x

Iklan

Ahmad Faozan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 08:37 WIB

Mewujudkan Merdeka Belajar Humanis


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pandemi Covid-19 telah mengubah kondisi dunia dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan. Para praktisi dan pelaku pendidikan segera mengambil tindakan menyelamatkan dunia pendidikan dengan pembelajaran online. Pandemi memang menuntut kita untuk belajar bagaimana mengatasi keadaan, bangkit dari keterpurukan, serta mengubah ancaman menjadi terobosan baru dalam kehidupan. Sehingga, harus diakui, ada hikmah (blessing in disguise) di balik terjadinya musibah global ini, yakni semakin terbukanya transformasi dunia serta tantangan kemajuan dalam berbagai dinamika sosial menuju era Society 5.0.

Pandemi telah membuka transformasi teknologi digital dalam dunia pembelajaran. Namun, saat para pelaku pendidikan banyak berfokus pada penerapan pembelajaran berbasis high-tech, persoalan lain pun muncul, antara lain, bagaimana mengatasi tidak meratanya akses internet di beberapa daerah pelosok, kejenuhan para siswa dalam pembelajaran online, hingga persoalan penting yang berkaitan dengan moral peserta didik. Seperti dilaporkan, tren mencontek meningkat tajam di kalangan pelajar secara global sejak terjadinya Pandemi-19 (Washington Post, 7/8/2020). Tentu, hal ini ancaman serius bagi karakter integritas akademik peserta didik tidak saja saat pandemi melainkan pasca-pandemi nanti.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa teknologi pembelajaran tidak dapat menggantikan kehadiran guru. Teknologi hanya alat, kata Bill Gates, guru tetap yang terpenting. Nadiem Makarim juga menyampaikan bahwa interaksi antara guru dan murid adalah hal yang paling penting dalam pembelajaran (Antara News, 18/10/2019). Hemat penulis, teknologi pembelajaran tentu penting dan tidak dapat ditinggalkan. Namun, tantangan utamanya adalah bagaimana menciptakan pembelajaran berbasis digital yang ‘humanis’. Untuk itu, kita perlu mencari solusi terbaik untuk merancang pembelajaran digital modern yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Guru, Siswa, Kurikulum dan Teknologi Humanis

Ada keluhan dari peserta didik maupun orang tua saat dilaksanakan work from home sejak awal Pandemi. Pasalnya, ada sebagian rekan guru yang memberikan materi secara online namun kurang memperhatikan aspek manfaat dan psikologis peserta didik. Misalnya, siswa diberikan tugas merangkum dari Bab I-II tanpa diberikan banyak penjelasan materi secara cukup. Padahal, emosional peserta didik, kata Carl Rogers, sangat penting dirawat dalam pembelajaran. Para pendidik dituntut membentuk lingkungan pembelajaran digital yang damai, humanis, dan demokratis, yakni tanpa tekanan dan kekerasan. Sehingga, mereka akan tumbuh menjadi manusia yang welas asih, mandiri, cerdas dan berkarakter.

Guru, sebagai penggenggam masa depan anak bangsa, seyogyanya dapat mendidik dengan cinta, merangkul dengan kasih sayang, serta mewariskan generasi bangsa tentang arti dan nilai-nilai kemanusiaaan. Good teachers teaches do not teach from the book, but from the heart.  Guru yang humanis menciptakan ruang pembelajaran yang humanis dan akan mencetak generasi bangsa yang humanis, berkarakter yang menghargai harkat dan martabat kemanusiaan dan memperjuangkan perdamaian.

Kita perlu kembali pada Tujuan Pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003), yakni menciptakan ‘manusia utuh’ (tokoh humanistik, Abraham Maslow, menyebutnya: the whole individuals). Secara holistik, semua aspek kecerdasan peserta didik, yakni intelektual, emosional, keterampilan bahkan spiritual harus disentuh di tengah kemajuan teknologi saat ini. Di samping itu, anak didik perlu lebih diarahkan lagi untuk mengeksplor potensi diri mereka sesuai dengan bakat dan minatnya secara optimal—Maslow menyebutnya aktualisasi diri (self-actualization). Selain itu, inisiatif diri individu (self-driven individual) untuk mengeksplor potensi diri melalui pelajaran pengalaman--Carl Rogers menyebutnya experiential learning—agar dapat mencapai taraf kehidupan yang bermakna. Prinsip ini sebenarnya sejalan dengan amanat Ki Hajar Dewantara serta Merdeka Belajar yang diusung Kementerian Pendidikan kini.

Menghadapi tantangan era revolusi edukasi 4.0 ini, kita perlu memperhatikan beberapa hal. Setidaknya ada dua prinsip penting—mengacu pada teori pembelajaran humanistik Carls Rogers. Pertama, pelajaran penting dan bermakna (significant learning). Dalam hal ini, siswa diajarkan berbagai keterampilan penting yang benar-benar mereka butuhkan di dunia digital saat kini.  Kedua, pelajaran yang menarik (engaging learning), yakni perlu dirancang pembelajaran berbasis digital yang menarik sehingga diri peserta didik lebih termotivasi untuk mengembangkan potensinya secara utuh, sadar dan optimal.

Oleh karenanya, para pelaku pendidikan perlu terus berkreasi dan berinovasi menciptakan pembelajaran penting berbasis IT – humanis. Ada banyak platform e-learning berbasis websemisal Edmodo, Edublogs, Shoology, Openstudy. Quora, Storyjumper serta App Tools, seperti  Coursera, edX, FutureLearn,  OpenLearn, CodeAcademy, Quipper School, Zenius Cisco Webex, dan sebagainya. Namun demikian, semua disesuaikan dengan keadaan yang memungkinkan, sinkron atau asinkron, fully online atau offline atau campuran (blended learning). Untuk daerah yang tidak memungkinkan penggunaan teknologi tinggi (high-tech), bisa dengan teknologi rendah (low-tech) dengan kreativitas masing-masing. Yang pasti, kecanggihan teknologi harus sejalan dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Poin pentingnya, teknologi edukasi itu haruslah ‘humanis’ atau ‘memanusiakan’. Untuk itu, isi karakter, etika, moral dan nilai-nilai kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama.

Akhirnya, dengan guru yang humanis, peserta didik yang humanis, kurikulum yang humanis, dan teknologi yang humanis pula, diharapkan akan lahir generasi humanis yang berkarakter, cerdas, kritis, kreatif, inovatif serta punya kepekaan dan tanggung jawab moral (moral responsibility) untuk membangun bangsa yang dan maju dan bermartabat di masa depan.

 

Ikuti tulisan menarik Ahmad Faozan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler