x

Foto tampak depan SD Negeri 3 Terpencil eeya

Iklan

Tri Budiriyanto, S.Pd.,Gr

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Jumat, 3 Desember 2021 05:08 WIB

Merdeka Belajar di Tanah Lauje

Merupakan artikel pendidikan yang menceritakan kisah pengabdian Guru Garis Depan (GGD) di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) di SD Negeri 3 Terpencil Eeya Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

GURU KELAS VI SDN 3 T EEYA

Kabupaten Parigi Moutong merupakan kabupaten yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Parigi Moutong memiliki luas daerah memanjang menyusuri teluk tomini, tepat berada di tengah-tengah terdapat satu  kecamatan yaitu  palasa. Penduduk aslinya merupakan suku “Lauje “  atau kalau di artikan kedalam bahasa Indonesia memiliki arti “tidak”. Mayoritas penduduknya bermata pencharian sebagai seorang petani terutama petani cengkih mengingat demografi daerah yang bergunung-gunung yang sangat cocok apabila ditanami dengan tanaman cengkih. Hanya sebagian kecil masyarakatnya yang mata pencaharian sebagai seorang nelayan yaitu masyarakat yang tinggal di dekat jalan Trans Sulawesi, yang notabenya dekat dengan pesisir pantai. Desa Eeya merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan palasa.  Fasilitas pendidikan di desa Eeya terdapat 6 sekolah. Terdiri dari  lima sekolah Sekolah Dasar dan satu Sekolah Menengah Pertama. Sekolah tersebut yaitu SD Inpres 1 Eeya, SD Inpres 2 Eeya, SD Negeri 1 Eeya, SD Negeri Terpencil 2 Eeya, SD Negeri 3 Terpencil Eeya, dan SMP Negeri 2 Palasa. Darai keenam sekolah tersebut terdapat terdapat dua sekolah dengan nama unik yaitu SD Negeri 2 Terpencil Eeya dan SD Negeri 3 Terpencil Eeya, kenapa unik ? ya, betul sekali karena  terselip ada kata “Terpencil”  pada nama sekolah tersebut. Siapapun kalau mendengar terpencil pasti secara tidak langsung membayangkan daerah di tengah hutan jauh dari kota tanpa listrik dan tanpa sinyal internet. Anggapan itu sepenuhnya tidak salah ternyata letak kedua sekolah terpencil tersebut adalah berada di gunung dengan akses jalan yang masih sempit  hanya bisa di lewati motor. Letaknya yang berada di gunung membuat dua sekolah terpencil tersebut belum teraliri oleh listrik PLN. Akan tetapi syukur Alhamdulillah masih dapat menerima sinyal telepon dan sinyal internet di kedua sekolah terpencil tersebut. Saya sendiri merupakan seorang guru berstatus Pegawai Negeri Sipil penempatan di sekolah SD Negeri 3 Terpencil Eeya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

SISWA BERJALAN KAKI

Terhitung mulai tanggal 1 Agustus tahun 2017  saya dinyatakan lolos seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur khusus Guru Garis Depan (GGD) di SD Negeri 3 Terpencil Eeya. Jalur khusus GGD merupakan kelanjutan dari program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) yang pernah saya ikuti pada tahun 2013-2014 dengan penempatan di kabupaten Yahukimo, Papua. Dialnjutkan program beasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG SM-3T) di LPTK Universitas Negeri semarang tahun 2015. Hingga akhirnya mendapat tempat pengabdian sebagai PNS di kabupaten Parigi Moutong, tepatnya di SD  Negeri 3 terpencil Eeya. Waktu tempuh dari rumah menuju ke SD Negeri 3 Terpencil Eeya memakan waktu kurang 30 menit. Waktu yang sebenarnya tidak terlalu lama, akan tetapi mengingat medan yang dilewati adalah gunung perjalanan 30 menit tersebut menjadi lebih menantang. Lebar jalan yang sempit hanya bisa dilewati oleh dua kendaraan sepeda motor walaupun salah satu kendaran sepeda motor harus mengalah berhenti sejenak memberikan jalan kepada  kendaraan sepeda motor yang lainya. Tidak hanya sempit  kondisi jalan menuju sekolah SD Negeri 3 Terpencil Eeya belum sepenuhnya memadai baru sebagian jalan yang di beton (jalan setapak), sedangkan sisanya masih berupa tanah berbatu. Sehingga jika hujan turun kondisi jalan menjadi sangat licin dan berbahaya. Beberapa kali saya pun terjatuh dari motor akibat kondisi jalan yang licin ketika perjalanan menuju sekolah. Sepanjang perjalanan hanya melewati sedikit pemukiman warga, karena masyarakat gunung memang jumlahnya tidak terlalu banyak di tambah jarak antar rumah satu dengan rumah yang lainya yang berjauhan. Hanya pemandangan kebun cengkih di sisi kiri dan kanan jalan menanjak yang selalu setia menemani perjalanan sampai akhirnya tiba di sekolah SD Negeri 3 Terpencil Eeya. Tepat di tengah-tengah gunung Tagali Dusun VI Ogo Tani, Desa Eeya.

KELAS DARURAT SDN 3 T EEYA

Hari pertama datang kesekolah sungguh saya di buat kaget melihat kondisi real sekolah yang bisa di bilang sangat menyedihkan. Walaupun statusnya sebagai sekolah negeri tetapi fasilitas sarana dan pra sarana sangat jauh dari kata layak. Yang paling menonjol adalah ruang kelas. SD Negeri 3 Terpencil Eeya yang hanya memiliki dua ruang kelas sedangkan ruang  kelas lainya merupakan ruang kelas darurat yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan seng bekas sebagai atapnya. Tidak cukup sampai di situ ternyata dua ruang kelas yang pertama tadi pada masing-masing kelas di sekat menggunakan papan triplek menjadi empat ruang yang di gunakan untuk kantor guru, ruang kelas VI, ruang kelas V, dan  ruang kelas IV. Setelah mendapat informasi dari kepala sekolah  ternyata sebelumnya ruang kelas di SD Negeri 3 Terpencil Eeya lengkap berjumlah 6 kelas. Akan tetapi empat ruang kelas rusak diterpa angin puting beliung sehingga yang tersisa hanyanlah pondasi. Mengingat bangunan ruang kelas yang semi permanen sehingga mudah terbang ketika diterpa angin puting beliung. Sampai detik ini sekolah belum pernah menerima bantuan rehab atau bantuan ruang kelas baru dari pemerintah kabupaten setempat pasca kejadian angin puting beliung tersebut. Seandainya tulisan saya ini tersampaikan kepada menteri pendidikan hal yang pertama saya minta kepada beliau adalah ruang kelas baru untuk menunjang proses belajar mengajar. Sehingga siswa lebih nyaman dalam belajar di sekolah. Selain mengalami keterbatasan ruang kelas, SD Negeri 3 Terpencil Eeya juga mengalami kesulitan akses listrik, belum adanya aliran listrik dari PLN membuat guru tidak bisa memanfaatkan media elektronik secara maksimal di sekolah guna menunjang kegiatan belajar mengajar. Kebutuhan listrik disekolah selama ini hanya dipenuhi melalui sel surya yang jumlah wattnya juga sangat terbatas.

Semenjak pak Nadiem Makarim menjabat sebagai menteri pendidikan beliau mencanangkan program merdeka belajar yang lebih mengembangkan kompetensi literasi dan numerasi. Saya sebagai guru tentunya mendukung dan mencoba mengimplementasikan program merdeka belajar tersebut. Akan tetapi dalam proses penerapanya di sekolah saya pribadi mengalami  beberapa kendala. Kendala yang saya hadapi dalam proses pembelajaran kelas VI SD Negeri 3 Terpencil Eeya sangat  kompleks. Yang pertama adalah hampir seluruh siswa kelas VI yang saya ajar kemampuan baca, tulis, dan hitung masih jauh dari harapan. Terdapat beberapa siswa masih megalami kesulitan dalam membaca. Yang berakibat mempengaruhi kecepatan mereka dalam menulis di buku catatan.  Hampir sebagian siswa kelas VI masih kesulitan dalam berhitung. Untuk mencongak perkalian 1 samapai 9 membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawab. Padahal seharusnya kelas VI sudah lancar perkalian. Kondisi yang seperti ini sungguh sangat menghambat dalam proses pembelajaran. Daya tangkap anak sangat rendah. Tidak bisa melepas anak secara all out seperti tuntutan kurikulum 2013 dimana guru hanya sebagai fasilitator sedangkan anak di tuntut lebih aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa masih harus di bimbing secara detail supaya dapat memahami pelajaran. Terkadang dalam satu semester materi yang harus di ajarkan dalam kurikulum 2013 tidak selesai. Karena terkendala kemampuan daya tangkap anak yang masih sangat rendah.

Untuk mengatasi kendala daya tangkap siswa yang rendah adalah menurunkan level soal-soal latihan pada proses pembelajaran. Sebab jikalau mengikuti soal-soal yang terdapat apada buku siswa, muridnya saya akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal latihan tersebut. Sehingga penurun level soal di butuhkan suapaya siswa lebih mudah menyelesaikan soal tanpa mengurangi konsep dasar dan materi yang harus di sampaikan. Level soal di sini yang saya maksud adalah tingkat kesukaranya saya sesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa saya. Suapaya mereka lebih mudah dalam menangkap pelajaran guna menyelesaikan soal-soal latihan. Ketika siswa diberikan level soal yang sesuai dengan kemapuan yang dimiliki siswa akan lebih semangat untuk belajar. Karena ketika diberikan soal-soal latihan mereka mampu menyelesaikanya dengan baik dan benar. Hal ini akan menambah kepercayaan diri pada siswa. Ketika kepercayaan diri siswa sudah bagus baru saya sedikit demi sedikit step by step menaikan level soal-soal latihan mendekati level soal-soal latihan yang terdapat dalam buku siswa kurikulum 2013. Selain itu saya menerapkan sesi awal sebelum proses pembelajaran dan sesi akhir setelah proses pembelajaran sebelum pulang sekolah. Dimana sesi awal ini saya mengambil waktu 15 sampai 20 menit sebelum pembelajaran untuk literasi membaca segala jenis buku. Dengan satu siswa membaca secara keras sedangkan siswa yang lain menyimak. Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang setiap hari dengan siswa yang membaca dengan suara keras bergantian. Sesi awal ini untuk memperbaiki kemampuan membaca siswa sehingga secara perlahan kemampuan membaca siswa dapat meningkat. Apabila kemampuan membaca siswa meningkat tentunya akan di ikuti dengan peningkatan kemampuan menulis siswa. Pada sesi akhir 15 sampai 20 menit sebelum pulang sekolah saya gunakan untuk mencongkak perkalian dan pembagian matematika. Kenapa dengan mencongkak karena dengan mencongak otak siswa di paksa untuk berfikir secara cepat dalam menemukan jawaban soal perkalian dan pembagian matematika. Ternyata pada sesi akhir ini siswa sangat antusias karena siapa cepat menjawab akan pulang terlebih dahulu. Sehingga siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan belum bisa pulang. Dan akan menerima pertanyaan berikutnya sampai siswa tersebut bisa menjawabnya. Sesi awal dan akhir saya lakukan dalam upaya memperbaaiki kemampuan baca, tulis, dan hitung siswa. Karena tidak mungkin saya kembali ke dasar dalam mengajari siswa baca, tulis, dan hitung yang notabenya mereka sudah kelas VI Sekolah dasar.

Kendala yang kedua adalah saya mengajar tidak sesuai bidang studi ke ahlian yang sama miliki. Kenapa demikian, karena sebanarnya saya adalah seorang guru dengan ijazah pendidikan Fisika yang seharusnya mengajar di sekolah tingkat menengah atas mata pelajaran Fisika. Akan tetapi ketika menerima SK CPNS mendapatkan penempatan di sekolah dasar. Tentu hal ini membutuhkan adaptasi yang awalnya saya mengajar di SMA terbiasa dengan siswa yang sudah dewasa kali ini harus mengajar siswa SD yang masih termasuk kedalam usia anak-anak. Perubahan drastis yang awalnya sebagai guru mapel harus menjadi guru kelas. Mengharuskan saya tidak hanya menguasai satu bidang studi saja. Melainkan harus menguasai semua bidang studi kecuali olah raga dan agama. Karena niat awal adalah mengabdi untuk negara di daerah 3T sebagai seorang guru Akhirnya saya tetap menerima SK CPNS walaupun tidak sesuai bidang studi keahlian dan menjalankan tugas sesuai penempatan.

Untuk mengatasi kendala kedua mengajar tidak sesuai dengan bidang studi ke ahlian adalah mengambil kuliah ulang jurusan PGSD. Supaya ijazah S1 linear dengan tugas saya sebagai guru kelas. Akan tetapi samapai detik ini jalan alternatif ini belum saya ambil karena keterbatasan waktu dan dana. Mungkin suatu saat nanti kalau mendapat rezeki lebih atau mendapat beasiswa dari pemerintah khususnya dari KEMDIKBU RISTEK mungkin baru saya dapat kuliah mengambi jurusan PGSD. Alternatif tindakan yang saya ambil untuk mengatasi permasalah mengajar tidak sesuai bidang studi adalah saya memposisikan diri saya dari nol kembali. Mulai belajar membuat perangkat pemebalajaran pada jenjang Sekolah dasar khususnya kelas VI dan belajar memahami karakteristik siswa sekolah dasar. Membuat perangkat pembelajaran pada jenjang sekolah dasar sebagai guru kelas pada prinsipnya sama dengan membuat perangkat pembelajaran pada jenjang sekolah menengah sebagai guru mata pelajaran fisika. Akan tetapi ada perbedaan sedikit dalam hal materi di kurikulum 2013 sekolah dasar yang tematik. Jadi membutuhan waktu yang cukup lama untuk saya beradaptasi membuat perangkat pembelajaran. Guna memperlancar tugas saya dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas. Kemudain sebisa mungkin memahami karakteristik siswa pada jenjang sekolah dasar yang sangat berbeda denga siswa pada jenjang sekolah menengah atas. Siswa sekolah menengah atas lebih mandiri, dewasa, dan hanya sedikit membutuhkan perhatian dari seorang guru. Sedangkan siswa pada jenjang sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari seorang guru seacara lebih detail, pola pikir masih anak-anak belum dewasa, dan lebih banyak membutuhkan perhatian dari seorang guru. Memahami karakteristik siswa menjadi penting supaya kita sebagai seorang guru mengetahui apa yang seharusnya di butuhkan siswa sesuai jenjangnya masing-masing.

SENYUM SISWA SDN 3 T EEYA

Hasil yang saya peroleh dari dua tindakan di atas adalah pertama saya mulai terbaiasa untuk menajdi guru kelas dengan segala perangkat pembelajaran pada jenjang sekolah dasar. Yang kedua dengan tindakan sesi awal dan sesi akhir kemampuan baca, tulis, dan hitung siswa mulai meningkat secara perlahan sehingga daya tangkap siswa juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat  ketika menulis catatan di buku tulis waktu yang dibutuhkan siswa semakin singkat, serta ketika mencongak soal  perkalian dan pembagian matematika semakin cepat dalam menjawab pertanyaan tersebut. Meskipun  itu semua belum memenuhi kriteria merdeka belajar. Paling tidak tedapat ada sedikit perubahan satu langkah kedepan ke arah yang lebih baik. Kompetensi literasi dan numerasi sedikit demi sedikit dapat meningkat. terdapat satu hal yang membuat hati saya bahagia mengajar di SD Negeri 3 terpencil Eeya adalah momen setiap perjalanan naik motor pulang dari sekolah turun dari gunung melewati kerumunan siswa yang berjalan kaki pulang menuju rumahnya selalu melambaikan tanganya sambal berkata : “ Pak guru pak guru pak guru” berulang kali mereka ucapkan sambil tersenyum. Sungguh momen ini membuat hati saya bahagia sangat bangga menjadi seorang guru. Semoga kelak muncul pemimpin baru dan generasi penerus bangsa yang tangguh dari alumni SD Negeri 3 Terpencil Eeya.

Ikuti tulisan menarik Tri Budiriyanto, S.Pd.,Gr lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler