x

cover buku Naga Kuning

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 30 November 2021 13:11 WIB

Naga Kuning - Penderitaan Lahir Batin Seorang Korban Perkosaan Mei 1998

Lilly Kho adalah seorang korban perkosaan Mei 1998. Ia hamil akibat perkosaan tersebut. Namun dukungan keluarga dan teman-temannya membuat Lilly berhasil menerima anak yang dilahirkan akibat perkosaan tersebut. Perjuangan psikologisnya masih harus ditambah dengan upaya pihak-pihak yang mengambil kesempatan untuk menguasai hartanya berupa Perusahaan Naga Kuning.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Naga Kuning

Judul Asli: The Yellow Dragon

Penulis: Yusiana Basuki

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Valentina Sirait

Tahun Terbit: 2011

Penerbit: Elex Media Komputindo          

Tebal: viii + 337

ISBN: 978-602-00-0168-5

 

Penderitaan perempuan tionghoa akibat kerusuhan Mei 1998 tidak terbatas pada saat kejadian saja. Penderitaan mereka berlanjut akibat trauma. Penderitaan mereka berlanjut akibat usaha mereka hancur. Banyak dari para perempuan korban dan keluarganya tersebut yang tak mampu mengatasinya. Sebab penderitaan tersebut sungguh diluar kemampuan manusia untuk menanggungnya.

Kerusuhan Mei 1998 sepertinya memang diarahkan untuk mengorbankan etnis tionghoa. Mereka menjadi kambing kurban dalam sengketa politik yang memanas tersebut. Persekusi, perkosaan, pembakaran aset milik orang tionghoa terjadi secara masal dan sistematis di berbagai kota besar di Indonesia. Namun sayang sekali sampai saat ini pelaku dan dalang dari kejadian ini belumlah bisa diungkap dengan gamblang.

Banyak novel dan cerpen yang ditulis sebagai respon dan protes terhadap tragedi kemanusiaan ini. Beberapa novel menulis sangat rinci kejadian-kejadian pelecehan dan perkosaan yang dialami oleh para perempuan tionghoa dan para perempuan lain yang menjadi korban yang fisiknya menyerupai tionghoa.

Salah satu novel yang mengambil latar belakang Peristiwa Mei 1998 adalah “Naga Kuning.” Novel Naga Kuning sebenarnya pertama kali ditulis oleh Yusiana Basuki dalam Bahasa Inggris. Novel ini pertama kali terbit di Amerika Serikat dengan judul “The Yellow Dragon.” Veri bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo adalah hasil terjehaman Valentina Sirait.

Selain dari menggambarkan kejadian-kejadian kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, novel ini juga menggambarkan bagaimana tokoh utamanya mengatasi penderitaan paska kejadian. Yusiana Basuki secara runtut dan rinci menggambarkan bagaimana tokoh utamanya mengatasi penderitaan fisik dan batin, serta upaya untuk merebut kembali aset-aset yang terancam hilang karena kerakusan pihak-pihak yang memanfaatkan situasi.

Lilly Kho adalah anak tunggal seorang pengusaha kaya. Sang ayah adalah imigran dari Tiongkok. Sang ayah bekerja keras sampai akhirnya mampu menjadi pengusaha. Bisnis utamanya adalah ekspor teh. Naga Kuning dipilih sebagai nama perusahaan untuk menunjukkan inti bisnis perusahaan tersebut. Kuning untuk menggambarkan ketionghoaan dan naga untuk menunjukkan teh terkenal dari Tiongkok – oolong. Selain mengekspor teh, Perusahaan Naga Kuning juga mempunyai bisnis di berbagai bidang. Ini jelas tipikal perusahaan yang didirikan oleh orang Tionghoa di Indonesia, khususnya di Jawa.

Ibu Lilly Kho bernama Fatima. Fatima beretnis Sunda. Ayah Fatima adalah seorang pemilik kebun teh, dimana Kho Khe Kim – ayah Lilly awalnya bekerja. Kho Khe Kim yang awalnya karyawan di perkebunan teh tersebut berhasil menjadi mitra kerja. Kho Khe Kim merintis pemasaran langsung teh dari perusahaan tersebut. Kho Khe Kim dan Fatima terpaksa kawin lari karena hubungan mereka tidak direstui. Namun karena Fatima adalah anak tunggal, ketika ayah dan ibunya meninggal perkebunan teh tersebut diwariskan kepadanya.

Melalui latar belakang keluarga Lilly, Yusiana mau menunjukkan bahwa sesungguhnya orang tionghoa di Indonesia bukanlah ras murni. Mereka sudah menikah dengan orang-orang lokal. Namun demikian status mereka sebagai warga yang dibenci tidaklah sirna walaupun darahnya sudah bercampur dengan darah etnis lokal.

Kisah dibuka dengan kejadian dimana Lilly menjadi korban perkosaan pada tanggal 13 Mei 1998 di daerah Pluit. Lilly yang ragu-ragu meninggalkan Indonesia karena perusahannya sedang mengalami masalah, malah terjebak kerusuhan dan mengalami perkosaan. Lilly yang menjadi lingkung ditolong oleh Pak Haji dan dibawa ke sebuah rumah sakit. Seperti kebanyakan novel-novel berlatar belakang kejadian Mei 1998, Yusiana juga menggambarkan cukup detail bagaimana pelecehan dan perkosaan dilakukan. Yusiana juga menyinggung ciri-ciri pelaku yang digambarkan sangat terorganisis.

Tokoh-tokoh lain dalam novel ini adalah orang-orang di sekitar Perusahaan Naga Kuning. Pak Hasan dan Peter Ryan adalah mitra kerja Kho Khe Kim. Permadi adalah anak dari seorang pejabat yang menjadi mitra Kho Khe Kim. Yusiana memasukkan tipologi  mitra kerja perusahaan yang dimiliki oleh orang tionghoa. Mitra kerja tersebut memang biasanya terdiri dari pengusaha lokal, pejabat dan orang barat.

Penderitaan Lilly Kho tidak berhenti. Dalam kondisi amnesia ia ternyata hamil akibat perkosaan. Peter Ryan yang menjadi pendamping Lilly selama sakit memutuskan untuk tidak menggugurkan kandungan Lilly. Ia akan mengambil anak tersebut dan memeliharanya sebagai anaknya. Lilly diungsikan ke Swiss selama kehamilannya dalam kondisi amnesia.

Setelah anak itu lahir, Lilly tidak mengenalinya bahwa itu adalah anaknya. Angela - anak Lilly, tersebut menjadi anak Peter Ryan dan Helena. Helena adalah psikolog yang merawat Lilly. Dengan Peper Ryan, Helena mempunyai satu lagi anak perempuan.

Melalui perawatan intensif oleh Helena, Lilly akhirnya bisa mengingat kembali kejadian-kejadian yang menimpanya. Lilly akhirnya tahu bahwa Angela adalah anak kandungnya. Yusiana menggambarkan dengan sangat teliti proses kesembuhan Lilly. Ia menggunakan kejadian-kejadian traumatic sehingga ingatan Lilly bisa kembali.

Ketika Lilly Kho yang menjadi Presiden Direktur Naga Kuning mengalami musibah dan menjadi amnesia, Permadi berusaha menguasai perusahaan. Di bawah kepemimpinan Permadi, perusahaan menjadi menurun kinerjanya. Setelah Lilly sembuh, Lilly mengambil alih kepemimpinan perusahaan. Lilly juga menggunakan bukti-bukti keterlibatan Permadi yang berupaya membunuh Lilly saat sakit supaya Permandi menjual sahamnya kepada Pak Hasan.

Ada nilai-nilai kristiani yang dimasukkan oleh Yusiana dalam novel ini. Keputusan untuk tidak menggugurkan kandungan, meski janin tersebut adalah hasil perkosaan adalah nilai agama Katholik. Peter Ryan mengambil keputusan untuk tidak menggugurkan kandungan Lilly setelah ia bertemu dengan pendeta Katholik di Singapura. Nilai kristiani lainnya adalah keputusan Lilly untuk mengampuni Permadi, meski Permadi telah berupaya membunuhnya. Lilly hanya meminta Permadi menyingkir dari Perusahaan Naga Kuning.

Hal lain yang menarik untuk dibahas dari novel ini adalah keputusan Yusiana untuk membuat Lilly akhirnya menikah dengan Peter Ryan dan tinggal di luar Indonesia. Sementara bisnisnya diserahkan kepada Sigit dan Pratomo, anak-anak Pak Hasan. Mengapa Yusiana lebih memilih membuat Lilly dan Peter Ryan menjadi pasangan daripada Lilly menikah dengan Sigit atau Pratomo? Padahal dalam kisah di novel ini kedua anak Pak Hasan tersebut digambarkan sama-sama hampir menikah dengan Lilly. Apakah Yusiana masih menganggap bahwa pernikahan gadis Tionghoa dengan lelaki Jawa dan Islam masih belum bisa diterima?

Keputusan Yusiana untuk membuat Lilly dan Peter Ryan tinggal di luar Indonesia dan menyerahkan bisnisnya kepada Pratomo juga sangat menarik. Bukankah generasi anak-anak konglomerat saat ini banyak yang meninggalkan Indonesia dan menyerahkan bisnisnya kepada mitra lokal mereka? Apakah trend seperti ini teramati oleh Yusiana sehingga ia menutup novelnya dengan cara mengeluarkan Lilly dari Indonesia dan segala bisnisnya? 635

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler