x

Iklan

Raja Sagotra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 21:55 WIB

Pelukan untuk Senantha

Hanya butuh pelukan dari ayahnya yang Senan impikan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

     Bisakah kalian membayangkan betapa susahnya hidup di dunia yang kejam ini?ketika orang yang dekat denganmu membencimu, mengangapmu rendah, dan selalu memaki maki tepat di depan mukamu? lantas apa yang akan kalian lakukan jika kalian menghadapi hal yang seperti itu? haha mungkin bagi kalian yang mempunyai mental lembek pasti tidak jauh jauh dari bunuh diri atau semacamnya bukan? Cerpen ini menceritakan tentang seseorang bernama Senantha Bagashkara

 

     Senan adalah laki laki yang terlahir cacat, dia tidak bisa berbicara seperti orang umumnya, kalian tahu apa yang paling menyedihkan dalam hidup senan? keluarganya yang membencinya...tapi teman di sekolahnya yang mendukungnya. Senan memang terlihat cupu jika dilihat, memakai kaca mata bulat, kulit putih hampir pucat, tapi yang paling istimewa adalah senyumanya yang tak dimiliki orang lain, garis bibir Senan sangat indah jika dilihat, orang orang yang baru pertama kali melihatnya pasti akan langsung berfikir dia adalah manusia sempurna, lalu setelah mengenalnya kalimat itu akan berubah menjadi dia manusia yang tak layak hidup, kejam bukan?tentu saja, manusia yang istimewa namun dipandang dengan seribu kekurangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

     Rutin setiap paginya Senan membuatkan sarapan pagi untuk orang tuanya serta adiknya yang masih duduk di bangku SMP, rumah Senan megah, terlampau mewah malahan, tapi orang tua Senan tak mau menyewa pembantu atau sejenisnya, karena sudah ada yang melakukan semua itu, Senan persis pembantu tak dibayar di rumah neraka itu, hari hari dirumahnya yang menyeramkan, bekas bekas cambukan, tamparan, dan pukulan yang membekas di badan Senan, atau darah yang sering mengucur di hidung atau kadang di dahi akibat ayahnya yang menjebleskanya ke tembok karena membuat kesalahan sedikit, Senan ingin marah?tentu saja, Senan ingin meninggal? itu pikiran yang mustahil untuk Senantha Bagashkara, berbeda jika di sekolahnya, banyak disana yang menghargainya, teman temanya yang dengan keramahan hatinya mau berteman dengan si bisu ini.

 

     Umur Senan sekarang 18 tahun, kelas 3 SMA, sudah mulai tekun belajarnya untuk persiapan ujian, Senan lemah di akademik, tidak seperti adiknya, Layli namanya, Layli amat di sayang oleh kedua orang tuanya, berbakat, pintar, cantik, dan tentunya tidak bisu atau cacat seperti Senan, adiknya sama saja seperti kedua orang tuanya, suka seenaknya sendiri pada Senan. Waktu itu Senan tidak sengaja menumpahkan teh panas ke tangan Lyli, demi tuhan Senan tidak berniat seperti itu, tapi kalian pasti bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya bukan?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PLAKK

 

 

 

 

 

 

 

"ANAK HARAM, JIKA SAMPAI LYLI KENAPA NAPA, KAU KUBUNUH SEKARANG JUGA SIALAN" kata kata yang di ucapkan ayahnya begitu masuk ke dalam hati Senan

 

Senan yang meringkuk memegangi lututnya sambil menerima cambukan dari ayahnya karna hal sepele, lalu selanjutnya ibunya yang ikut menghukum Senan dengan menyiram air panas ke tubuh anak tak bersalah itu, Senan sudah sering kali membela diri dengan menggelengkan kepalanya dan tangan yang seolah olah berkata tidak, tapi apa daya mereka yang terlanjut benci pada Senan yang seharusnya tidak di perlakukan seperti itu. Jika Senan dihukum atau habis diperlakukan yang keji, besoknya Senan tidam berangkat sekolah, karena takut dijauhi teman temanya karna tubuh Senan yang seperti babak belur, jika setelah di siksa, hukuman selanjutnya seperti ini biasanya dikurunh di gudang.

 

     Air mata itu turun...membasahi pipi Senan, ruangan gelap dengan debu dimana mana, udara yang minim dan dingin menyeruak, Senan berada di gudang sekarang, dikurung oleh ayahnya entah berapa lama, malam hari ini, entah sudah pukul berapa tapi Senan yakin ini sudah larut, pasti keluarganya sudah tidur, mata senan melihat ada kertas putih kosong di situ, dengan alat tulis yang agak lengkap, Senan meraihnya, lalu mengoreskan pensil pada kertas itu...inilah kelebihan Senan, dia berbakat di bidang seni rupa, gambar gambar yang ada di kamar Senan adalah karyanya sendiri, semuanya ia gambar jika hatinya merasa tidak enak, seperti sekarang Senan akan menggambar jika sedih, gambarnya akan semakin bagus jika menangis. Senan mencintai dirinya sendiri, ingin rasanya seperti orang pada normal lainya yang dengan mudahnya berbicara tanpa beban, disayang keluarga, mendapat pelukan dari ayahnya, selama hidupnya Senan tidak pernah dipeluk oleh ayahnya, melihatnya sajapun ayahnya seperti melihat najis, Senan hanya ingin kebahagiaan di keluarganya saja untuk dirinya, tidak ada hal lain, hal akan kembali indah untuk Senan ketika berada di sekolahan

 

     "DORR, PAGI SENAN HEHE" sapaan pagi itu Senan dapatkan dari Zeta, teman perempuan Senan dengan paras yang cantik serta rambut pendeknya, Zeta menerima Senan apa adanya sebagai sahabatnya, selain Zeta ada juga Jinan, laki laki ketua basket itu juga sahabat dekat Senan selain Zeta, hanya saja Jinan jauh lebih berisik dan suka mengomel ngomel tidak jelas seperti sekarang "oh gitu ya, aku ditinggal, gak diajak" ucap Jinan dari arah belakang, Senan dan Zeta menoleh ke arah sumber suara, Senan hanya tertawa tanpa suara, jika Zeta hanya memutar bola matanya malas, mengandeng lengan Senan untuk segera masuk ke dalam kelasnya meninggalkan Jinan yang tambah mengomel ngomel tidak jelas karna ditinggal. Senan sungguh merasakan hal dan aura yang berbeda, ia tersenyum hangat melihat teman teman yang berada di sekelilingnya tertawa bahagia tanpa beban, sedangkan dirinya menahan sakit di punggungnya akibat cambukan ayahnya yang membekas merah, tapi tak mengapa, Senan mensyukuri itu, dirinya memang lebih suka di sekolah di banding rumahnya yang menyeramkan jika dilihat oleh Senan.

 

     Jika Senan pulang sekolah biasanya langsung mencuci baju keluaryanya atau memasak untuk makan siang, kini berbeda, Senan dengan kaki bergetar berjalan menuju ruang kerja tempat ayahnya berkerja, disitu ayahnya berkutat dengan laptopnya tak mempedulikan ada anak kandungnya yang berada di depanya, Senan secepatnya menuliskan sesuatu di kertasnya untuk memberi tahu pada ayahnya ini "ayah..punggungku sakit, bolehkah aku meminta uang untuk membeli obat?" Begitu kalimat yang di tuliskan Senan ditunjukan pada ayahnya, ayah Senan menoleh, menatap benci anaknya, lalu bangkit, menaruh kaca mata yang bertengger di hidungnya lalu menarik kasar lengan Senan. Senan kalang kabut, berusaha melepaskan tanganya dari gengaman ayahnya tapi tidak bisa, terlalu kuat cengkraman yang diberikan, ayah Senan menyeret Senan ke kamar mandi yang ada di ruang kerjanya

 

 

 

Bughh

 

 

Satu pukulan keras mendarat mulus di perut Senan, dilanjutkan oleh pukulan pukulan lain yang lebib keras

 

"UANG KATAMU? UNTUK MEMBELI OBAT? LEBIH BAIK MATI SAJA, KAU TAU?! TEMAN TEMAN KERJA YANG LAINYA SUDAH MENGETAHUI JIKA PAK YOHAN, PEMILIK PERUSAHAAN TERBESAR MEMPUNYAI ANAK CACAT" teriak ayah Senan dengan kerasnya

 

Senan menangis...deras sekali, sudah berapa kali dirinya disuruh mati? Senan menahan rasa sakit akibat pukulan ayahnya, sakit di hatinya lebih dalam ia rasakan. Senan menggelengkan kepalanya kuat kuat saat ayah Senan melepaskan sabuknya, itu yang Senan takutkan, luka di punggungnya belum sembuh dan sekarang ia sudah akan di cambuk lagi

 

 

 

 

Ptakk

 

 

    

 

Bunyi kepala sabuk itu terdengar keras, mengenai badan Senan, air mata Senan sudah habis, dirinya dengan tenaga yang tersisa berusaha bangkit dan bersujud di depan ayahnya, merangkak untuk memeluknya "maaf ayah maafkan Senan, Senan janji gak nakal lagi, Senan janji bakal nurutin kata ayah" belum saja pelukan itu Senan dapatkan, tubuhnya sudah di dorong keras oleh ayahnya hingga membentur tembok, Senan sudah hampir senang sekali dapat memeluk ayahnya, tapi dihempaskan sebelum melakukanya

 

 

"SIALAN, JANGAN BERANI PELUK PELUK, SAYA BUKAN AYAHMU, TIDAK SUDI SAYA PUNYA ANAK SEPERTIMU" maki maki ayah Senan semakin menjadi jadi

 

Senan memegangi perutnya, ayahnya baru saja menendangnya dengan kuat, Senan tidak kuat lagi, padahal dirinya meminta obat tadi hanya ingin mendapat sedikit kasih sayang dari ayahnya, tapi dunia tidak berpihak padanya, melainkan hukuman yang ia dapatkan, Senan merasakan dingin di sekujur tubuhnya, ternyata ayahnya menyiramnya dengan air dingin, bisa di bayangkan bukan betapa sakitnya? luka yang belum sembuh, luka yang baru di dapatkanya, di tambah air dingin yang mengenainya, Senan tidak kuat lagi, mulutnya hanya mengumamkan nama ayahnya saja dan maaf yang sebesar besarnya, bagian tubuh yang lainya tidak bisa ia gerakan, semuanya mati rasa. Setelah melihat anak sialanya ini terkapar, ayah Senan pergi meninggalkan kamar mandi dan menguncinya dari luar, membiarkan Senan kedinginan serta luka luka di tubuhnya itu, Senan tidak kuat lagi, 18 tahun dia diperlakukan seperti budak di keluarganya, belum lagi perlakuan tidak pantas dan hal keji lainya, mana mungkin manusia bisa bertahan? impian terbesar Senan hanya mendapat pelukan dari ayahnya saja, lalu selanjutnya menjadi pelukis terkenal, sungguh indah membayangkan masa depan yang bisa di bayang bayang dari imajinasi manusia seperti Senan sendiri, merasakan hangatnya pelukan dari seorang ayahnya yang ia sayangi. Senan membuka matanya perlahan, menahan sakit yang luar biasa ia rasakan saat ini dan dengan tenaga yang masih tersisa sedikit, Senan mengambil kertas di sakunya untuk menuliskan sesuatu yang berisi 

 

 

 

"Ayah..maafkan segala kesalahan Senan ya, Senan mau jadi anak baik, Senan mau di peluk seperti anak pada umumnya, Senan mau disayang, di kasihi seperti anak lainya, maaf Senan belum bisa bahagiain kalian, Senan mungkin udah gak bisa bertahan lama, Senan mau peluk ayah, Senan mau rasain gimana hangatnya pelukan dari seorang ayah...udah mungkin hanya itu yang Senan mau bilang, Senan sayang kalian"

 

 

 

     Senan tersenyum lembut pada isi suratnya, berharap keluarganya menjadi malaikat dan berbaik hati lalu menyayangi Senan apa adanya, tapi itu hanya angan angan saja, Senantha Bagashkara sudah lelah di dunia yang kejam ini, tuhan lebih sayang padanya hingga tidak tega lagi mendapat siksaan yang keji lagi. 

 

     Besok paginya, bunda Senan yang biasa ikut menggunakan kamar mandi ruang kerja suaminya terkejut melihat tubuh Senan yang sudah memucat dan luka yang membiru, bunda Senan memang terlihat biasa saja, tapi ketika ia menendang Senan guna untuk membangunkanya, Senan tak berkutik, bundanya sedikit panik, dia bergegas memanggil suaminya untuk melihat ini. Ayah Senan menyesal, sungguh sungguh menyesal, anaknya meninggal karena ulahnya, setelah membaca surat dari Senan, ayahnya dengan tangan bergetar memeluk hangat tubuh Senan, yang ia rasakan dingin dan rapuh, sebegitu kejamnya kah dirinya pada anak kandungnya sendiri?darah dagingingnya sendiri? ayah Senan menangis deras sambil memeluk tubuh anaknya "maaf, maafkan ayah nak" ucapnya pelan...pelan sekali dari bibir ayah Senan, lihat-! Imipian pertama Senan terwujud, di peluk ayahnya, tapi jiwa dan raganya sudah tak ada lagi di dunia..hanya ada penyesalan yang selalu datang di akhir, Senantha Bagashkara sudah tenang disana, hey..Senan sudah tidak merasakan sakit lagi, jiwanya sudah tenang di atas sana, tanpa beban lagi yang menimpanya.

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Raja Sagotra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler