x

cerpen romantis

Iklan

Yulianus Degei

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 21:30 WIB

Gadis Penapsu Uang Mengorbankan Cintanya

Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis yang mengkhianati kekasihnya dan mengorbankan dirinya demi uang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada suatu siang yang sangat cerah, terlihat seorang gadis duduk termenung dikedai pinggir jalan. Banyak orang berlalu-lalang melewati kedai itu meramaikan jalan ditengah kota Nabire. Mata gadis itu memandang kesana kemari hendak menunjukan piluh yang ia rasakan dihatinya.

Mata terhenti pada dua pria borjuis yang hendak berjalan kearah kedai yang ia duduk, dan ia juga menyadari bahwa mata kedua pria itu tertuju padanya. Kedua pria itu mendekatinya dan duduk disampaing kiri-kanan gadis itu dan bertanaya.

“Hay cantik, siapa nama kamu?” Naine bertanya membuka obrolan, pria yang duduk disebelah kanan gadis itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Nama saya marina kaka,” jawab gadis itu tersipu malu.

“Oh Marina, bikin apa kamu disini, terlihat seperti orang yang sedang kebingunan?” Tanya Nanai, pria yang duduk disebelah kiri gadis itu.

“Saya bingun mau pinjam uang dimana, masalahnya kebutuhan saya menumpuk, sementara saya tidak punya uang sama sekali,” keluh Marina, menyampaikan kebingunannya, padahal Marina menghabiskan uang sebanyak lima juta dalam satu minggu pada lima hari yang lalu.

“Oh jadi kamu bingun untuk pinjam?” kata Naine, menunjukan senyumnya yang paling manis.

“Katakan saja sama kaka Marina, kamu mau pinjam uang berapa?” sambung Nanai, sambil menepuk bahu gadis itu.

“Se-sep-sepuluh juta kaka,” ucap gugupnya gadis yang duduk ditengah dua pria borjuis itu. Tubuhnya tampak kaku dan tegang, ditambah lagi suasananya sungguh mencekam menatap wajah kedua pria disebelah kiri dan kanan yang berkisar seusia 40 tahun itu.

“Yang benar saja, seorang gadis mau pinjam uang sebanyak itu,” Naine berkata dalam hati.

“Oh hanya sepuluh juta, itu gampang tapi ada syaratnya jika kamu ingin pinjaman dari saya!” jawab Nanai sambil membenarkan kerak bajunya.

“Syarat???” Gadis itu menjengit.

“Ya, dan kamu tidak perlu membayar pinjaman itu dengan uang,” cegah Nanai tersenyum sinis.

Perkataan pria borjuis itu membuat Marina sangat bingun, “lalu dengan apa, kaka?” bertanya kembali.

“Waduhh bahaya ini, lebih baik saya pulang,” kata Naine dalam hatinya kemudian ia langsung pamit pulang, “saya ada urusan penting jadi saya pulang duluan,” langsung berdiri dan pulang.

Setelah Naine pergi, Nanai merapatkan tubuhnya pada gadis itu dan berkata, “syaratnya memuaskan birahiku sampai waktu yang ku tentukan!”

“Apa???” Marina terlonjak, sontak berdiri dengan mulutnya menganga dan sepasang netra membulat.

“Itulah syaratnya jika kamu mau mendapati pinjaman sepuluh juta dari saya, bahkan jika kamu mau saya akan menambahkan sepuluh juta lagi.” Ucapnya pria itu dengan santai, duduk dengan sebelah kaki yang terangkat kesalah satu lutut sebelahnya.

“Apa maksud kaka? Kaka merendahkan saya, hahhh!” erang Marina.

Pria borjuis itu masih bersikap santai, wajahnya yang datar menelisik setiap lekuk tubuh gadis ini. Kulit coklat manis, pantat yang montok dan dada yang cukup berisi, tentunya tubuh itu juga tak kalah sempurna, langsing sekali. Hanya saja penampilannya bagaikan gadis desa. Namun hal itu tak ia pedulikan, yang ia inginkan sekarang adalah merasakan tubuh gadis itu.

“Saya tidak merendahkanmu, lagipun kamu beruntung saya tidak mengadakan bunga pada pinjaman itu, bahkan saya ingin menambah sepuluh juta lagi, jadi ya terserah kamu, ingin uang ini beserta syaratnya atau tidak!” ucap enteng pria itu.

Marina menunduk dan berkata dalam hati, “aduhh bagaimana ini, saya sangat ingin memakai uang sebanyak itu, sementara syaratnya begitu berat.”

“Pikirkanlah, lagi pula saya dengan senang hati memberikanmu sebanyak 20 juta,” imbuh Naine.

Gadis itu terdiam mendengarkannya, bagaimana ia tidak memanfaatkan uang sebanya itu? Yang kini ia utamakan adalah mengambil uang itu dan hanya untuk sekedar berfoya-foya dengan para teman sosialitanya. Ia tidak memikirkan harga dirinya, apalagi kekasihnya yang selalu berkorban untuk dirinya.

“Baik, saya terima tapi ada syaratnya juga,” jawab gadis itu dengan suara parau, tanpa mempedulikan kekasihnya.

“Syarattt, apa syaratnya?” jawab Naine santai.

“Kaka harus menikahi saya!” tegas Marina.

“Menikah? Menikah bagaimana, sementara saya sudah punya istri dan anak,” jawab pria itu.

“Lalu kenapa kaka menginginkan saya?” Tanya gadis tegang.

Pria berdiri dan berkata, “Kamu ini banyak bertanya, saya sudah bilang to, hanya memuaskan birahiku.”

Gadis itu merunduk dan bertanya dalam hatinya, “aduhh apa yang saya lakukan sekarang?”

Sementara Naine mengeluarkan sebuah kertas dan menulis nomor handphonennya, lalu meletakan diatas meja sambil berkata, “pikirkanlah baik-baik, jika kamu terima kamu hubungi nomor ini,” iapun beranjak pergi.

Gadis itupun termenung, dan tiba-tiba ia dikagetkan dari lamunannya dengan kedatangan kekasihnya, lalu cepat-cepat ia mengambil kertas itu dan memasukannya dalam saku tanpa disadari oleh kekasihnya.

“Hay sayang, siang-siang begini sedang apa disini?” Tanya kekasihnya yang bernama Kihai sambil duduk disamping Marina.

“Eee sayang, lagi ada tunggu ojek ini. Kamu dari mana? Jawab gadis itu senyiuman paksa.

“Ohh…, saya habis kasih makan babi dikandang, lagi ada pulang kerumah ini. kamu dari mana?” jawab pria itu sambil mengeluarkan nafas melepaskan lelah.

“Hhhh…, saya dari pasar sebelah ini sayang?” jawab Marina.

“Sayanggg…., setiap hari kamu belanja terus, kalau ada uang itu coba belajar hemat-hemat sedikit. Uang lima juta yang saya berikan satu minggu lalu itu sekarang tinggal berapa?” Tanya Kihai sambil memegang tangan kekasihnya dengan erat.

“It…itu sudah habis sayang,” jawab Marina sambil menunduk.

“Habiss…sayang uang sebanyak itu kamu habiskan hanya dalam satu minggu? Kamu gunakan untuk apa?” Tanya Kihai tidak percaya.

“Ya untuk belanja dan pakai dengan teman-teman to,” jawab Marina sambil mengangkat kepalanya dan menatap kekasihnya Kihai.

“Sayang, bukannya saya melarang tapi coba hemat sedikit, bagaimana setelah kita menikah nanti? Hasil kerja keras saya itu hanya untuk kita berdua, bahkan uangnya itu saya selalu berikan kepada kamu, saya tidak menyimpannya, coba sayang ,mengerti!” kata Kihai menasehati kekasihnya.

“Uang apa yang kamu kasih, hanya segitu saja terlalu bicara banyak. Ya namanya pria itu harus kerja keras untuk kebahagiaan pacaranya, jangan hanya bicara banyak,” marah Marina sambil berdiri dan menaruh tangannya dipinggang.

“Sudah…sudah…, sekarang sudah sore jadi saya antar kamu pulang kerumah,” saran Kihai menenangkan kekasih hatinya.

Marina mengangguk bertanda seteuju untuk diantar pulang, dan merekapun naik motor menuju ke rumah. Selama dalam perjalanan Marina bingun dalam pikirannya sendiri. Ia merasa bersalah dengan kekasihnya Kihai yang selalu bersedia untuk berkorban dan membuatnya bahagia, dan disisi lain ia memikirkan pria borjuis yang menawarkan dua puluh juta, sementara itu nafsunya untuk memakai uang selalu menghantui pikirannya. Sekitar satu jam kemudian merekapun sampai dirumahnya Marina.

“Terima kasih sayang, untuk soal yang tadi saya minta minta maaf,” ucap Marina sambil menundukan kepala.

“Sama-sama sayang. Kamu tidak perlu minta maaf, itu hanya masalah kecil jadi lupakan saja. Oh iya, besok malam kita acara ulang tahun teman saya,” hela Kihai barupaya menahan hatinya yang sedang bingun dengan sikap kekasihnya.

“Baik sayang, terima kasih,” ucap Marina sambil berjalan memasuki rumahnya.

Pada malam harinya Marina tak dapat tidur dengan nyenyak, ia gelisa karena bingun memilih antara uang dan kekasihnya. Tanpa disadari jarum jam sudah menunjukan pada angka 4:30, Marina ingin makan daging kura-kura karena dari kemarin ia tidak makan. Ia mencari uang untuk membeli daging kura-kura, namun ia tidak menemukan sepeserpun akhirnya ia memutuskan untuk menelepon kekasihnya.

“Halloo…, selamat pagi, ada apa sayang telepon saya sesubuh begini, rindu ya?” Tanya Kihai di Ponsel.

“Iya sayang saya rindu sekali ini. Sayanggg…., kamu ada seratus kah, sayang ingin sekali makan daging kura-kura ini?” Jawab Marina dengan suara manja.

“Waduhh sayang maaf ee, saat ini seribupun saya kosong ini,” jawab Kihai.

“Oh, kalau begitu dada…!” Marina menutup ponsel dengan kesal.

Kihaipun merasa bingun dengan sikap Marina kekasihnya, dan langsung menelepon balik, namun Marina tidak mengangkatnya.

Sementara Marina mengambil kertas yang diberikan pria borjuis itu. Gadis hitam manis itu memutuskan untuk menelepon Pria itu. Karena nafsu memakai uang, gadis itu mengkhianati kekasihnya yang selalu bersedia berkorban demi dirinya, dan mengorbankan cintanya yang mereka bina selama kurang lebih empat tahun lamanya.

“Haloo, selamat pagi. Maaf, ini dengan siapa dan dimana?” jawab pria borjuis itu didalam ponsel.

“Ini dengan Marina yang kemarin kaka kasih nomor ponsel,” jawab Marina sambil menghela nafas dan menelan luda.

“Oh iya, baik sebentar saya akan telepon balik,” balas pria itu sambil mematikan ponselnya buru-buru karena istri dan anaknya yang ketiga berada di sampingnya.

“Pak, itu siapa yang telepon pagi-pagi begini?” Tanya istrinya penasaran.

“Oh ini…ini dari kantor, sekertaris bapa yang telepon,” jawab pria itu mengelabui istrinya.

“Oh gitu, baiklah pak,” ucap istrinnya merasa lega.

Pria itu buru-buru habiskan sarapan paginya, dan memakai pakaian kantornya dengan cepat sambil pamit pada istri dan anaknya, “mama, katanya ada masalah dikantor jadi saya pergi dulu. Nak baik-baik di rumah ya, jangan nakal,” pamit pria itu sambil pergi meninggalkan istri dan anaknya.

Pria itu naik mobil dan buru-buru menjauh dari rumah. Setelah jauh dari rumah, ia hentikan mobilnya dan menelepon Marina kembali.

“Haloo kaka, selamat pagi,”jawab Marina.

“Haloo Mar, apakah kamu sudah putuskan terima tawaran saya?” Tanya pria itu sambil tersenyum lebar.

“Iya kak, tapi batas waktunya sampai kapan?” Tanya balik si Marina.

“Sampai saya tidak membutuhkanmu atau setelah menemukan penggantimu Mar,” jawab Pria itu.

Marina diam sejenak dan berkata, “baiklah kak, saat ini saya tak berdaya karena membutuhkan uang jadi saya terima,” balas Marina sambil menghela nafas.

“Itu keputusan bagus, harus begitu Mar. Kamu akan puas melayani saya dan kamu tak akan kecewa,” balas pria itu sambil tersenyum sinis.

“Ok, kapan kaka kasih uang itu?” Tanya Marina tak sabar.

“Itu gampang, sebentar malam di Hotel Mogai kamar 21 lantai dua Mar,” Jawab pria itu merasa lega.

“Baik kak, saya harap kaka tidak menipu saya,” balas Marina sambil menutup ponselnya karena Kihai kekasihnya sedang menunggu diluar.

Pria itu mengambil ponselnya kembali dan menelepon istrinya dirumah, “haloo mama, malam ini saya tidak pulang karena saya harus keluar kota untuk menyelesaikan masalah dari kantor,” kata pria itu kepada istrinya.

“Baik pak, yang penting hati-hati dan jangan lupa telepon,” balas istrinya.

“Baik ma, sebentar malam saya telepon, saya harus buru-buru jadi baik-baik diruma ya,” jawab pria itu sambil menutup ponselnya.

Sementara Marina keluar dari rumah menemui Kihai kekasihnya, dan bertanya, “kenapa kamu datang menemui saya, katanya tidak punya uang?” Tanya Marina sambil menaruh tangannya dipinggang.

“Sayang, saya datang jemput kamu untuk kita jalan-jalan. Kalau ada berkat dijalan, sayang bisa makan daging kura-kura,” jawab Kihai mencoba menenangkan hati kekasihnya.

“Aduhh maaf ee, saya tidak bisa ikut karena saya tidak enak badan,” jawab Marina sambil membalikan badan dan masuk kedalam rumah.

Kihaipun sangat bingun dengan sikap kekasihnya, tapi ia tidak bisa bertanya apa-apa karena Marina sudah buru-buru masuk kedalam rumah dan mengunci pintunya, dan ia langsung pergi sambil menggelangkan kepala.

Hari sudah sore, jarum jam sudah menunjukan 6:30. Marina berdandan membuat dirinya secantik mungkin dan iapun pergi menuju hotel yang ditunjukan oleh pria itu. Sesampainya didepan kamar hotel nomor 21, ia mengetok pintu dan pria itu mempersilahkan Marina masuk. Dari dalam kamar hotel, pria itu menyerahkan uang sepuluh juta dan menyuruh Marina bermalam disitu dan melayaninya.

Hubungan antara Marina dan Kihaipun semakin hari semakin jauh, karena Marina melayani pria borjuis itu satu malam dalam satu minggu tanpa disadari oleh Kihai kekasihnya Marina.

Tanpa terasa tiga bulan berlalu dengan cepat. Pada suatu malam yang ditentukan pria itu untuk Marina melayaninya, Marina menunjukan bukti kehamilannya. Pria borjuis inipun kaget dan langsung menyuruh Marina untuk menggugurkannya, karena takut katahuan.

“Mar, demi kehormatan dan nama baik saya kamu harus menggurkan kandungan itu,” perintah pria itu.

“Tidak kak, saya tidak akan menggugurkan kandungan saya. Saya akan menjaganya sampai ia lahir,” tolak Marina sambil mengulas perutnya.

“Oh begitu baiklah, tapi kamu harus kasih kembali sepuluh juta, jika tidak saya akan menuntuk kamu dikantor polisi. Kalau kamu menggugurkannya, maka saya akan memberikan sepuluh juta tambahan yang saya janjikan waktu itu,” ancam pria itu.

Marinapun tak punya pilihan lain, akhirnya ia setuju untuk menggugurkan kandungannya, “baik, saya akan menggugurkan kandungan saya, tapi kaka harus memberikan uang sepuluh juta itu sekarang,” jawab Marina sambil menjatuhkan air matanya yang tak terbendung lagi.

Pria borjuis itu memberikan uang sepuluh juta dengan senang hati. Kemudian pada malam itu juga Marina menggugurkan kandungannya.

Setelah tiga hari kemudian, Marina meninggal Dunia karena pendarahan yang keluar terlalu banyak. Pria borjuis itu mengabaikannya setelah ia mendengar berita itu, sementara Kihai kekasihnya Marina sangat terpukul setelah mendengar semuanya. Karena sakit hati yang tak dapat tertahankan lagi, akhirnya Kihaipun bunuh diri.

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Yulianus Degei lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB