x

Iklan

Masdariah Tammuwali

Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 05:51 WIB

Kantong-kantong Belajar: Wadah Pembelajaran Kolaborasi Lintas Sekolah

Musim pandemi yang panjang menantang kita untuk memikirkan, menemukan dan menjalani cara-cara baru di semua lini kehidupan, termasuk di dalam dunia pendidikan. Situasi ini membutuhkan dan menumbuhkan gagasan-gagasan yang berbeda agar bisa tetap menjalankan tugas melayani proses belajar siswa dengan baik. Salah satunya adalah dengan membentuk wadah belajar yang dikelola secara gotong royong yang mempertimbangkan letak geografis siswa dan guru, yang disebut kantong belajar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Musim pandemi yang panjang menantang kita untuk memikirkan, menemukan dan menjalani cara-cara baru di semua lini kehidupan, termasuk di dalam dunia pendidikan.  Situasi ini membutuhkan dan menumbuhkan gagasan-gagasan yang berbeda agar bisa tetap menjalankan tugas melayani proses belajar siswa dengan baik.  Pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran bisa berlangsung tanpa harus mengambil risiko berkumpul didalam ruang-ruang kelas yang sama di sekolah.  Namun demikian tetap saja banyak keluhan terdengar dari pihak siswa, orang tua serta guru. Lalu apa lagi yang bisa dilakukan dalam situasi ini ?  Salah satunya adalah  dengan membentuk wadah belajar yang dikelola secara gotong royong  dengan pertimbangan letak geografis siswa dan guru, yang disebut kantong belajar.

              Konsep ini bukanlah sebuah gagasan yang benar-benar baru, karena  sebenarnya sudah sering dilakukan, kita sama-sama  tahu bahwa dimasa-masa sebelumnya sudah lumrah kita dengar istilah “siswa titipan” yaitu siswa yang dititipkan untuk belajar pada sebuah sekolah yang bukan sekolah asalnya, dan namanya tidak terdaftar secara resmi di sekolah tersebut.  Hal ini sering dilakukan jika seorang siswa harus meninggalkan sekolahnya untuk jangka waktu yang cukup lama.  Hal ini biasa terjadi jika seorang siswa harus ikut pergi ke tempat lain bersama keluarganya.  Nah untuk mengantisipasi agar si anak tidak ketinggalan pembelajaran maka keluarganya akan menitipkannya ke sebuah sekolah di wilayah yang didatanginya, jadi di sekolah tersebut sang anak mengikuti serangkaian proses pembelajaran bersama siswa di sekolah tersebut tanpa harus mengurus perpindahan sekolah.

              Konsep siswa titipan ini bisa diadaptasi dan dikembangkan lebih jauh untuk meminimalkan“learning loss” yang kita khawatirkan itu. Dengan melibatkan lebih banyak siswa dan guru dari beberapa sekolah pada suatu daerah, yang bergotong royong  dalam melaksanakan proses pembelajaran secara luring dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.  Sumber daya yang saya maksudkan antara lain ketersediaan guru, peralatan dan bahan yang ada di sekitar sebagai media belajar, serta tempat tinggal atau tempat terbuka yang memungkinkan sebagai  ruang kelas.  Semua itu adalah hal yang sangat mungkin tersedia di hampir semua lingkungan, apalagi pada tingkat RT , dusun, apalagi desa/kelurahan. Pemanfaatan sumber daya ini untuk mendukung pembelajaran bagi anak-anak kita. Saya menyebutnya kantong-kantong belajar. Konsep ini memang sudah banyak dilakukan dalam pembelajaran luring  pada jenjang sekolah dasar.  Namun dalam hal ini lebih diperluas dan lebih terorganisir dan kolaboratif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertimbangan utamanya adalah menekan mobilitas fisik siswa dan guru serta tenaga pendidikan lainnya agar tidak keluar dari lingkungan tempat tinggalnya, sebagai upaya menghindar dari paparan virus penyebab pandemi dan sebaliknya sebagai upaya isolasi suatu lingkungan dari potensi ikut menyebarkan virus, juga diharapkan dapat mengoptimalkan proses belajar siswa yang dianggap kurang optimal jika hanya dilakukan lewat daring. 

Melakukan proses pembelajaran luring di kantong-kantong belajar diharapkan dapat mengatasi kendala geografis.  Karena guru dan siswa tetap dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara luring di dalam lingkungan seputar tempat tinggalnya sendiri, dengan cara ini mobilitas fisik guru dan siswa tetap terbatasi di dalam lingkungan seputar tempat tinggalnya.  Untuk lebih jelasnya ilustrasinya seperti ini ; dalam suatu desa  beberapa warganya adalah pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sekolah yang terletak di luar desa.  Beberapa orang warganya juga berprofesi sebagai guru yang mengajar pada beberapa sekolah yang terletak jauh diluar desa tersebut.  Nah dengan rancangan pembelajaran kolaborasi lintas sekolah  pelajar-pelajar  ini tetap bisa belajar luring di desanya dibawah bimbingan guru relevan yang ada di desa tersebut, meskipun guru-guru itu bukanlah guru pengajar di sekolahnya.  Dengan bantuan teknologi informasi  gurunya tetap dapat memantau dan mengikuti perkembangan siswa serta memperoleh data nilai siswa dari guru yang bertugas di kantong tersebut.  Begitupun sebaliknya, guru-guru yang ada didesa tersebut juga akan mendapatkan hal yang sama untuk siswanya yang berada di desa atau tempat lainnya dari guru sekolah lain yang tinggal dan bertugas di kantong belajar desa lain tersebut.

              Lalu bagaimana langkah-langkah pelaksanaannya ?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mensosialisaikan dan mendiskusikan hal ini di kelompok-kelompok guru atau forum guru, seperti KKG , MGMP dan MKKS dan banyak lagi forum guru lainnya. Lalu setiap sekolah mengidentifikasi keadaan guru dan siswanya berdasarkan data yang sudah tersimpan di database sekolah.  Dari hasil identifikasi data profil siswa dan guru da;am satu daerah maka kantong-kantong belajar sudah bisa dibentuk, dan di tentukan titik-titik lokasinya. Jika ada ke khwatiran mengenai pemahaman kurikulum dan strategi pelaksanaan di lapangan, menurut saya  saat ini kelompok-kelompok kerja guru sangat aktif melakukan kegiatan diskusi , diklat dan semacamnya, sehingga tidak akan ada perbedaan persepsi yang berarti.

              Nah, ketika kantong-kantong belajar sudah terbentuk maka setiap guru dapat saling bertukar data dan informasi mengenai keadaan awal siswa, yang akan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam menyusun strategi pelaksanaan pembelajaran di kantong belajarnya. Diskusi selanjutnya dapat di lakukan di grup-grup Media sosial dan lainnya.  Sedangkan untuk kemudahan mengirim, menyimpan dan mengakses data salah satu pilihan yang bisa digunakan adalah google drive, applikasi ini bisa di setting untuk penggunaan secara kolaborasi, dan masih banyak lagi pilihan lainnya.  Jadi seorang guru tetap bisa memantau proses pembelajaran dan perkembangan siswanya yang dibimbing oleh guru lain di kantong-kantong belajar yang tersebar di beberapa titik sesuai dengan domisili siswanya.  Dan ketika tiba saatnya membutuhkan data untuk mengisi nilai raport siswa, sang guru tinggal masuk ke drive bersama lalu mengambil data nilai siswanya lalu menggunakan dan menyimpannya sebagai arsip. 

              Sebuah pertanyaan akan muncul, bagaimana cara pemberian nilai akhir, karena bisa saja ini akan subyektif dan ada bias antara satu guru dengan guru lain, dan bisa berdampak kepada siswa.  untuk hal itu dapat diminimalisir dengan cara bersama-sama menyusun acuan dan asesmen yang telah disepakati bersama. Dalam acuan maupun asesmen penilaian akan tertulis  dengan jelas kriteria  dari suatu tindakan, kompetensi sikap, kognitif dan keterampilan sebagai hasil belajar siswa. sehingga memudahkan setiap guru untuk mengkategorikannya. Dengan demikian kesenjangan nilai karena subyektivitas guru dapat dihindari.

              Manfaat yang bisa didapatkan dengan pembelajaran model ini, selain untuk keamanan bagi siswa dan guru dari risiko terpapar virus dari tempat lain, juga dapat mengatasi rasa bosan pada saat pelaksanaan pembelajaran daring.  Dan khusus bagi guru sendiri ini akan meningkatkan keterampilan guru dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan pembelajarannya, serta semakin menguatkan rasa solidaritas dan sifat gotong royong pada diri guru.

              Memang, pandemi ini membuat kita kadang bersemangat , kadang membuat kita ingin bermasa bodoh, kita berpikir toh selalu ada pemakluman dengan alasan pandemi membatasi kita.  Namun pandemi juga memberi kita begitu banyak hal baru, pelajaran baru dan tantangan baru yang justru membuat kita bisa melihat dan memikirkan banyak hal yang selama ini tak terbayangkan sebelumnya. Semoga gagasan kecil sederhana ini bisa bermanfaat atau memancing tumbuhnya gagasan-gagasan lain yang lebih berdayaguna.  Apapun itu sepanjang kita tetap berada pada garis lurus niat kita untuk mewujudkan pendidikan yang melahirkan generasi hebat pancasilais yang berguna bagi kejayaan bangsa dan negara kita ini.

Ikuti tulisan menarik Masdariah Tammuwali lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler