x

Iklan

Sri Yuni

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 06:00 WIB

Kelas Impian Kelas Merdeka Belajar


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Merdeka Belajar telah digaungkan, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim orang yang menggagas suasana belajar yang bahagia dengan konsep Merdeka Belajar. Dalam sebuah wawancara di kanal Youtube CNN Indonesia, beliau memaparkan konsep Merdeka belajar yang memiliki makna bahwa sekolah, guru, peserta didik memiliki kebebasan untuk melakukan inovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif. Sementara Filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan metode among telah menyokong dunia pendidikan yang berorientasi pada murid. Berhamba pada anak, menuntun segala kekuatan kodrat pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam proses menuntun seorang pendidik harus memahami bahwa bermain adalah kodrat anak. Sehingga metode pembelajaran yang dipakai pendidik dapat memberi  kebebasan dan arahan yang menarik dan menyenangkan sesuai kodrat anak agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Masih ada keresahan dan kebingungan tentang konsep Merdeka Belajar. Berbagai asumsi dan pertanyaan mengenai konsep merdeka belajar mengantarkan saya untuk berpikir apa sebenarnya makna dibalik konsep tersebut. Dan bagaimana menerapkan kepada murid agar kemerdekaan murid dalam pembelajarannya terwujud. Selama ini proses pembelajaran didominasi oleh guru dalam pemaparan materi. Bahkan prosentasinya lebih banyak daripada peluang keaktifan murid. Paradigma tersebut perlu dirubah dengan pembelajaran yang berorientasi pada murid, sebagaimana yang telah digaungkan dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan pengalaman saya, konsep merdeka belajar membebaskan anak menemukan kodrat alamnya sesuai bakat dan minat yang dimiliki. Anak lebih ekspresif, kreatif dan inovatif dengan diberi kebebasan memilih gaya belajar sesuai kodratnya.

Sudah seharusnya kita sebagai guru berhamba pada murid, melayani dengan sepenuh hati, tulus ikhlas tanpa menuntut dan memaksa sesuai kehendak kita. Hal ini ditujukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bahagia, nyaman dan menyenangkan. Kolaborasi murid dengan guru akan terjalin secara harmonis dan pastinya akan merubah paradigma. Keraguan yang selama ini menjadi dilema menurut saya akan dapat terjawab dengan menerapkan merdeka belajar pada murid. Ada beberapa hal yang dapat diterapkan dalam mewujudkan merdeka belajar bagi murid dimulai sejak sebelum proses belajar mengajar.

Pertama buatlah kesepakatan kelas antara guru dan murid. Langkah awal dalam membuat kesepakatan kelas berdasarkan pengalaman saya, saya menggali impian murid dengan bertanya mengenai kelas impian mereka. Maksudnya selama pembelajaran berlangsung, murid menginginkan suasana pembelajaran kelas yang bagaimana. Saya meminta murid menuliskan gagasan mereka mengenai kelas yang diimpikan berupa aturan yang dibuat sendiri. Mereka bebas menuliskan gagasan positif  yang harus ditaati dan konsekuensi yang diterima apabila melanggar kesepakatan. Gagasan-gagasan mereka ditempel pada papan tulis dan dikelompokkan berdasarkan kesamaan gagasan, selanjutnya ditulis dalam satu lembar kertas dan ditandatangani bersama. Kesepakatan kelas inilah yang akan mereka laksanakan secara konsisten sebagai acuan dalam penerapan disiplin dan merefleksikannya selama proses pembelajaran di kelas..

Kedua, melakukan pembelajaran sosial emosional. Tujuannya agar murid dapat berlatih mengontrol diri, berempati dan mampu menjalin komunikasi yang baik, sehingga harapan saya murid akan fokus pada pembelajaran dan mudah untuk belajar. Saya mengajak murid melakukan proses memejamkan mata dan melakukan pernafasan dengan memfokuskan pada doa atau membayangkan sesuatu yang baik yang diimpikan. Proses selanjutnya menggerakkan anggota tubuh dan melakukan senyum.

Ketiga, memetakkan kebutuhan belajar murid. Karena setiap murid memiliki latarbelakang pemahaman materi yang berbeda-beda, maka untuk memerdekakan mereka dalam belajar perlu strategi yang berpihak kepadanya. Saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, murid dibentuk kelompok-kelompok kecil berdasarkan kebutuhan belajar mereka. Kebutuhan belajar murid dapat dikategorikan dalam tiga hal antara lain kesiapan belajar murid, minat murid dan profil belajar murid. Kapasitas murid dalam mempelajari dan memahami materi akan berbeda-beda. Agar murid mudah memahami materi, saya menyajikan konten yang bervariasi. Tidak hanya bersumber dari buku teks, tetapi ada konten yang dibuat oleh saya sendiri, orang lain, dari temannya bahkan konten yang bersumber dari orang tua murid sendiri. Pembentukan kelompok alternatif lain dilakukan dengan menyesuaikan minat masing-masing murid. Faktor perbedaan murid dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan profil belajar juga diterapkan.

Sebagai contoh penerapan merdeka belajar yang saya terapkan dalam mata pelajaran seni budaya, saya memberi kebebasan pada murid untuk memilih memetakkan kebutuhan belajar murid dan mereka sepakat memilih minat. Ada banyak minat yang dimiliki murid tetapi yang disepakati hanya tiga untuk mempermudah pembentukan kelompok sesuai jumlah murid dalam kelas. Instruksi-instruksi proses pembelajaran saya rancang secara berurutan dengan mendiferensiasi konten, produk dan hasil yang mudah diikuti murid. Selanjutnya siswa berkelompok dengan teman yang sama minatnya untuk memahami materi yang saya sampaikan. Di sinilah diferensiasi konten bermain. Pada tahap kompetensi dasar berkarya, siswa akan aktif kreatif berkarya sesuai dengan minat yang mereka miliki dan berkolaborasi. Dalam proses ini indikator produk dan hasil akan dengan mudah cepat tercapai. Saya berkeliling kelompok dan melakukan coaching untuk menggali potensi-potensi murid melalui pertanyaan-pertanyaan yang memberdayakan. Saya menuntun mereka menemukan kodrat alamnya dan murid dengan bahagia melejitkan potensi tanpa ada beban. Mereka penuh semangat dan merdeka berekspresi, berkarya dan berkolaborasi dengan murid lain dalam kelompoknya. Saya memfasilitasi murid untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas yang selanjutnya ditanggapi murid lain dan terjadi interaksi murid dengan murid. Sementara saya membuat catatan observasi selama proses yang akan direfleksi secara bersama. Pada tahap akhir murid saya libatkan dalam refleksi dan tindak lanjut mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Murid menuliskan refleksinya berkaitan dengan hal yang menarik yang perlu dipelajari selama mengikuti pembelajaran, tantangan dan kesulitan, strategi mereka untuk mengatasi kesulitannya serta keinginan selanjutnya mengenai pembelajaran yang akan datang.

Saya juga mengajak komunitas praktisi masuk kelas untuk melihat proses pembelajaran yang saya laksanakan dengan tujuan penerapan pembelajaran yang saya terapkan dapat diikuti mereka sekaligus memberi refleksi dan tindak lanjut kedepannya mengenai pembelajaran yang saya terapkan.

Keresahan dan kebingungan tentang penerapan merdeka belajar di kelas telah terjawab dengan membuat kesepakatan kelas, pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengikuti perubahan tersebut, yaitu dengan menghamba pada murid, memerdekakan belajarnya, tulus ikhlas tanpa tuntutan dan paksaan, melayani dengan hati dan senyum, wujudkan kelas impian kita (merdeka belajar).

Ikuti tulisan menarik Sri Yuni lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB