x

Iklan

Suzash Gribisy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 November 2021

Rabu, 8 Desember 2021 19:41 WIB

Pesta

Cerpen ini dibuat untuk diikutsertakan dalam lomba Sayembara Cerpen Indonesiana.id

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

KATERING

            Aku erharap semua orang kaya bikin acara seperti ini. Mereka buang uang, biar aku yang tangkap.

            Senyum tidak sengaja terkembang di wajah Tifa ketika melihat betapa banyaknya angka yang tercantum pada tanda terima pembayaran. Setelah lama virus corona melanda seluruh negeri, akhirnya ada juga pekerjaan yang datang kepadanya. Klien yang ada duduk di depannya tampaknya tidak menyadari keceriaan yang terpampang di wajah Tifa. Ia tampak puas diri setelah menerima tanda terima pembayaran dari Tifa. Setelah menyesap espresso yang disajikan pramusaji, sang klien juga melukis kegembiraan di kedua bola matanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            “Kemarin Belle suka sih sama tester makanannya. Begitu Robert cobain, dia juga suka. Kita berharap kualitas makanan di hari-H nanti bakalan sama seperti testernya, ya,” kata sang klien.

            “Itu sudah pasti. Kami bisa pastikan rasanya sama dan tidak berubah sedikit pun,” kata Tifa mantap. Lagi-lagi ia membuat sang klien yakin dengan jawabannya.

            Hal tersebut mengingatkan Tifa ketika pertama kali ia mendapatkan email pesanan itu. Ia membaca berulang kali sebelum akhirnya mulai mengumpulkan timnya untuk mengerjakan pekerjaan ini. Di dalam ruang dapur yang berukuran seluas studio karaoke itu, Tifa mengundang timnya untuk meeting. Ada sekitar enam orang yang bergabung untuk ia berikan arahan mengenai pekerjaan yang sangat-sangat mengejutkan ini.

            Tifa sudah menebak dari raut wajah mereka satu per satu. Dua orang membelalakkan matanya dan empat lainnya mengeluarkan ‘hah’ secara bersamaan. Seperti peramal, Tifa sudah bisa menebak dari dua jam yang lalu bahwa ini akan terjadi.

            “Ini serius?”

            “Serius.”

            “Bagaimana mungkin?”

            “Mungkin.”

            “Ini enggak murah, lho.”

            “Dia bersedia bayar.”

            Tifa bisa membayangkan pikiran keenam orang timnya sekarang sedang berputar-putar seperti benang kaset yang disetel berulang-ulang. Mereka menanyakan hal yang sama berkali-kali sebelum akhirnya sepakat untuk mengerjakannya esok hari.

***

FOTOGRAFER

            Ada-ada saja acara orang kaya ini.

            Begitu pikir Dafi setelah menatap angka yang fantastis di daftar pekerjaannya. Kemarin ketika ia menerima daftar pekerjaan dari manajernya, ia mendapati tawaran pekerjaan untuk acara pertunangan. Mengingat pesta pertunangan juga termasuk dalam serangkaian acara pernikahan, Dafi juga selalu bersedia memberikan jasa pemotretan bagi klien yang memesannya. Yang mengejutkan, calon kliennya ini bersedia membayar dengan harga tertinggi dari tarifnya.

            Klien-klien yang selama ini datang kepadanya selalu menawar harga atau mencari tahu harga paket untuk beberapa pemotretan di rangkaian acara. Mereka pikir, barangkali bisa lebih murah harganya kalau sekaligus dengan pre-wedding, lamaran, hingga pernikahan. Namun, klien yang ini berbeda. Ia hanya memerlukannya hari-H acara pertunangan dengan tarif paling tinggi yang biasanya ia kenakan pada klien yang mengambil sesi pemotretan lebih dari satu acara.

            Dafi yang keheranan itu lalu memanggil manajernya untuk menanyakan apakah ada kesalahan dengan harga yang tercantum.

            “Acara pertunangan Robert dan Belle. Mungkin mereka bule, makanya bisa bayar tarif paling tinggi. Kenapa enggak langsung diambil aja, sih? Uangnya bisa untuk menambal bulan-bulan pandemi dan kita enggak menghasilkan uang sama sekali,” jawab manajernya. Dafi masih menimbang-nimbang. Ia punya trauma dengan klien yang terlalu perfeksionis dan terlalu menuntut. Mereka memang membayar mahal, namun tidak berarti ia bisa diatur dalam setiap pengambilan gambar. Dafi merasa tidak dipercaya dan itu membuatnya kesal.

            “Atur meeting sama kliennya,” kata Dafi pada manajernya.

            “Nah, gitu dong!”

***

DESAINER BUSANA

            Ini bukan April Mop, kan?

            Laura terpaku dengan kedatangan kliennya siang itu. Beberapa hari lalu, ia dihubungi melalui telepon. Klien bermaksud memesan busana untuk acara pesta pertunangan. Dari suaranya, sang klien terdengar masih sangat muda. Laura tadinya mengira bahwa ini adalah pertunangan sang klien. Ternyata, klien itu bilang bahwa busana yang dipesan adalah untuk acara pertunangan anaknya. Tenggat waktunya sangat mepet. Ia meminta kliennya datang dengan Belle dan Robert untuk mengukur badan.

            Ia terkejut ketika sang klien datang ke butiknya dengan membawa seekor anabul. Laura menengok berkali-kali ke arah pintu, barangkali sang anak menyusul, namun tidak ada orang lain yang datang bersamanya. Laura mulai menyapa kliennya. Basa-basi pun dimulai dengan rasa penasarannya yang sudah sampai ke ujung lidah.

            “Baik. Jadi busananya nanti untuk Belle dan Robert. Betul, ya, Pak?”

            “Betul sekali,”

            “Bapak tidak datang dengan Robert?” tanya Laura, memgernyitkan alis.

            “Saya datang dengan Belle,”

            Laura benar-benar membelalakkan kedua matanya kali ini.

***

PENATA ACARA

            Ternyata ini bukan mimpi.

            Friska terbangun karena suara alarm yang nyaring masuk menggedor-gedor gendang telinganya. Dengan terpaksa ia membuka matanya lebar-lebar. Hari ini adalah hari yang penting baginya. Ia harus menata diri untuk mengerjakan proyek yang paling unik seumur karirnya menjadi penyedia jasa wedding dan event organizer. Sampai hari kemarin, ia merasa hanya bermimpi

            Tadi malam, ia baru tiba di rumah pukul dua pagi. Udara dingin malam itu tentu menusuk-nusuk tulangnya. Seharian penuh ia berada di lokasi acara pertunangan Belle dan Robert. Ia memastikan semuanya aman. Mulai dari meja katering, dekor meja tamu, dekor altar, sampai susunan acara yang final. Friska dan tim akhirnya bisa menyelesaikan malam itu setelah koordinasi terakhir dengan pembawa acara dan fotografer. Barulah ia pulang dan memaksakan diri untuk tidur.

            Acara hari ini dimulai pukul sepuluh pagi. Friska menyelesaikan mandinya dengan cepat kilat. Sebelum memulai acara, ia harus terlebih dahulu tiba di lokasi pesta agar dapat memberikan arahan terakhir untuk timnya.

            Lokasi pertunangan berada di taman hijau yang dimiliki oleh Soedjana Grup. Kini taman yang luas itu tidak hanya berwarna hijau. Foto-foto pre-wedding dari Belle dan Robert tampak sempurna sekali dipasangkan di pintu masuk untuk menyambut tamu. Foto-foto itu tentu adalah hasil terbaik dari fotografer ternama Dafi Koentjoro. Kursi-kursi tamu sudah tertata rapi. Panggung altar berdiri megah dengan inisial Belle dan Robert. Bunga-bunga cantik menghiasi setiap sudut pesta. Meja-meja katering juga sudah disiapkan untuk menjamu tamu-tamu yang akan datang.

            Setelah menempatkan timnya di pos masing-masing, Friska menghampiri Dafi yang sedang sibuk menata kamera dan peralatan fotonya di berbagai titik.

            “Hai. Bisa tidur semalam?” sapa Dafi ketika Friska mendekat ke arahnya.

            “Ya, begitulah. Udah sarapan? Makanan kita ada di ruang EO, ya,” ujar Friska.

            “Aku kira kita makan makanan katering juga,” balas Dafi setengah tertawa.

            “Makanan untuk kita disediakan khusus. Kalau kamu mau makan makanan katering, silakan aja. Aku pengen lihat. Hahahaha,” kata Friska. Mereka berdua tertawa.

            Semua persiapan sudah selesai. Acara dibuka oleh pembawa acara pukul sepuluh tepat. Para tamu undangan sudah berada dalam lokasi. Tiba-tiba saja lokasi ini menjadi sedikit berisik. Belle sudah berada di kursinya. Ia tampak cantik dengan gaun buatan desainer terkenal, Laura Sakti. Di sebelahnya sang klien pertama bersanding di sebelah Belle dengan gagah. Senyum bahagianya terpancar dengan cerah.

            Keluarga Robert memasuki lokasi pertunangan dengan membawa seserahan untuk Belle. Riuh rendah tamu undangan bersaut-sautan. Akhirnya bersandingan di altar dengan serasi.

***

PEMBAWA ACARA

            Acara hari ini benar-benar akan menjadi pengalaman terbaru bagi karir Tata Rani sebagai pembawa acara terbaik di negeri ini. Belum pernah selama lima belas tahun berada di dunia pembawa acara, ada yang memintanya untuk membawakan acara pertunangan anabul. Tata Rani bertanya-tanya, apakah di dunia ini sudah banyak orang kaya sehingga acara pertunangan hewan peliharaan diselenggarakan selayaknya acara pertunangan manusia. Tata Rani sungguh tidak bisa berkata-kata ketika pertama kali menerima tawaran pekerjaan ini.

            “Mbak Tata Rani adalah pembawa acara terbaik. Kami mempercayakan acara kami pada Mbak Tata seorang,” ujar kliennya.

            “Tapi, selama ini saya hanya pernah membawakan acara untuk manusia, Pak,”

            “Ini tidak akan jauh berbeda. Kedua anjing ini sudah selayaknya anak saya sendiri. Sudah seperti hidup bersama manusia,”

            “Tapi…”

            “Saya akan menghargai usaha Mbak Tata berkali-kali lipat daripada honor Mbak Tata biasanya. Oleh karena itu, saya berharap Mbak Tata bisa jadi pembawa acara di acara pertunangan Belle dan Robert,”

            Tata Rani memikirkan reputasinya. Menjadi pembawa acara di pesta pertunangan anjing peliharaan? Yang benar saja, batinnya.

            Namun, di sinilah ia sekarang. Berdiri sebagai pembawa acara pertunangan kedua anjing peliharaan yang tampak sangat lucu. Acara ini digelar dengan EO Friska and Friends. Mereka membuat setiap detailnya dengan rapi. Keluarga Robert baru saja memasuki lokasi acara untuk menyampaikan maksud kedatangan dan seserahan mereka.

            “Guk guk guuuk guk guk gukkk guk guugukkk guk guuguk guguguk,” Robert menyampaikan maksud kedatangannya untuk melamar Belle.

            “Baik, terima kasih Robert dan keluarga. Kesempatan berikutnya akan diberikan kepada keluarga Belle untuk menanggapi lamaran Robert,”

            “Guguk gukkk gukkk guuuk! Guk guk,” jawab Belle.

            “Lamaran diterima!” seru Tata Rani. Sambutan meriah lalu datang dari keluarga dan juga seluruh tamu undangan yang datang. Acara tukar kalung pun dilaksanakan. Belle tampak cantik dengan gaun yang dibuat oleh Laura Sakti. Begitu juga Robert tampak gagah dengan tuksedonya. Kedua anjing itu resmi bertunangan.

            “Guk guk gukguk guk guguk!!! GUK GUKGUK GUUGUUUK GUK!”

            Seluruh tamu undangan menghampiri Robert dan Belle dengan riuh. Petugas katering membagikan makanan di berbagai spot untuk para anabul sehingga mereka tidak kelaparan di pesta pertunangan teman mereka. Seluruh tamu yang datang ada anabul. Manusia yang ada di sana hanyalah kedua klien, fotografer, desainer busana, penata acara, pembawa acara, petugas katering beserta timnya masing-masing.

            Hari ini manusia menyaksikan luasnya bentuk kasih sayang manusia terhadap hewan kesayangannya. Dalam keadaan pesta yang masih meriah, tiba-tiba ada asap yang entah datangnya dari mana. Dafi Koentjoro merasakan matanya pedih, Laura Sakti terhuyung pusing, Tata Rani, Friska, dan Tifa terbatuk-batuk karena menghirup asap yang entah dari mana asalnya. Sayup-sayup mereka masih mendengar suara anjing-anjing peliharaan itu bercanda satu sama lain. Namun, mata mereka gelap.

***

            Hanya mimpi.

           

Ikuti tulisan menarik Suzash Gribisy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu