x

Iklan

TASDIM ARDIAN S.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 08:57 WIB

Meniti Hati Menata Rasa Mendidik dengan Hati Mengajar dengan Rasa


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Meniti Hati, Menata Rasa

Mendidik dengan Hati, Membina dengan Rasa

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

          Tugas mulia guru sebagai pendidik calon tunas-tunas bangsa mutlak menjadi sebuah tanggung jawab sekaligus beban yang tidak mudah untuk dilaksanakan oleh seluruh guru di Indonesia. Mendidik, mengajar, membangun karakter, menggali dan menumbuhkembangkan potensi, bakat, dan minat, membentuk budi pekerti dan akhlak  mulia adalah sederet tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam upaya mewujudkan tujuan Pendidikan nasional yang telaha diamanatkan dalam undang-undang.

          Beban tanggung jawab yang cukup besar dipundak guru menuntut sebuah system kerja maksimal yang harus dilaksakanakan oleh guru. Berbagai kendala, hambatan, dan tantangan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai guru menyebabkan terkadang mengakibatkan pencapaian target pelaksanaan tugas  belum tercapai secara maksimal. Permasalahan yang muncul dari dalam diri guru sebagai seorang individu, maupun masalah yang timbul dari luar diri guru sebagai anggota  masyarakat memerlukan upaya cepat dalam hal penanganannya sehingga pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berjalan secara maksimal.

          Permasalahan yang dihadapi guru sebagai pribadi maupun kaitannya dengan pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik tentu akan berdampak terhadap peserta didik baik secara langsung, maupun tidak langsung. Jika meniilik pada beratnya tugas dan tanggung jawab, maka haruslah guru mampu untuk melakukan manajemen diri untuk mampu membagi dan menempatkan diri sebagai mahkluk individu yang memiliki kebebasan dan hak asasi, sebagai makhluk social yang hidup bermasyarakat, maupun sebagai motor penggerak Pendidikan yang bertanggungbjawab mencerdaskan bangsa ini.

          Beberapa manajemen diri yang diperlukan oleh seorang guru dapat dijadikan bahan refleksi , untuk kemudian menjadi solusi segala permasalahan yang dihadapi. Beberapa refleksi yang perlu dilakukan adalah :

  1. Sudahkah menjadi “ Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”?

Guru adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” adalah sebuah kalimat atau ungkapan yang menunjukkan betapa mulia dan besarnya jasa para guru kepada bangsa ini. Namun di lain pihak, kita sebagai guru tentu perlu melakukan refleksi diri  apakah penghargaan tinggi tersebut sudah layak kita dapatkan dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab kita sebagai guru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Secara sederhanapahlawan dapat diartikan sebagai orang yang berjasa dalam merebut mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan Berdasarkan pengertian tersebut marilah kita bercermin, apakah kita sudah layak untuk mendapat sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Selanjutnya sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa sebaiknya harus merujuk pada pengertian pahlawan secara harfiah. Jika pahlawan haruslah berjasa dengan pengabdiannya terhadap bangsa dan negara, maka guru sebagai Pahlawan dalam Pendidikan sudahkah memiliki pengabdian dalam rangka memberikan pelayanan dalam bidang Pendidikan. Pelayanan bidang Pendidikan yang dilakukan oleh guru tentu dimaksudkan sebagai pelayanan bagi peserta didik terkait proses pembelajaran maupun pembinaan. Tugas guru dalam menggali potensi, bakat, minat, dan membentuk karakter peserta didik.

Merdeka bagi sebuah bangsa adalah kebebasan untuk mengatur rumah tangga dan pemerintahannya sendiri. Merdeka dalam belajar, adalah kebebasan peserta didik dalam mengembangkan segala potensi, serta bakat dan minatnya. Konsep merdeka belajar merupakan satu konsep penting di mana pada pelaksanaan pembelajaran yang selama ini saya lakukan pembelajaran seakan adalah kekuasaan saya. tugas siswa hanya mendengarkan, kemudian mengerjakan tugas dari guru. Pada konsep merdeka belajar ternyata saya tahu bahwa peserta didik harus mempunyai kebebasan untuk mengembangkan potensi, bakat, dan minatnya masing-masing. Tugas guru adalah memberikan pedoman agar peserta didik tidak kehilangan arah dalam perkembangannya. Selanjutnya penanaman budaya dan budi pekerti judga tidak kalah penting. Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah menciptakan manusia yang berkualitas jiwa maupun raganya. Perkembangan fisik dan mental siswa harus berjalan seimbang. Perkembangan daya, rasa, cipta dan karsa manusia harus diiringi pula dengan perkembanganm nilai-nilai luhur buday bangsa dan budi pekerti yang baik, agar anak dapat berkembang menjadi generasi penerus yang bermartabat.Inilah konsep merdeka belajar yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara.

  1. Sudahkah menjadi Agen Of Change

          Jikalau tidak salah mengartikan Agen of Change dapat diartikan bahwa guru adalah pelopor perubahan yang artinya harus mampu merubah perubahan yang ada pada diri peserta didik menuju perubahan yang lebih baik. Selanjutnya sebagai agen perubahan maka hendaknya mampu melakukan paradigma Pendidikan khususnya bagi peserta didik. Paradigma baru yang dimaksud adalah guru harus mampu menyediakan suasana belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Cara yang perlu ditempuh adalah dengan cara mengaplikasikan berbagai keterampilan, strategi, pendekatan, maupun metode belajar yang mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan peserta didik.

          Keragaman karakter peserta didik selama ini seolah menjadi permasalahan utama bagi guru. Perlunya menyediakan seluruh perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik menjadi hal yang memberatkan bagi guru.

Keragaman karakter, latar belakang, dan perbedaan lainnya yang ada pada diri peserta didik seharusnya bukanlah menjadi masalah bagi guru, akan tetapi haruslah menjadi bahan utama dan pertimbangan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ibarat sebuah koki, keragaman karakter ibarat bumbu penyedap masakan. Semakin beragamnya bumbu yang digunakan semakin terasa lezat masakan yang dihasilkan. Di sini lah perlunya keahlian dan kepiawaian seorang guru sebagai koki untuk mampu menciptakan kualitas peserta didik yang maksimal.

 

  1. Guru Sumber Segala Ilmu?

          Jika boleh mengibaratkan, ruang kelas bagaikan sebuah kerajaan yang diciptakan untuk tujuan memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan kepada peserta didik. Sebagai rakyat dari sebuah kerajaan, peserta didik haruslah tunduk dan patuh kepada pemimpin kerajaan yakni guru. Fenomena inilah yang sering terrjadi pada pembelajaran di kelas.

          Guru adalah satu-satunya sumber ilmu? Sepertinya tidak lagi .Peserta didik dan anak-anak kita adalah warga internet. Sangatlah mungkin anak-anak kita sudah berselancar jauh menjelajah dunia. Sementara masih banyak dari kita yang bahkan sama sekali belum ikut berkiprah dalam maraknya perkembangan ilmu dan teknologi informasi.

          Tugas dan tanggung jawab guru tidaklah hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan terhadap peserta didik . Akan tetapi lebih dari itu guru bertugas menanamkan karakter, budi pekerti serta menumbuhkembangkan akhlak mulia pada diri peserta didik. Ilmu pengetahuan dan infomasi bolehlah diperoleh dari berbagai sumber infomasi berupa media cetak maupun elektronik, akan tetapi posisi guru tetap menjadi hal yang vital dalam upaya menciptakan kepribadian peserta didik menuju wujud pencerminan pelajar Pancasila.

  1. Merdeka Belajar Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

          Merdeka belajar yang dimaksud adalah paradigma belajar dengan mengedapankan kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya. Dalam arti lain merdeka belajar dapat diartikan suatu proses Pendidikan yang membahagiakan peserta didik. Konsekuensinya adalah guru harus mampu memberikan layanan Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

          Dalam upaya mewujudkan merdeka belajar guru perlu terus belajar untuk mampu menjadi pelayan bagi peserta didik. Guru adalah pelayan bagi peserta didik. Guru harus mampu mengawal perkembangan peserta didik menuju kebahagiaan dan keselamatan. Bahagia yang dimaksud adalah adalah peserta didik dapat mengikuti proses Pendidikan dengan suasana hati yang menyenangkan, sedangkan keselamatan adalah bahwa pada akhirnya peserta didik mampu memberikan perlindungan untuk dirinya sendiri.

          Mengutip sebuah pernyataan yanmenjelaskan bahwa tidak ada peserta didik yang bodoh yang ada guru yang belum menemukan kunci untuk membuka gerbang potensi dan bakat minat peserta didik. Sejalan dengan hal tersebut guru harus Kembali berefleksi dengan berpedoman pada filosofi Pendidikan yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara. Ibarat tukang kebun tugas guru adalah mengawal perkembangan peserta didik. Mungkin guru tidak dapat mengubah benih potensi yang ada pada peserta didik, akan tetapi dengan memberi pupuk dan perawatan yang baik, maka akan dapat mewujudkan hasil yang maksimal.

          Peran dan tugas guru dalam pendidikkan sepertinya tidak akan dapat tergantikan meskipun fenomena belajar kapan saja dan di mana saja cukup menyita perhatian. Belajar kapan saja dan di mana saja dapat diartikan bahwa tanpa guru, setiap orang dapat belajar. Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Tingginya pemerolehan ilmu pengetahuan pada diri seseorang haruslah diikuti dengan peningkatan budi pekerti dan akhlak yang baik, sehingga dalam aplikasinya nanti, ilmu pengetahuan yang diperoleh akan tetap berpedoman pada aturan dan norma-norma yang ada.

          Dalam upaya penanaman budaya positif di sekolah salah satu cara yang harus dilakukan adalah memberi keteladanan  perilaku bagi  murid. Keteladanan yang dimaksud adalah contoh perilaku baik yang dilakukan sehingga menjadi pedoman atau panutan bagi murid. Dalam hal ini saya sebagai sosok Guru populer dapat memberikan contoh perilaku positif yang akan ditiru oleh siswa.

          Dalam menerapkan budaya positif di sekolah ada beberapa kelemahan yang saya  miliki dari dalam diri saya sendiri ataupun dari luar. Dari dalam diri sendiri turunnya motivasi dalam pelaksanaan kegiatan. Motivasi sering turun biasanya diakiabtkan dari kegiatan yang bertumpuk sehingga menimbulkan kelelahan secara fisik dan  pikiran. Sulitnya pembagian waktu kegiatan sering menjadi penyebab turunnya semangat untuk melakukan kegiatan di sekolah. Jika motivasi sudah turun maka pelaksanaan kegiatan akan dirasakan kurang bermakna.

 

 

         

 

 

Ikuti tulisan menarik TASDIM ARDIAN S. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB