
Kamis, 2 Desember 2021 17:30 WIB
Cerita Erau ku
Festival Erau Kesultanan Ing Martadipura Kutai Kartanegara(KuKar/Tenggarong) dan Tenggarong International Folk Arts Festival atau sekarang bernama Tenggarong International Folk Arts Festival(TIFAF) yang diselenggarakan di Kutai Kartanegara/Tenggarong dan berhenti di Tahun 2019 lalu dikarenakan adanya pandemi covid-19 seperti sekarang.
Dibaca : 437 kali
Festival Erau adalah festival budaya khas Kalimantan terutama di kutai kartanegara(tenggarong)karena memang festival budaya wilayah itu dan merupakan festival yang di adakan tiap tahun. Erau sudah di rayakan sejak lama sebagai upacara kesultanan di kutai kartanegara. Aku juga baru mengetahui tentang erau waktu aku smp sa’at berkunjung bersama keluarga ku ke tempat keluarga kami di tenggarong. Selama ini erau bisa dibilang biasa-biasa saja karena sebatas upacara kesultanan tenggarong,tapi baru terasa berbeda sejak tahun 2013 silam, waktu Bupati Kutai Kartanegara beserta jajaran kesultanan(mungkin juga pemerintah ikut bantu),memutuskan mengundang Negara luar untuk ikut meramaikan festival erau dengan mengundang delegasi kesenian dari luar negeri beserta duta besarnya,bekerjasama dengan CIOFF(lupa kepanjangan dan artinya apa) dan yang dulu cuma erau aja sekarang menjadi EIFAF(Erau and International Folks Art Festival). Bukan cuma Negara luar, tapi juga delegasi kesenian dari dalam negeri juga. Menyenangkan sekali karena bisa melihat kesenian luar negeri dan luar Kalimantan. Bahkan, bisa melihat langsung orang-orang luar negeri dari Asia dan Eropa di depan mata,foto bareng,dan sedikit bicara dengan mereka dan tentunya harus ngomong bahasa inggris. Kesempatan itu pertama kali ku dapat dari kawan ku yang juga berniat kesana satu bulan sebelum EIFAF di adakan tepatnya bulan juli tahun lalu yang berlangsung selama satu minggu. “tau nggak, nanti eraunya ada yang dari mancanegara datang loh. Kamu nonton nggak?” Ujarnya. “iya kah? Masa? Negara mana aja?” aku bertanya penasaran. “belum tau juga… kalo mau liat nanti kesana aja”. ucapannya semakin membuatku penasaran. “rugi kamu nggak nonton … kesempatan loh ngeliat langsung orang luar negeri sama berfoto”. Ujarnya lagi yang membuatku makin nggak sabar. Setelah itu,akhirnya setelah satu bulan lewat, tepatnya bulan agustus(lupa tanggal berapa), hari itu pun tiba. Aku pergi ke tenggarong. Aku sempatkan menonton pentas seni dari beberapa delegasi luar negeri dan beberapa daerah di Indonesia yang jadi peserta di hari pertama pembuka’an erau, tapi nggak bisa melihat upacara khas erau karena tertutup. Demikian juga sa’at pertunjukkan jalanan di pulau kumala, aku sempatkan menontonnya dan benar-benar melihat secara langsung perawakan asli orang luar negeri dari eropa dan Negara asia lainnya. Namun aku cuma bisa menyaksikan beberapa kali aja termasuk pembuka’annya karena setelah itu aku sibuk sampai hari penutupan erau. Sayang banget, tapi aku bersyukur bisa melihat langsung dan mendapat foto(cuma sedikit)bersama para peserta EIFAF itu.
Begitu pun erau tahun ini yang di adakan akhir bulan juli. Tapi di erau tahun ini, aku sedikit beruntung, karna selain bisa melihat orang-orang luar lagi begitu dekat, aku cukup banyak mendapat foto dengan mereka dan sedikit ngobrol tapi kali ini melalui pemandunya. kadang juga ku coba bicara sendiri dengan orang-orang luar negeri itu walaupun nggak begitu ngerti karna logat bahasa inggris mereka yang berbeda-beda. Ada juga yang bahasa inggrisnya susah. Tapi senangnya dan bagusnya, aku bisa mengerti dan mengetahui sedikit tentang mereka dan negaranya. Entah gimana suasana penyelenggara’an EIFAF tahun selanjutnya, Tapi begitulah pengalaman dan pemahaman ku mengenai Erau EIFAF dan orang-peserta mancanegara dan Asia(ada juga dari Amerika)yang ikut serta memeriahkan Erau Kalimantan Timur di Tenggarong.
Ikuti tulisan menarik Rein Robert lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
Jumat, 17 Desember 2021 16:01 WIB

Pelestarian Pusaka Saujana dan Kawasan Museum Tani Imogiri: Industri, Tradisi Lokal , Alam, dan Budaya Sebagai Kawasan Ecomuseum Pendongkrak Pariwisata
Dibaca : 617 kali
Minggu, 5 Desember 2021 05:44 WIB

Sejarah Kuda Gipang Kalimantan Selatan
Dibaca : 356 kali
Selasa, 30 November 2021 22:41 WIB

5 Resep Makanan Khas Sunda Banget
Dibaca : 264 kali
Minggu, 28 November 2021 14:20 WIB

Suku Kalang danan Tradisi Leluhur yang Masih Lestari
Dibaca : 697 kali
Minggu, 28 November 2021 14:07 WIB

7 Misteri Gunung Telomoyo yang Jarang Terungkap ke Publik
Dibaca : 1.501 kali
Jumat, 26 November 2021 21:40 WIB

Dari Amazon Hingga Antartika, Inilah Petualangan Solo Terbesar Dunia
Dibaca : 573 kali
Kamis, 25 November 2021 11:15 WIB

Komunitas Bendung Lepen: Menyulap Selokan Dekil Menjadi Taman Ikan
Dibaca : 619 kali
Rabu, 24 November 2021 19:52 WIB

Beri Insentif Masyarakat Bawah untuk Virtual Tour
Dibaca : 257 kali
3 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.269 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 1.046 kali
5 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 763 kali
2 hari lalu

Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Projek dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 545 kali
Kamis, 30 Juni 2022 13:49 WIB
