x

Iklan

yuanita widiastuti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Sabtu, 4 Desember 2021 20:28 WIB

Siswa Butuh Kemerdekaan Hati untuk Berimprovisasi


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tema hari guru nasional 2021 yang berbunyi “Bergerak dengan Hati Pulihkan Pendidikan” seolah mengajak kaum guru untuk selalu melangkah dengan hati dalam mengorkestrasikan pembelajaran. Memulihkan kondisi peserta didik yang terkurung dalam kondisi belajar bersekat media digital. Sebagai guru saya sepakat bahwa hati adalah penentu utamanya.
    Pembelajaran daring telah memosisikan siswa pada posisi yang tidak proporsional. Kondisi tersebut seolah menganggap mereka sebagai sekelompok orang yang tidak berdaya. Berhadapan dengan berbagai media digital seperti gawai, laptop, atau komputer setiap hari. Tidak bisa berinteraksi secara langsung dengan teman dan guru. Pertemuan terbatas ruang dan waktu. Hingga mereka kehilangan kebahagiaan karena tidak bisa lagi bertemu. Bersemuka dengan teman dan guru untuk melepas rindu. 
Mungkin awalnya pembelajaran daring memosisikan siswa sebagai generasi yang canggih dan melek literasi digital. Hal tersebut sesuai dengan takdir mereka sebagai generasi Z yang selalu bergelut dalam dunia internet. Sayangnya anggapan tersebut tidak berlangsung lama.
    Pembelajaran daring membuat siswa menjadi kelompok yang tidak berdaya dan tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) terhadap sebuah keadaan. Guru seringkali tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran daring dengan metode yang tidak inovatif telah melemahkan mental siswa. Pun dalam kegiatan tatap muka terbatas. Oleh karena itu konsep merdeka belajar sebagai konsep pendidikan baru yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan, riset dan teknologi sesungguhnya sebuah solusi yang menjawab berbagai kondisi meresahkan tersebut.
    Pembelajaran di tengah pandemi covid-19 menjadi wahana baru yang menantang guru untuk mampu membuat formulasi khusus dalam ramuan kegiatan belajar bersama siswa.  Melihat realitas tersebut saya menjadi teringat kepada ajakan Paulo Freire dalam buku Pedagogy of The Hearth. Katanya, “Mari kita mempertahankan keadaan kendati realitas yang kejam mengajak kita untuk tidak berharap”. Saya pun mengamini ungkapan tersebut. Masih ada harapan yang bisa dibangkitkan. Cita rasa harapan tersebut berwujud perjuangan guru dalam memahami perasaan siswanya. Membuka hatinya untuk membangun ikatan emosional yang kuat. Jika hati guru dan siswa telah terikat, maka sebuah keniscayaan akan terjadi. Pulih hati mereka, bangkit kembali ruh pendidikan di Indonesia.

Ada hal menarik yang diungkap oleh Kusnohadi (2020) yang menyatakan bahwa merdeka belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan gembira dan tanpa tekanan. Hal tersebut menyampikan pesan kepada guru sebagai agen perubahan untuk mampu menunjukkan eksistensinya sebagai pendamping siswa dalam menggali potensi berdasarkan kemampuannya.  Merdeka adalah sebuah kebebasan. Membebaskan siswa dari berbagai ketakutan dan tekanan. Oleh karena itu guru seharusnya hadir sebagai sosok yang mampu menjadi peneduh hati siswanya. 
Menerapkan merdeka belajar sebagai bentuk revolusi pendidikan di sekolah menjadi lompatan hebat guru dalam mengubah paradigma. Guru seharusnya berani mengambil keputusan dalam setiap desain pembelajaran yang dilakukan. Penilaian satu varian terhadap siswa adalah kebiasaan yang tidak boleh ada lagi. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, jangan mengajak mereka untuk berangan-angan tentang hal yang tidak diketahui. Jangan mengajak siswa yang berada pada daerah rawan banjir untuk menganalisis dampak letusan gunung berapi. Jangan mengajak siswa mengidentifikasi ciri-ciri tanaman kaktus jika di sekitarnya hanya tumbuh bunga mawar. Pahami siswa dengan latar belakangnya. Biarkan mereka berkembang secara alami sesuai dengan lingkungannya. Tidak perlu digegas kendati guru dituntut untuk menciptakan siswa trengginas.
Harus ada sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk menyeimbangkan antara tugas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu kemampuan pedagogis mutlak dimiliki oleh seorang guru. Salah satunya dengan cara memahami gaya belajar siswa. 
Dengan pemahaman gaya belajar, maka guru akan mampu memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi sesuai dengan kemampuannya. Pengumpulan tugas tidak semata untuk memenuhi sisi administratif dalam menjalankan tugas mengajarnya. Siswa dipahami sebagai bagian dari perbedaan dan keunikan yang indah. Mereka dapat tampil dengan kreatif selaras dengan kemampuan yang dimiliki.
Menjadi seorang guru di masa pandemi Covid-19 adalah sebuah tantangan besar. Dengan segala permasalahan yang muncul seorang guru tidak perlu berkecil hati dan tumbang semangat. Banyak cara yang dapat dilakukan karena guru bagi seorang guru di dunia ini banyak bisa kita temukan (Nadjib dkk, 2016; 12).  Bahkan jumlahnya tidak terbatas. Bergantung kemauan yang tinggi untuk terus menggali mencarinya. Guru menjadi peluang untuk mengubah gaya baru dalam kegiatan pembelajaran. Memang mungkin tidak mudah, namun juga tidaklah sulit.
    Guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan di tengah ketakutan menghindar dari infeksi Covid-19. Membuat siswa bahagia dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga secara otomatis imun tubuhnya terbentuk dengan baik. Melakukan kegiatan pembelajaran yang tidak mengada-ada atau berhalusinasi namun menggerakkan aktivitas siswa pada kegiatan yang kontekstual. Misalnya memanfaatkan media sosial yang saat ini tengah digandrungi oleh siswa. Intelektualitas, kreativitas, dan motivasi yang tinggi adalah tiga hal yang tidak boleh lepas dari seorang guru yang ingin sukses dalam melaksanakan tugas mendidiknya. Dengan demikian guru telah mampu memahami perasaan siswa. Memulihkan pendidikan di negeri ini dengan memerdekakan hati siswa untuk mampu berimprovisasi dalam kegiatan belajarnya.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik yuanita widiastuti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler