x

disiplin dengan STEM

Iklan

Raditya Wardhani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 12:48 WIB

Belajar Tentang Merdeka Belajar dari Pengalaman

Merdeka belajar dapat dilakukan dengan pembelajaran berbasis STEM. STEM juga dapat dimanfaatkan untuk melatih disiplin. Guru dapat mendesain pembelajaran berbasis STEM untuk melatih disiplin. Pengalaman menjadi anak membantu guru untuk memahami kodrat merdeka, kodrat bermain dan kodrat zaman siswa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Disiplin tidak tiba-tiba muncul dalam diri seseorang namun perlu diajarkan dan dibiasakan sejak dini, bukan hanya di rumah namun juga di sekolah. Oleh sebab itu perlu kerjasama yang baik antara sekolah dan orangtua dalam membiasakan hal kedisiplinan. Pembiasaan ini perlu supaya disiplin bisa menjadi gaya hidup di kemudian hari.

Anak memiliki kodrat merdeka, artinya anak memiliki keleluasaan untuk belajar dengan cara mereka sendiri dalam memahami sesuatu. Guru dan orangtua perlu memahami hal tersebut sehingga dalam mengajarkan kedisiplinan tidak dilakukan dengan paksaan dan arogansi. Sebaliknya, dalam mengajarkan kedisiplinan perlu disesuaikan dengan gaya belajar anak. Guru dan orangtua pernah menjadi anak namun anak belum pernah menjadi orangtua. Berdasar hal itu bisa disimpulkan guru dan orangtua memiliki pengalaman yang lebih banyak tentang menjadi anak daripada anak itu sendiri. Pengalaman ini menjadi dasar dalam mengajarkan kedisiplinan supaya mudah dipahami dan dilakukan dalam kemerdekaan mereka sebagai anak.

Dari pengalaman menjadi anak, ada hal lain yang bisa dipelajari yaitu kodrat anak untuk bermain. Anak-anak sangat suka bermain bahkan sebagian besar waktunya dihabiskan dengan bermain. Memperhatikan kodrat ini, guru perlu medesain pembelajaran yang memunculkan suasana menyenangkan dan menggembirakan, bisa dengan permainan atau kegiatan lainnya yang bisa membangkitkan semangat belajar anak-anak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain memahami kodrat anak yang merdeka dan bermain, pengalaman menjadi anak sampai dewasa ternyata keduanya hidup di zaman yang berbeda. Perkembangan zaman tidak bisa dicegah dan orangtua sudah menyaksikan sendiri perbedaan dari setiap masanya. Memahami perbedaan zaman yang ada menjadi pelajaran bagi guru dalam mendesain pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Dewasa ini sering digaungkan tentang pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematic) bahkan di kurikulum paradigma baru yang diusung Kemendikbud pun merekomendasikannya dalam mewujudkan merdeka belajar yang menyenangkan. SMPN 13 Surakarta adalah sekolah berbasis STEM. Implementasi STEM untuk mengajarkan hal disiplin bisa dilakukan salah satunya melalui clay.

Pelajaran Pendidikan Agama Kristen berbasis STEM dengan membuat kerajinan dari clay dimulai dengan membuat kelompok yang heterogen. Setelah kelompok terbentuk, guru membagikan lembar kerja yang berisi instruksi alat, bahan dan cara membuat clay. Siswa diminta melakukan hal-hal yang diinstruksikan di lembar kerja mulai dari menyiapkan alat, menimbang bahan kemudian membuat clay. Setelah clay selesai dibuat, guru membagikan kembali lembar kerja kedua yang berisi contoh dan cara membuat kerajinan dari clay. Siswa diminta memilih salah satu kerajinan dan membuatnya bersama dengan kelompok. Setelah selesai, masing-masing kelompok diminta untuk membersihkan dan membereskan kelas. Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil kerja kelompok mulai dari persiapan, pembuatan sampai dengan selesai dalam bentuk video. Siswa diberi kebebasan untuk membuat video menggunakan aplikasi apapun.

Membuat kerajinan dari clay sepintas terlihat sederhana, namun bisa menjadi salah satu strategi dalam mengajar. Membuat kerajinan dari clay bisa membantu  menanamkan kesiplinan bagi anak yang mengakomodir kodrat merdeka, kodrat bermain dan kodrat zaman. Anak belajar disiplin melalui instruksi yang diberikan guru. Disiplin dilatih dengan menaati dan melakukan hal sesuai yang diinstruksikan. Kegiatan bersih-bersih dan membereskan kelas setelah pelajaran selesai juga menjadi sarana melatih disiplin. Anak diajak untuk membiasakan diri melakukan pekerjaan sampai selesai.

Pengalaman menjadi anak bisa dimanfaatkan untuk lebih memahami cara berpikir dan kebutuhan anak. Pengalaman ini menjadi keuntungan tersendiri bagi guru. Dengan pengalaman ini guru bisa mendesain pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan kodrat anak.

Ikuti tulisan menarik Raditya Wardhani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB