x

Iklan

Hasan Aidi Anda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 21:53 WIB

Pandemi Covid-19 Teguran Demi Merdeka Belajar (Suatu Refleksi, Koreksi dan Intropeksi Terpadu)

Secara sadar maupun tidak pandemi covid-19 merupakan salah satu peristiwa atau varian baru yang berulang dari waktu ke waktu dengan pola sebaran yang berbeda pada setiap zamannya. Walaupun substansinya sama sebagai teguran yang bersifat tersurat maupun tersirat untuk refleksi, koreksi dan intropeksi terpadu atas keseragaman dan keragaman berinteraksi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok sebagai wujud merdeka belajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PANDEMI COVID-19 TEGURAN DEMI MERDEKA BELAJAR

(Suatu Refleksi, Koreksi dan Intropeksi Terpadu)

Secara sadar maupun tidak pandemi covid-19 merupakan salah satu peristiwa atau varian baru yang berulang dari waktu ke waktu dengan pola sebaran yang berbeda pada setiap zamannya. Walaupun substansinya sama sebagai teguran yang bersifat tersurat maupun tersirat untuk refleksi, koreksi dan intropeksi terpadu atas keseragaman dan keragaman berinteraksi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok sebagai wujud merdeka belajar. Salah satu indikator merdeka belajar yang nyaris terjadi saban hari pada setiap insan dimana saja berada adalah saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mereka perlukan. Karena pandemi covid-19 belum berakhir, maka teguran yang sifatnya masif ini seharusnya dimanfaatkan dan dinilai sebagai instrumen yang ampuh untuk memperbaiki dan menata ulang sistem pendidikan dan pembelajaran mulai dari rancangan, proses, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan tindak lanjutnya, bukan untuk meraih keuntungan yang sifatnya pragmatis belaka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

U;asan tahapan teguran pandemi covid-19 sebagai berikut:

1. Teguran untuk merdeka belajar, menteri Nadiem Makarim mengeluarkan statmen ini bukan muncul tanpa sebab, niscaya diawali dengan kontemplasi yang bersifat faktual yang mungkin saja selama ini apa yang diinginkan beliau tentang perubahan mendasar belum terwujud. Entah pola pikir, pola tindak, pola evaluasi, pola kontrol. Sebab jika suatu bangsa ingin berkemajuan, maka yang harus di lirik adalah bidang pendidikan dengan prinsip merdeka belajar, maksudnya jangan peserta didik, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan lain disetarakan dengan yang telah silam.

2. Teguran untuk refleksi, semestinya seluruh komponen dan segmen bangsa dan negara seyogyanya merefleksi kinerja dimana saja bearada dan beraktifitas, atas kemajuan suatu bangsa lain baik dari segi peradaban, teknologi, perilaku sosialnya, ekonominya terutama pendidikannya. Jika suatu bangsa ingin maju, maka perbaiki sistem pendidikan/pembelajarannya dari segi mana yang kurang dan mendesak untuk diselesaikan. Olehnya cara yang bijak dan terdidik adalah merdeka belajar namun tetap pada koridor budaya bangsa dengan tidak meninggalkan nilai-nilai moral yang sudah cukup mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

3. Teguran untuk koreksi, jika sekiranya teguran pertama dan kedua belum juga terimplementasi sebagaimana yang diharapkan, maka baik peserrta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya melakukan koreksi terhadap apa yang sudah dibuat, melihat kembali kelebihan dan kekurangan dalam rancangan, proses, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan tindak lanjutnya. Tentu tidak bisa dipungkiri bagaimanapun baiknya program tetap saja ada ketidak sempurnaannya seiring dengan berlalu dan datangnya waktu.

4. Teguran untuk intropeksi¸tahap ini lebih kepada diri sendiri, Sudah seberapa banyak dan sedalam apa kontribusi yang saya telorkan kepada bangsa. Berpikir dan berbuatlah untuk bangsa dan negara, niscaya cepat atau lamban negara tak akan melupakan karya anak bangsanya, kalau bukan yang bersangkutan yang merasakan langsung, niscaya generasi sesudahnya yang akan menikmatinya. Sudah terlalu banyak contoh yang sudah pendahulu bangsa tinggalkan baik warisan manuskrip Buya Hamka, teknalogi transportasi udara BJ Habibie, KH. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya, Soeharto dengan jasa-jasa menumpas pemborantakan, Ki Hajar Dewantoro dengan Tut Wuri Handayaninya, dan masih banyak yang lainnya. Anak-anak didikku belajarlah dengan kemerdekaan yang telah pendahulu bangsa raih dengan penuh tetesan darah yang membasahi wahana medan juang sampai mengering tanpa bekas. Dan janganlah ingat-ingat apa yang saya telah perbuat untuk bangsa, negara dan tanah air, tapi cukuplah generasi sesudahmu yang akan mengingatmu, Selamat berdeka belajar dan belajar untuk merdeka.

Ikuti tulisan menarik Hasan Aidi Anda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB