x

\x22Bahwa malam ini tidak seperti biasanya, dingin sekali. Tubuhnya menggigil....

Iklan

Augaina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 November 2021

Rabu, 8 Desember 2021 16:40 WIB

Malam Itu

Cerita Fiksi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di bawah langit malam, kakinya melangkah di atas trotoar. Hembusan angin di terdengar dengan jelas seperti bisikan di telinganya. Naura memasukan tangannya ke dalam jaket, suhu udara malam itu bisa saja membuat tangannya membeku, pikirnya. Matanya fokus pada apartment kecil yang tampak sunyi di ujung jalan, yang merupakan tujuannya. Ketika Naura mengambil earphone-nya, berniat untuk mendengarkan musik sembari menikmati pemandangan malam, tiba-tiba dia mendengar suara langkah seseorang. Mungkin itu Lily, pikirnya. Lily memberitahunya bahwa dia juga akan pulang terlambat malam ini karena harus menyelesaikan tugas kelompoknya malam ini. Naura membalikkan badannya, ia mengerukan keningnya. Tidak ada siapa pun di sana. Naura menggaruk kepalanya, dia berpikir mungkin saja dia salah dengar. Naura pun kembali melangkahkan kakinya menuju apartment-nya. Namun, beberapa saat kemudian dia kembali mendengar langkah kaki seseorang. Naura membalikkan badannya untuk kedua kalinya, dan lagi-lagi dia tidak melihat siapa pun di sana. Rasa takut mulai menyelimutinya, tetapi dia kembali meyakinkan dirinya bahwa mungkin saja dia hanya berhalusinasi karena terlalu lelah. Naura kembali melanjutkan perjalanannya. Lagi, dia mendengar kembali suara langkah seseorang, tetapi sekarang suara langkah itu mengikuti irama langkahnya. Naura tahu, dia tidak sendirian. Jantungnya mulai berdebar dan keringat membasahi keningnya. Naura mempercepat langkahnya.

Sesampainya di apartment-nya, Naura langsung masuk dan mengunci pintu. Dia berdiam diri di balik pintu. Naura melihat sekilas ke arah jamnya, menunjukkan waktu sudah hampir tengah malam. Orang tersebut masih mengikutinya. Dari dalam apartment, Naura dapat melihat orang tersebut menggunakan pakaian serba hitam dan juga masker. Orang tersebut berdiri di depan pintu dan berdiam diri. Ketika Naura ingin menelpon Lily, ponselnya bergetar. Ada pesan masuk dari Lily. Lily mengatakan bahwa dia tidak bisa pulang malam ini, tugas kelompoknya belum selesai. Naura kembali mengintip dari balik jendela, akan tetapi sosok misterius telah tidak ada. Dengan tangan yang bergemetar, Naura memutar knop pintunya. Dia memberanikan dirinya untuk membuka pintu, dia ingin memastikan bahwa orang yang mengikutinya benar-benar telah pergi. Dengan perlahan, Naura keluar dari apartmen-nya sembari melihat ke kanan dan kiri. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana. Dia menghela nafasnya, merasa lega meski rasa takut tetap mengelilinginya.

Naura kembali masuk dan mengunci pintu. Tangannya meraih saklar lampu yang berada di sebelah kirinya. Ia melepaskan sepatunya dan menaruh tasnya di atas sofa. Ini pertama kalinya diikuti seseorang secara diam-diam seperti itu, dan tentu itu sangat menakutkan baginya. Naura berjalan ke arah dapur, meminum segelas air untuk kembali menenangkan pikirannya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tok... Tok... Tok...

Terdengar bunyi pintu diketuk. Naura menerka siapa yang datang ke tempat tinggalnya tengah malam begini. Jantungnya kembali berdebar, "Tidak mungkin orang yang tadi, kan?" gumamnya. Naura melangkahkan kakinya ke arah pintu, namun sebelum membukanya, dia mengintip dari balik jendela terlebih dahulu lagi. Itu adalah orang yang tadi. 

Tok... Tok... Tok...

Orang itu kembali mengetuk pintunya. Naura enggan untuk membuka pintu, tetapi orang tersebut teru mengetuk pintunya. Dia akan membuka pintu itu sembari menelpon polisi, pikirnya. Naura berjalan menuju sofa, mengambil ponelnya yang ada di tas. Tangan kirinya menggenggam ponsel yang sedang menelpon polisi dan tangan kanannya membuka kunci pintu. Naura membuka pintu dengan perlahan.

"Oh ya ampun ternyata benar Naura, aku kira tadi aku salah orang." Ucap laki-laki tersebut sembari menghela nafas.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Naura dengan wajah yang semakin pucat. Tubuhnya bergetar, bagaimana orang tersebut tahu namanya, pikirnya. Laki-laki tadi melebarkan matanya saat mengetahui bahwa Naura tidak mengenali dirinya.

"Ini aku, Arya," Laki-laki itu melepaskan maskernya. Naura menghela nafas panjang, merasa lega ketika mengetahui bahwa Laki-laki itu adalah sepupunya.

"Tunggu, kau sedang menelpon-" belum selesai laki-laki itu mengakhiri perkataannya, Naura langsung memutuskan sambungan telponnya tadi.

"Polisi, aku kira kamu penguntit." 

"APA?" Arya terkejut mendengar ucapan sepupunya itu, namun tak lama tawanya pecah.

"Wah pasti aku sudah membuatmu takut." Arya pun menjelaskan kepada Naura, bahwa dia akan berkuliah di universitas yang sama dengan Naura. Namun, Arya baru sampai di kota itu jam sepuluh malam, jadi dia berencana untuk menginap di apartmen-nya Naura malam ini dan akan mencari tempat tinggal keesokkannya.

"Aku sudah kesini tadi, tapi tidak ada seorang pun. Jadi aku pergi ke mencari makan di luar. Aku ingin menghampirimu saat di jalan tadi, tapi aku takut salah orang, makanya aku mengikutimu diam-diam."

"Kenapa tadi kamu sempat pergi lagi?" tanya Naura dengan menatap jengah ke arah laki-laki yang sedang cengengesan itu.

"Ah itu tadi aku menjatuhkan dompetku di jalan, untung saja belum diambil orang." Ujar Arya sambil mengarahkan dompetnya ke depan muka Naura.

"Hah, aku benar-benar tak habis pikir. Kamu kan bisa menelponku atau mengirimi sms sebelum datang kesini, kenapa datang tiba-tiba begini?" Tanya Naura lagi sambil membukakan pintu lebih lebar, membiarkan sepupunya itu masuk.

"Kamu kan mengganti nomormu dan tidak memberitahuku, gimana aku mau menelponmu?"

Ikuti tulisan menarik Augaina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler