x

Iklan

Fidya Rizky

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Februari 2021

Selasa, 30 November 2021 22:43 WIB

Pahami Apa Itu Social Emotional Learning


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

                Usia dini disebut sebagai tahap perkembangan kritis atau usia emas (golden age). Karena pada tahap ini sebagian besar jaringan sel-sel otak berfungsi sebagai pengendali setiap aktivitas dan kualitas manusia. Dua tahun pertama kehidupan manusia sangat penting sebagai perkembangan anak.

                Proses belajar pada masa inilah yang akan mempengaruhi perkembangan pada tahap selanjutnya. Masa perkembangan bayi hingga memasuki sekolah dasar menjadi fondasi belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan sosial emosionalnya menjadi lebih sehat dan anak akan siap menghadapi tahapan perkembangan selanjutnya yang lebih rumit. Pada tahap krisis inilah menjadi waktu yang tepat dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan sosial emosional.

                Perkembangan sosial merupakan perkembangan tingkah laku anak dimana ia akan diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Piaget menunjukkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Anak masih belum mengerti bahwa lingkungan memiliki cara pandang yang berbeda dengan dirinya. Anak masih melakukan segala sesuatu demi dirinya sendiri bukan untuk orang lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

                Saat anak menginjak usia 4-6 tahun perkembangan sosialnya sudah mulai berjalan. Hal ini bisa dilihat ketika kemampuan mereka tampak dari kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara berkelompok. Dari sisi sosial emosional, kegiatan bermain dalam melatih anak untuk memahami perasaan teman lainnya. Konflik yang terjadi dalam interaksi keduanya akan membantu anak untuk lebih memahami bahwa orang selain dirinya yaitu temannya memiliki cara pandang yang berbeda dari dirinya.

                Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perkembangan sosial anak antara lain lingkungan keluarga dan dari luar rumah. Diantara faktor yang terkait dengan lingkungan keluarga dan banyak berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah: status sosial ekonomi keluarga serta sikap dan kebiasaan orang tua (biasa dilihat dari latar belakang pendidikan). Faktor dari luar rumah bisa berupa lingkungan sekolah. Faktor sekolah juga dapat menimbulkan gangguan emosi dan menyebabkan terjadinya tingkah laku pada anak antara lain: hubungan yang kurang harmonis antara anak dan guru dan hubungan yang kurang harmonis dengan teman-teman.

                Goleman (1997) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari lima bidang, yakni 1) self-awareness; mengenal perasaan (kesadaran) karena berada dalam situas kehidupan nyata, 2) managing emotions; mengatur emosi dengan perasaan yang kuat sehingga tidak kewalahan dan terbawa oleh emosi, 3) self-motivation; motivasi diri yang berorientasi pada tujuan dan mampu menyalurkan emosi kearah hasil yang diinginkan, 4) empthy and perspective-taking, berempati dan mengenali emosi dan memahami sudut pandang orang lain, 5) social skills; kemampuan menjaga hubungan dilingkungan sosial.

                Dengan mengembangkan kelima kompetensi tersebut akan melahirkan berbagai sifat-sifat positif dan keterampilan-keterampilan sosial lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan karakter-karakter unggul yang dibutuhkan anak pada setiap sisi kehidupannya untuk bisa hidup aman dan nyaman dengan orang lain.

  1. Self-Awareness/Emotional Expressiveness

Kesadaran dirim manajemen diri dan ekspresi emosional, terutama pengakuan dan penyampaian pesan dengan positif. Kesadaran diri meliputi komponen pembelajaran sosial dan emosional termasuk mengalami dan mengekspresikan emosi yang mana bermanfaat untuk interaksi setiap saat dan hubungan sosial dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, Elsa yang disukai teman mainnya karena sikapnya yang menyenangkan dan membahagiakan. Ekspresi emosi yang dia tampakkan kepada teman-temannya itu adalah wujud dari kesadaran diri.

  1. Self-Management

Emosi negatif atau positif membutuhkan cara untuk mengendalikannya, ketika emosi mengancam untuk mengalahkan atau perlu diperkuat. Pada masa prasekolah kemampuan kognitif, pengontrolan perhatian dan emosional mereka mulai meningkat. Anak-anak menjadi lebih mandiri dalam regulasi emosi selama masa prasekolah. Ketika bermain dengan teman sebaya anak akan mendapatkan banyak konflik antar teman, namun ini dapat membuat anak lebih fokus untuk berkembang dalam tuntutan regulasi emosi, memulai, memelihara, negosiasi dan interkasi dalam dunia bermain dan mendapatkan penerimaan.

  1. Social Awareness

Kesadaran sosial akan menjadikan anak lebih memiliki rasa empati terhadap orang lain dan tekun dalam mengatasi berbagai cobaan dalam kehidupan sehari-hari, mengenal dan menghargai perbedaan dan persamaan individu dan orang banyak, dan mengenal bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan sumber segalanya.

  1. Responsible Decision Making

Pemikiran dan emosi bekerja sama dalam hidup, karena penting untuk mengembangkan keterampilan setiap anak dalam berpikir tentang interaksi antarpribadi, melampaui pengalaman emosional, pengetahuan, regulasi dan ekspresi. Ketika ada perbedaan pendapat atau masalah, apa yang dapat dilakukan? Apa solusi efektif yang dapat mengurai masalah? Anak-anak prasekolah sudah muali belajar mengenai keterampilan berpikir, yang mendukung interaksi sosial mereka semakin kompleks. Anak akan selalu berusaha untuk memahami diri mereka sendiri dan perilaku orang lain. Dalam hal ini, emosi berperan besar untuk menyampaikan informasi antarpribadi yang dapat menuntun interaksi sehingga mencapai pemahaman diri dan orang lain.

  1. Relationship Management

Keterampilan dalam mengatur hubungan merupakan komponen penting juga dalam pengembangan sosial emosional anak. Termasuk ketika misal anak membuat tawaran positif pada diri sendiri untuk bermain dengan orang lain, memulai dan mempertahankan percakaon selama bermain bersama, mendengarkan aktif, bekerja sama, berbagi, bergiliran, negosiasi dan berkata “Tidak” atau mencari bantuan bila diperlukan. Anak dapat menggunakan banyak keterampilan tertentu seperti dalam pelayanan bergaul dengan teman-teman sepermainannya.

Ikuti tulisan menarik Fidya Rizky lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler