x

Iklan

Rahmaniar, S.Pd.I

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Sabtu, 4 Desember 2021 19:47 WIB

Merdeka Belajar Konsep Tepat Penanaman Karakter Siswa

artikel ini membicarakan tentang konsep merdeka belajar dan pengaruhnya terhadap penenaman karakter siswa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa itu merdeka belajar? Jika kita melihat arti merdeka dari kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI, Merdeka yaitu bebas (dari penghambaan, penjajahan), berdiri sendiri. Namun kata Bebas disini memiliki 2 pengertian yang harus kita pahami, yaitu bebas dalam hal negatif atau positif. Dalam hal negatif kata bebas yaitu tidak memiliki batas atau menggiring kepada kebebasan dalam hal berpikir yang cenderung keluar dari koridor. Sementara bebas dalam hal positif yaitu memiliki pengertian sesuatu yang melegakan dan keluar dari tekanan dan belenggu. Itu mengapa para pejuang selalu mengekspresikan kebebasan dari penjajahan dengan kata “Merdeka”. Maka apakah jadinya jika kata merdeka ini disatukan dengan kata belajar dan bagaimana sisi positif yang dapat diambil dari merdeka belajar?

Setelah ditelusuri lebih dalam, konsep merdeka belajar ini adalah slogan salah satu sekolah di Jakarta yaitu sekolah Cikal yang dipinjam sebagai program kebijakan baru bapak Nadiem Anwar Makarim yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Konsep ini muncul karena beliau terdorong untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai. Hal ini dilandaskan dari penelitian PISA tahun 2019 menunjukkan posisi ke-enam dari bawah untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia menduduki peringkat ke 74 dari 79 negara. Kenyataan tersebut sungguh sangat memprihatinkan dan mendorong beliau untuk membuat gebrakan baru dalam dunia pendidikan.

Menurut saya sebagai guru yang mengajar di salah satu sekolah di kabupaten Rejang Lebong, provinsi Bengkulu yaitu SMKIT Khoiru Ummah, tentu merdeka belajar ini adalah konsep yang sangat baik untuk mengembangkan potensi siswa lebih dalam, tanpa harus di batasi oleh kriteria-kriteria yang mengikat. Selama ini guru selalu mengidentikkan siswa pintar itu ketika memiliki kelebihan di bidang akademik atau yang memiliki nilai tinggi di pelajaran numerik atau dipelajaran science. Namun guru mengabaikan nilai kecakapan siswa dalam bersosialisi, nilai adab dan kesopanan kepada orang lain, atau keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat. Bisa dikatakan nilai karakter kalah oleh nilai akademik, padahal dalam kehidupan nyata kita sering temui bahwa karakterlah yang akan membentuk pribadi seseorang menjadi lebih baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya pernah mendengar salah seorang guru berkata  kepada saya “Orang pintar akan kalah kepada orang yang rajin” dan kata-kata tersebut ada benarnya, karena rajin adalah sebuah karakter yang baik walaupun memiliki kekurangan di bidang pelajaran tapi orang yang rajin akan selalu termotivasi untuk selalu belajar dan memperbaiki kekurangannya. Sementara orang yang pintar dibidang akademik akan kalah jika tidak diimbangi dengan karakter yang baik, misalnya dia pintar tetapi dia meremehkan orang lain, atau dia pintar namun dia malas maka akan ada saatnya ia akan jatuh karena karakternya jeleknya sendiri.

Bagi sekolah kami merdeka belajar ibarat angin segar  atau oase dipadang pasir yang dapat melegakan dahaga sebagai insan pendidikan. Sudah bertahun-tahun guru dibebankan dengan metode yang terlalu mengikat, pembuatan RPP yang berbelit-belit namun pada kenyataannya guru sendiri tidak paham dengan rancangan pembelajaran yang mereka buat. Namun guru selalu disibukkan dengan kelengkapan administrasi sehingga mengabaikan interaksi dengan peserta didik. Dengan merdeka belajar stigma guru tentang siswa lebih luas bahwasanya tidak hanya sisi akademik saja yang mampu kita nilai tetapi ada kelebihan yang bersifat praktek atau karakter yang juga dapat kita nilai.

Pemikiran guru lebih terbuka tentang siswa tidak saklek dengan satu kelebihan saja. Karena sebagai guru kita harus memahami kondisi siswa, masalah dan karakternya masing-masing. Bukan hasil tujuan utama dari pembelajaran melainkan bagaimana siswa melalui proses dalam mendapatkan hasil belajar. Dan guru menjadi lebih percaya bahwa setiap siswa memiliki kelebihan masing-masing. Jangan sampai guru menganggap siswa bodoh hanya karena tidak memiliki kecerdasan dibidang akademik, ibarat kita mengutuk ikan yang tidak bisa memanjat seperti monyet atau memaksa burung untuk berenang padahal memiliki kemampuan terbang yang sangat luar biasa.

Kejadian ini nyata disekolah kami, disaat seorang siswa memutuskan untuk berhenti sekolah padahal ujian nasional tinggal menghitung bulan. Disaat para siswa sedang disibukkan dengan persiapan ujian hampir setiap hari siswa pulang sore untuk membahas soal-soal ujian dengan guru mata pelajarannya. Setelah mengetahui alasannya, sungguh sangat menyedihkan, jawabannya simpel  yaitu siswa tersebut merasa tidak mampu untuk menjawab soal ujian nasional. Perlu diketahui bahwasanya siswa ini memang memiliki kekurangan dibidang akademik dan daya tangkap cenderung lambat, apalagi jika harus berurusan dengan pelajaran yang bersifat angka. Karena kekurangannya ini membuat motivasi belajarnya rendah, sehingga tak heran jika setiap bagi raport anak ini menduduki peringkat pertama dari bawah. Namun ada satu sisi kelebihan yang dia miliki yaitu dari sisi praktek kejuruan seperti bongkar pasang motor dia mampu melakukannya dengan baik bahkan memiliki kelebihan dibandingkan anak yang lain. Ketika belajar pun dia selalu menyimak apa yang diberikan oleh guru. Tetapi karena kekurangannya tadi membuat ia merasa tidak sanggup dan menganggap bahwa ujian adalah momok yang sangat menakutkan baginya.

Pengalaman ini membuat kami sebagai guru-guru disekolah sepakat untuk memotivasi siswa tersebut agar kembali ke sekolah dan mengikuti ujian nasional yang tinggal menghitung hari. Pihak sekolah bekerja sama untuk menciptakan ruang nyaman kepada siswa agar tidak terbebani dengan ujian nasional, contohnya: dengan mengadakan agenda motivasi menjelang ujian, home visit atau kunjungan kerumah siswa yang akan ujian untuk bekerja sama dengan orang tua menciptakan kenyamanan selama anak melangsungkan ujian, rekreasi ke taman wisata sambil belajar untuk melakukan penyegaran sehingga siswa merasa bahagia walaupun akan melangsungkan ujian yang mendebarkan.

Peran wali kelas tak kalah penting untuk selalu memberi motivasi kepada siswa baik secara langsung, maupun melalui pesan elektronik seperti whatsapp, messenger dan lain-lain. Dengan kerjasama pihak sekolah dan orang tua akhirnya siswa yang tadinya ingin berhenti sekolah dibimbing dan dikontrol langsung oleh wali kelas dan guru bidang studi. Tak disangka akhirnya siswa ini dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan melewati ujian nasional seperti teman-temannya yang lain.

Kejadian ini terjadi sebelum adanya konsep merdeka belajar. Namun ini membuka mata kami seluruh dewan guru bahwasanya menjadi guru tidak hanya memenuhi administrasi sekolah saja melainkan lebih dari itu yaitu menciptakan ruang nyaman kepada seluruh peserta didik. Sehingga pembelajaran tidak seperti dipaksakan dan diluar batas kemampuan siswa.  Dan penilaian pun akan lebih luas meliputi literasi, numerasi, survey karakter, survey lingkungan belajar dan lain-lain. Untuk numerasi pun bukan hanya nilai matematikanya saja yang dinilai melainkan bagaimana siswa menerapkan kemampuan numerik tersebut dalam kehidupan nya, seperti hal nya literasi yang dinilai bukan hanya kempampuan membacanya saja tetapi bagaimana siswa menganalisa dan memahami isi bacaan dan selebihnya adalah mengetahui sejauh mana aspek-aspek pancasila diterapkan oleh siswa dalam kehidupan nyata.

 Setelah mengetahui konsep merdeka belajar yang di canangkan oleh bapak Nadiem Anwar Makarim kami pun semakin bersemangat untuk menerapkan konsep merdeka belajar ini disekolah. Mencari bakat-bakat terpendam siswa bahkan memunculkannya jika belum terlihat. Membebaskan siswa untuk berinovasi dan berkreatifitas tanpa harus dibebani dengan materi-materi belajar yang berat. Hal ini sejalan dengan basis sekolah ini yaitu sekolah kejuruan yang mendorong siswa untuk mandiri dan aktif didukung oleh program sekolah yaitu mencetak wirausahawan muda, sehingga sekolah ini dinobatkan sebagai sekolah penerima New Teaching Factory bersama 60 sekolah se-Indonesia baru-baru ini.

Dalam pembuatan Rancangan Pembelajaran pun guru-guru telah menyesuaikan dengan Konsep ini, seperti menyederhanakan materi pembelajaran, membuat aktivitas yang menyenangkan di dalam kelas maupun di luar kelas, menciptakan kedekatan hati dengan peserta didik.  Setiap pembagian hasil belajar tidak hanya siswa yang unggul di akademik yang diberi penghargaan melainkan juga siswa yang unggul di praktek dan karakter. Misalnya penghargaan kepada siswa yang unggul di bidang praktek, siswa disiplin, siswa rajin kesekolah, siswa yang santun kepada guru, siswa yang rajin beribadah, dan karakter-karakter lain yang di apresiasi.

Kemudian hubungan antara guru dan orang tua tercipta dengan baik dengan adanya home visit dan Pertemuan Orang Tua dan Guru (POMG) yang tidak hanya membicarakan tentang pendidikan tetapi juga di isi dengan motivasi, pembinaan bahkan menerima keluhan yang dirasakan oleh orang tua. Hal ini juga sesuai dengan prestasi yang di raih oleh sekolah ini yaitu sebagai Sekolah Sahabat Keluarga. Penanaman karakter juga sangat kuat disini dengan adanya raport karakter yang dibagikan setiap akhir semester sehingga orang tua dapat mengevaluasi dan menjadi pembelajaran untuk lebih baik di semester berikutnya. Hal ini mungkin tidak mudah dan membutuhkan proses tetapi kita berharap dengan adanya konsep merdeka belajar ini akan terbentuk para pelajar yang siap kerja, kompeten dan berbudi pekerti luhur di lingkungan masyarakat serta berguna bagi bangsa dan Negara.

Ikuti tulisan menarik Rahmaniar, S.Pd.I lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler