Indonesia telah mengalami masa pandemi selama kurang lebih dua tahun. Hal yang diprioritaskan pemerintah di masa pandemi adalah kesehatan dan keselamatan warga negaranya, termasuk guru dan peserta didik sebagai warga negara Indonesia. Sehingga, sistem pembelajaran di semua jenjang pendidikan terkena imbasnya. Pembelajaran yang seyogyanya dilakukan secara tatap muka, dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh yang lebih dikenal dengan istilah PJJ. Selama melaksanakan PJJ, guru mencoba menerapkan berbagai model, metode, maupun media pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 

Dalam memilih suatu model, metode, maupun media pembelajaran, guru harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah karakteristik peserta didiknya, latar belakang sosial ekonominya, sarana prasarana yang dimiliki sebagai penunjang pembelajaran, dan lingkungan belajar siswa. Sehingga, jika suatu model pembelajaran sukses diterapkan dalam suatu kelas belum tentu bisa sukses diterapkan di kelas yang lain sebab kedua kelas tersebut memiliki peserta didik yang berbeda. Peserta didik yang berbeda, tentu juga akan berbeda pula karakteristiknya, latar belakang sosial ekonominya, lingkungan belajarnya, dan lain- lain. Meninjau dari hal tersebut maka kreatifitas dan inovasi seorang guru dalam pembelajaran sangat diperlukan. Kreatifitas dan inovasi guru harus disesuaikan dengan kondisi peserta didiknya masing- masing. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Menteri Pendidikan kita, Nadiem Makarim, ketika meluncurkan Merdeka Belajar pada tahun 2019 yang lalu.

Merdeka belajar memberikan kemerdekaan bagi guru dalam memilih model maupun metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didiknya. Merdeka belajar juga memberikan kemerdekaan bagi peserta didik dalam memilih metode belajar yang paling sesuai dan nyaman mereka laksanakan. 

Ikuti tulisan menarik Dian Puspita Anggraeni lainnya di sini.