x

Iklan

Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd., Gr.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Selasa, 30 November 2021 13:35 WIB

Farrel dan Sampah

Cerpen Farrel dan Sampah Karya Asep Perdiansyah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Matahari memancarkan sinarnya embun pagi berkilau, bunga bermekeran pernuh dengan warna warni. Minggu pagi Farrel sudah membuat janji bersama temannya bernama Anton, Toni,  dan Bobi akan mendaki gunung dibelakang rumahnya. Farrel dari pagi sudah mempersiapkan perlengkapan pendakian gunung juga perbekalan makanan. Tepat pukul 07.00 WIB teman-teman Farrel sudah datang ke rumah. Farrel berpamitan kepada Ibu meminta izin untuk mendaki gunung dibelakang rumah bersama teman-teman. Gunung Rajabasa yang akan didaki tidak jauh dari rumah Farrel. Gunung Rajabasa adalahgunung berapi dengan kerucut vulkanik yang terdapat di Selat Sunda di bagian tenggara dari Sumatera, terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Memiliki puncak kawah dengan lebar 500 x 700 meter dengan bagian daratan berawa, gunung berapi di selimuti dengan berbagai vegetasi. Farrel bersama teman-temanya mulai mendaki gunung melewati jalan setapak dikelilingi dengan pepohonan hijau terdengar suara-suara hewan seperti burung, jangkring, dan kera. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu benda jatuh ke tanah. Toni berlari menuju tempat suara tersebut dan berteriak memanggil rekan-rekan ada pohon yang roboh. Terdengar suara mesin gergaji yang sedang memotong pohon. Beberapa pohon sudah roboh ada beberapa orang dewasa menghampiri Farrel, Anton, Toni, Bobi, dan Toni. Teriak orang tersebut “Hey, anak kecil mengapa kalian ada di gunung ini sana pulang nanti tertimpa pohon”. Bobi mengajak temannya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Mereka melanjutkan pendakiannya kembali saat diperjalanan tiba-tiba Anton terpeleset jatuh, semua rekannya segera menolong kakinya terluka dan mengeluarkan darah segera Farrel mengeluarkan P3K untuk mengobati luka Anton. Setelah diberi obat dan perban. Mereka istirahat sejenak. Toni bertanya “Mengapa kamu bisa terpeleset Ton ?”. Anton menjawab “saat berjalan tak sengaja saya menginjak tumpukan sampah kemudian terpeleset dan jatuh”. Setelah beristirahat sejenak mereka melanjutkan perjalanan menyusuri keindahan alam sambil bernyanyi. Terdengar suara gemercik air Farrel mengajak teman-temannya menuju sumber suara. Sesampainya di sumber suara ternyata ada sungai yang sangat indah dan jernih namun penuh dengan sampah. Farrel berkata “ saatnya bermain air” Toni dan Bobi langsung berenang di sungai tersebut. “Ayo Farrel ikut berenang” Teriak Toni siap segera Farrel melompat ke sungai. Anton tidak ikut berenang karena kakinya terluka jadi menunggu dipinggir sungai sambil melihat teman-temannya bermain air. Airnya sangat dingin sekali terlihat ikan-ikan kecil di dalam air. Terdengar suara perut keroncongan dari perut Bobi.  Bobi mengajak teman yang lain untuk makan terlebih dahulu. Farrel dan Toni segera menepi dipinggir sungai. Mereka mengeluarkan makanan yang dibawa dari rumah masing-masing. Farrel saya bawa roti siapa yang mau silakan ambil.

Farrel membagikan roti kepada semua temannya. Mereka saling berbagi makanan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Setelah selesai makan Bobi membuang bungkus bekas makanan ke sungai. Farrel berteriak “ Stop Bobi jangan membuang sampah ke sungai” Sungai ini saat indah akan tetapi banyak sampah akan merusak lingkungan. Kita tidak akan bisa bermain air dengan nyaman jika banyak sampah. Anton berkata “Benar Bob kaki saya terluka karena terpeleset menginjak tumpukan sampah”. Farrel dan temannya segera membersihkan sampah di sekitar sungai. Sampah di sekitar sungai sangat banyak perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah selesai mengumpulkan sampah kemudian dimasukan kedalam karung mereka bawa tumpukan sampah tersebut. Sambil menuju ke puncak sepanjang jalan mereka memungut sampah tak terasa merka mendapatkan banyak sekali sampah plastik. Alam ini akan rusak jika tidak kita jaga. Akan menimbulkan banyak bencana seperti banjir. Toni segera berlari dan berkata “Ayo teman-teman sebentar lagi kita menuju puncak”. Semua pun ikut berlari menuju puncak Gunung Raja Basa. Wow sangat indah sekali keindahan alam terlihat dari puncak gunung. Kumpulan awan terlihat sangat dekat. Farrel segera mengeluarkan bendera merah putih dan mengibarkan bendera tersebut. Semua menghormat kepada bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia raya bersama-sama. Mereka semua menuliskan cita-cita di kertas. Setelah selesai menikmati keindahan puncak gunung dari puncak. Mereka bergegas turun gunung untuk kembali ke rumah masing-masing. Mereka membawa kumpulan sampah dibawa turun gunung untuk dibuang di Tempat Pembuangan Samapah (TPA). Mereka membereskan semua perlengkapan dan mulai perjalanan turun gunung. Saat perjalanan turun gunung mereka berpapasan dengan pendaki yang akan naik ke puncak gunung sambil makan dan membuang sampah bekas makanannya. Farrel berkata kepada pendaki tersebut “mohon tidak membuang sampah sembarangan agar lingkungan tidak rusak” Farrel sambil mengambil plastik bekas makanan pendaki tersebut. Pendaki tidak mendengarkan nasihat dari Farrel. Pendaki tersebut lanjut saja tanpa bersalah menuju puncak gunung. Farrel dan temannya segera turun gunung karena hari sudah mulai sore. “Wah akhirnya sampai di rumah juga” kata Farrel. Teman-temannya melambaikan tangan dan lansung menuju rumah masing-masing. Sore itu hujan lebat saat pagi beberapa rumah banjir tergenang air dan terdapat korban jiwa dari banjir tersebut karena hanyut terbawa derasnya aliran air.

 

Tak terasa sudah hari Senin Farrel bergesas ke sekolah. Farrel sebelum berangkat berpamitan kepada ayah dan ibu menyalami tangannya sambil mengucapkan salam. Sekolah Farrel tidak jauh sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Farrel harus lewat jalan lain agar tidak terjebak banjir saat menuju kesekolah. Bel pun berbunyi tanda mulai masuk untuk belajar. Pada jam pertama terdapat mata pelajaran Tematik dengan tema “Bencana Alam”. Ibu guru Siska bertanya kepada siswa “Apa saja bencana alam yang kalian ketahui ?  Farrel angkat tangan Bencana Alam Banjir Bu. “Hebat Farrel” kata Ibu Siska. Siapa yang mengetahui “Bagaimana cara mencegah banjir”. Bobi  angkat tangan“saya Bu” tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebang pohon secara ilegal. Wah luar biasa. Benar untuk mencegah bencana alam mari kita bersama-sama menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebang pohon secara ilegal. Terdengar bel istirahat seluruh siswa menuju kantin sekolah. Siswa membeli makanan di kantin, Yanto membuang plastik sembarangan Farrel menegur Yanto kata Ibu Siska saat belajar tadi kita tidak boleh buang sampah sembarangan karena bisa mengakibatkan bencana alam banjir. Yanto kemudian memungut sampah yang dibuang tadi dan memasukkannya dikotak sampah. Yanto menyadari kesalahannya, ia teringat keluarganya kehilangan harta dan benda karena diterjang banjir. Yanto berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

 

Sekian

 

Biodata singkat penulis

Asep Perdiansyah, lahir di Panjang 03 Februari 1989. Menempuh Sarjana S1 FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung, dan S2 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (MPBSI) Universitas Lampung. Beberapa karya yaitu buku antologi puisinya “Cerita Tentang Kita”, “Di Ujung Jalan”, dan “Time Line”. Seorang Kepala SMK Maharati Kalimantan Tengah. Juara 1 Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Jenjang SMK Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2021

Ikuti tulisan menarik Asep Perdiansyah, S.Pd., M.Pd., Gr. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler