisa kita lihat dari tenaga kerja yang bebas masuk ke negara kita. Maka anak bangsa dituntut untuk dapat memanfaatkan peluang dan bersaing dengan kemampuan yang dimiliki.

Guru sebagai pahlawan yang kini harus berjuang mendidik anak bangsa agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa yang lebih maju. Maka guru lah yang berperan aktif menerapkan merdeka belajar. Mari kita merdekakan pikiran anak bangsa dengan suasana merdeka dalam membentuk karakter siswa,  merdeka di lingkungan sekolah, merdeka untuk kualitas pendidikan yang lebih baik.

Jika Ki Hajar Dewantara sebagai pejuang pendidikan di masa penjajahan, maka kitalah tokoh pejuang pendidikan agar tidak lagi terjajah dan menjajah bangsa kita sendiri. MERDEKA!

#BergerakDenganHati #DemiKemajuan

Ikuti tulisan menarik Sakinah Risfayanti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler