x

ilustr: Her World

Iklan

Mirdad Leo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 05:59 WIB

Cintaku Bukan Maya

Perjalanan cinta Andri dan Maya mendapat cobaan. Maya hampir saja prustasi tapi untunglah pradigma yang terjadi hanya sebuah permainan oleh ibu Maya, Lusi dan ibu Andri Habibah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Cintaku Bukan Maya

Oleh : Miqdad Syah Putra

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Petang itu, dua sejoli sedang berjalan kaki santai di halam sebuah kampus menuju gerbang keluar.

Puluhan mahasiswa dan mahasiswi juga berjalan mengarah ke gerbang untuk keluar. Sebagian dari mereka ada yang berbelok ke kanan ke kiri ke area parkir. Ada yang mengendarai sepeda motor dan ada juga beberapa orang menaiki mobil.

Sementara, dua sejoli tadi, Andri dan Maya, terus berjalan menuju sebuah taman yang memiliki halaman tesendiri dan agak luas.

Tampak beberapa cafe, sibuk melayani para pelanggan.

"Walau kampus dah kosong tampaknya, tapi taman dan cafe ini banyak pengunjung ya, mas," kata Maya.

"Ya yank. Ni enaknya taman di daerah kampus kita. Yuk kita duduk disana. Bentar ada pelayan cafe yang nyamperin," ujar Andri sambil merangkul pundak Maya.

Mereka tampak berangkulan mesra menuju sebuah meja di taman itu.

"Dah sini aja," kata Andri.

"Ok, mantap," jawab Maya sembari duduk.

Andri juga duduk dan memanggil pelayan yang kebetulan lewat.

"Sini dek," kata Andri.

"Ya mas. Ni dilihat dulu menunya," ujar pelayan perempuan, sambil menyodorkan buku menu.

"Ya, terimakasih ya," ucap Maya, mengambil buku brosur menu dan mendekatkannya ke Andri 

"Mau mae'm apa mas. Minuman yang biasa ya," ujar Maya dengan nada manja.

"Aku enggak makan. Kerupuk kentang aja sama minuman jues jeruk. Sayang gimana. Pesan makan ya. Biar gemuk," kata Andri sambil tertawa kecil.

Maya tampak tersenyum sambil mengangguk. Tangan mungilnya mencubit pinggang Adri.

Andri tertawa lebar dan menyerahkan brosur menu ke pelayan yang tampak mengulum senyum. Lalu berlalu dari hadapan Maya dan Andri yang terlihat tertawa kecil. Maya melekatkan dahinya ke bahu Andri.

Tampak susana mesra dan ceria.

Tak lama Hp Maya berbunyi dan Maya melihat hp-nya.

"Iya, iya ma. Apa ma, adpersoalan apa ma...," kata Maya sambil melihat kearah Andri. Maya tampak menup telponnya dengan tangan kanan.

"Sebentar ya Mas. Maya telponan sama mama ke situ dulu," kata Maya.

"Iya, ya. Enggak apa-apa," jawab Andri.

Maya berjalan ke satu meja kosong dan duduk membelakangi Andri yang kemudian mengambil headset dan mendengar lagu, sambil matanya melihat gerak-gerik Maya.

Ada sekira 10 menit, Andri mehat Maya yang belum selesai juga.

Selanjutnya hp Andri berbunyi. Andri melihat orang yang memanggil di hp-nya dan menggernyitkan keningnya serta  mengangkat hp-nya sembari menatap Maya.

Andri memancarkan ekspresi serius dan mengangguk-anggukkan kepalanya, sembari melihat hp-nya. Lalu dia tersenyum.

Andri melihat Maya serta mendatangi Maya yang dilihatnya tersedu.

"Enggak mau, Maya enggak mauuu," setengah teriak Maya.

"Maaas," jerit Maya. Langsung menutup hp-nya dan berbalik ke arah Andri, serta tiba-tiba meluk Andri dan bibirnya bergetar.

"Maya enggak mauuu. Mas jangan pergi. Maya enggak mauuu.," Maya akhirnya menangis di pelukan Andri.

Andri membelai pipi Maya.

"Ada apa sayang," tanya Andri.

Maya tampak bersungut-sungut menahan tangis. Andri membelai rambut Maya.

Maya mulai angkat bicara terbata-bata.

"Mama ada di Jakarta ini. Mama mau memperkenalkan cowok yang akan dijodohkan dengan Maya. Maya enggak mau. Mama mau bertemu Maya. Mari kita pergi dari sini Mas. Entah ke Badung. Jogja juga nggak apa-apa. Yang penting, kita jangan di Jakarta ini. Kita tinggalkan tempat kost.

Andri tertegun dan menatap dalam-dalam Maya. Terlihat air mata mengalir di pipi Maya

Kemudian Andri mengambil nafas dalam-dalam.

"Tenanglah yank. Oke lah. Mari kita beranjak pergi 

"Ya, ayok cepat Mas," ungkap Maya.

Andri menghapus air mata Maya. Kemudian merogoh kantongnya dan memberikan sejumlah uang kepada pelayan yang dipanggilnya.

Lalu Andri menarik tangan Maya dan digandengnya berjalan ke arah parkiran.

Detik berikut, Andri mengengkol sepeda motornya.

Setelah Maya duduk diboncengannya Andripun menggas sepeda motornya.

Andri menjalankan sepeda motornya ke arah kota.

Maya tampak mendekap Andri kuat, sembari melekatkan kepalanya ke belakang bahu Andri.

Sepeda motor Andri terus melaju sampai di 

sebuah motel  di pinggir kota.

Andri memarkirkan sepeda motornya. Lalu menarik tangan Maya yang dilihatnya masih menangis tersedu.

"Kita kedalam dan menjumpai ayahku. Dia ada di dalam menunggu," ucap Andri.

"Maya enggak usah nangis lagi, malu dilihat orang," kata Andri 

"Ayahmu ada disini. Koq ada disini," tanya Maya heran yang masih sedikit tersedu.

"Ya, udah janjian. Ayah nelpon tadi saat Maya nerima telpon dari mama Maya," ujar Andri meyakinkan.

Andri terus menarik tangan Maya. Maya mengikut saja walau raut wajah Maya terlihat kebingungan.

Sampai di dalam Andri menghampiri scurity. 

"Kamar 005, ruang pertemuan keluarga, dimana pak?" tanya Andri.

"O, dibelakang dek. Dari sini terus, mentok belok kanan," kata Scurity.

"Oh iya pak Terimakasih," ucap Andri.

Selanjutnya Andri dan Maya berjalan mengikuti petunjuk dari scurity tadi.

Sesampainya di depan kamar 005, Andri memenjet bell dan keluar seorang pelayan.

"Andri ya," tanya pelayan.

Andri mengangguk 

"Benar. Kami ingin bertemu pak Afif," jawab Andri.

"Silahkan masuk," kata pelayan.

"Terimakasih," kata Andri dan melangkah masuk sembari menggandeng tangan Maya.

Sesampai di dalam, mereka disambut seorang lelaki parlente dan seorang perempuan nyentrik. 

"Ayah, ibu, apa kabar," tegur Andri sembari menyalami kedua orang tersebut.

"E e e, baik nak," jawab ibu Andri 

"Inin pasti Maya," katanya.

"Iya bu," sambil bersalaman.

"Habis nangis ya," kata Ayah Andri.

"Mari-mari. Sini. Duduk" kata Ayah Andri, Afif.

"Nah, saya dan ibu Andri minta maaf ya. Dulu cuma taunya, dari wa aja, belum ada waktu ketemu," ucap Afifi.

"Rupanya, calon mantu ibu, lebih cantik dari foto di wa," kata ibu Andri 

"Dan saya panggil saja, mama Habibah," ucap ibu Andri, Habibah.

*Iya ma, mas udah ngomong koq," kata Maya 

"Dan saya panggil saja...," kata Afif.

"Papa Afif," timpal Maya.

Suasana menjadi ceria. Maya juga sedikit ceria. Sudut matanya seperti melihat suasana dan kemudian tertunduk. Maya tersenyum agak segar di samping Andri.

"Maya, udah mulai tenangkan," ungkap Andri.

Maya mengangguk manis.

"Ayo...ayo kita mencicipi hidangan yang sudah disediakan.

Sebuah meja hidangan terletak dengan rangkaian makanan dan minuman. 

"Ayo Maya. Kita cicipi dulu," ajak Andri.

Suasanapun terlihat ceria Andri dan Maya mencicipi hidangan.

Habibah dan Afif juga tampak menikmati makanan yang disuguhkan pihak manejemen motel.

Suasana larut dalam kegembiraan. Maya dan Andri bersenda gurau ceria.

"Ei, Lusi....pak Gunawan....apa kabar...," ucap Habibah.

"Aduh tetap awet muda ya pak Gunawan...ha...ha," timpal Afif.

Maya terkesima, memandang ke arah yang disapa Habibah. Maya bingung, tapi berjalan menyalami mama dan papanya.

"Ma ..Maya enggak mauuu. Papa...tolong dong," rengek Maya.

"Apa yang mau di tolong nak," Gunawan tersenyum membelai putrinya Maya.

Andri menyalami Lusi dan Gunawan.

"Apa kabar tante..om," ungkap Andri.

Maya memperhatikan Andri dengan rasa cemas.

"Mama...Maya enggak mau maaa," Tutur Maya sembari memeluk mamanya, Lusi.

"Benar Maya enggak mau...," tanya Gunawan

"Papa enggak mau nolong," ungkap Maya.

"Nak, Maya mau dijodohkan ya," tanya Habibah.

"Mama dan papa mau menjodohkan Maya emangnya dengan siapa?" tanya Lusi dengan nada yang tidak dimengerti Maya.

Maya memandang mamanya tanpa kedip. Maya sepertinya merasakan ada yang aneh.

"Itu jodoh Maya," tegas Lusi sembari mencibikan bibirnya ke arah Andri.

"'Aa, Mmmass," Maya terkesima dan terpana lama dan seketika dia menerkam dan memeluk Andri.

Maya teriak gembira.

"Maaas. Bukan mimpi ini Mas," ungkap Maya yang terus mendekap Andri sekuatnya yang akhirnya dia menunjukkan kegembiraan luar biasa.

"Benar sayang...,kitalah yang dijodohkan saat mama Maya, menelpon tadi," tutur Andri.

"Scenario ini, mama Maya dan ibu Habib yang mengkonsepnya. papa dan pak Afif pemeran pembantunya," terang Gunawan.

Disambut tawa terbahak semua yang hadir.

Seketika wajah Maya berseri.

"Mas juga ikut dalam scenario ini.

"Mas nakaaaal," rengek gembira Maya. 

"Sudah Mas bilangkan, cinta Mas bukan maya, tapi nyata, dan cinta akan kita rajut ke kancah mahligai pernikahan," tegas Andri.

Semua larut dalam kegembiraan yang tiada tara. Kegembiraan yang penuh tawa bahagia.

 

********Awal Desember 21

 

Ikuti tulisan menarik Mirdad Leo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB