x

Iklan

Dieni Hanifah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2021

Rabu, 8 Desember 2021 20:25 WIB

Perjuangan Kehidupan Caca

Kisah ini merupakan perjuangan seorang caca dalam kehidupannya. Ia selalu mempunyai cerita sulit pada masa sekolahnya. Awal bermula dari kesalahan terbesar dalam hidupnya yaitu ia meninggalkan seorang sahabat dan sejak itu kehidupannya tidak pernah bahagia hingga ia lulus SMA. Mau tau perjuangan apa saja yang dihadapi Caca... Jangan lupa untuk baca ceritanyaa yaa...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Haii! Perkenalkan, namaku Calista Stefani. Biasanya orang-orang memanggilku Caca. Aku merupakan anak  yang dari keluarga sederhana, tetapi kesederhanaan ini tetap membuat kami bahagia. Ayahku bekerja sebagai guru, sedangkan ibuku tidak bekerja dan hanya mengurus rumah. Aku mempunyai satu kakak yang baik dan satu adek yang lucu. Setiap hari, kami selalu canda tawa di setiap kesempatan, dan itulah yang membuat keluarga kami sangat bahagia. 

Oh iyaa, tahukah kalian bahwa meskipun aku sangat bahagia, tetapi ada rahasia yang kusimpan saat ini, yaitu bahwa aku mempunyai mental illness atau gangguan mental. Kalian pasti bingung, kok bisa sih aku yang bahagia ini bisa mempunyai gangguan mental? Bisaa dong guysss. Karenanya, aku di sini mau cerita mengapa aku bisa mempunyai gangguan mental. Aku mempunyai gangguan mental karena hal terberat yang kulalui saat SD hingga SMA. Saat SD-SMA, aku tidak punya banyak teman. Hanya satu hingga dua orang saja  tiap per jenjang. 

Cerita ini berawal dari SD di Kota Tenggarong. Pada saat SD, aku mempunyai teman terbaik bernama Kiki. Kami sangat bahagia, namun persahabatan itu dirusak oleh seseorang bernama Juna. Juna menghasutku agar aku memutus hubungan dengan Kiki. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku ingat, Juna bilang, “Ca, kamu taulah? Dia itu banyak gak disukai orang gara-gara dia sombong?” dengan berbisik kepadaku. Aku pun menjawab, “Oh, iya kah? Padahal dia baik kok sama aku.” Ia pun kembali menjawab, “ Iya Ca, gak usah didekatin gih.” 

Dari situ, aku percaya Juna dan akhirnya aku dengan Kiki mengakhiri hubungan persahabatan kami. Sebenarnya. aku tahu bahwa Kiki sangatlah baik. Namun karena aku terpedaya oleh Juna, akhirnya aku memutuskan hubungan dengan Kiki. Aku memutuskannya lewat surat yang kutulis dan kutaruh di dalam loker mejanya Kiki. Kiki membaca surat tersebut dan ia sangat marah kepadaku. 

“Ca, apa maksud surat mu ini? Kamu jahat, Ca. Selama ini aku selalu baik denganmu, tetapi kenapa kamu malah mikir gini, Ca?!” Aku yang bingung dengan situasi hanya menjawab, “Kiki, maaf aku tidak sengaja melakukannya dan aku menyesal.”

Aku tau kesalahanku dan aku ingin menjelaskannya, namun aku tidak bisa memberitahu bahwa Juna yang menyuruhku untuk menjauhi Kiki karena Juna memiliki teman yang kuat sehingga aku bakal kalah menghadapinya. Nasi telah menjadi bubur, aku menyesal tetapi aku tidak bisa memperbaikinya. Setelah kejadian tersebut, Kiki menjauhiku bahkan ia banyak memiliki teman sedangkan aku dijauhi oleh beberapa temanku akibat hal yang pernah kulakukan. 

Sejak saat itu, aku tetap menjalankan aktifitasku seperti biasa hingga lulus dan kenaikan sekolah SMP. Saat SMP, aku bersekolah di SMP di kota Tenggarong, aku mempunyai teman baru bernama Vivi .Vivi merupakan teman baikku dari SD hingga sekarang. Di SMP ini beberapa murid masih tidak suka denganku, karena SMP yang sekarang banyak yang merupakan alumni SD yang sama denganku. Tidak lama kemudian, aku kembali tidak disukai oleh teman-teman ku gara-gara aku merupakan anak kesayangan guru-guru. Oh iya, sebagai fakta pertama bahwa aku saat ini berada di SMP Ayahku, jadi tidak heran jika aku diperlakukan berbeda oleh guru-guru di sekolahku. 

Kesalahan terbesarku adalah saat aku tidak sengaja bercanda tetapi dianggap beneran oleh teman-temanku sehingga aku kembali dijauhi oleh mereka. Kata-kataku yang bercanda dengan kalimat, “Ih kalian gitu ya, ku kasi tau ke ayahku kalian”. Sejak kejadian itu, aku kembali tidak disukai oleh teman-teman. Bahkan mereka membuat organisasi pembenci ku dengan nama OPAG atau Organisasi Pembenci Anak Guru. 

Aku tau mereka membuat organisasi tersebut ketika sedang di toilet ganti baju untuk latihan marching band. Pada saat itulah, mereka sedang berbicara tentang diriku. Lani membuka mulut pertama masalah OPAG ini. “Gimana OPAG?” ujarnya sambil menyisir rambut. Rani bertanya balik ke Lani “Ih, betulan kah OPAG ini ada?” tanyanya sambil merapikan bajunya. Rani menjawab, “Ada lah, orang sudah lama kok.” Jeni yang mendengar hal tersebut merasa kasihan dan mengatakan, ”Kasihan ya Caca” sambil menunggu teman-temannya yang belum selesai persiapan. Lani dengan nada sombongnya mengatakan, “Hah, kasihan?! Aku sih tidak kasihan. Soalnya kan itu salahnya dia. Siapa suruh berbicara seperti itu. Kayak ayahnya saja yang punya sekolah. Teman-temannya dulu juga sudah mengatakan bahwa dia dari dulu sudah tidak disukai, jadi buat apa dikasihani?” Aku mendengar hal tersebut sangatlah ,merasa sakit hati. Mau menangis rasanya , tetapi aku menahannya hingga aku langsung kamar mandi.

Ketika aku keluar, aku langsung menangis tanpa. Aku sangat bersyukur karena kehadiran Vivi pada saat itu. Dia berbicara seperti ini kepadaku, “Ca yang sabar, biarkan saja mereka begitu terus. Jangan dibalas, biar tuhan yang membalas.” Aku pun berterima kasih ke Vivi karena sudah menenangkan diriku. 

Keesokan harinya, aku melaporkan hal ini ke BK, karena aku tidak bisa membiarkan organisasi tersebut ada didirikan. Tidak lama kemudian, organisasi tersebut dibubarkan. Fakta kedua tentang diriku di SMP, aku sering bolak balik BK. Aku bolak-balik ke BK karena urusan seperti organisasi yang dibentuk untuk membenciku.

Kelulusan SMP datang, dan aku lanjut di sebuah SMA persimpangan Samarinda. Menurutku, masa terberat aku lalui saat SMA. Penyesalan kembali datang ke diriku. Aku sekolah di SMA yang sangat jauh dari keluargaku, bahkan aku ngekost agar dekat dengan sekolahku. Tetapi aku tidak menyadari bahwa sekolah ku sekarang banyak anak alumni dari SMP tenggarong yang bersekolah di SMA pesimpangan Samarinda.

Awalnya, aku berteman dengan banyak teman baru. Namun akibat banyak murid  alumni SMP terdahulu, aku kembali tidak mempunyai teman namun beberapa dari mereka masih ada yang menerima aku seperti Reni. Reni merupakan sahabatku ketika di SMA. Dia sangat baik padaku bahkan dia menerima aku apa adanya. 

Oh iya  Karena aku jauh dari orang tuaku, aku sangatlah tertekan dengan keadaan di SMA. Perlakuan mereka kepadaku meskipun tidak secara fisik namun membuat aku tertekan. Saat itulah bermunculan penyakit seperti anemia, jantung, dan segalanya. Aku sering pingsan di sekolah, bahkan tidak heran kalau aku sering di UKS. Ketika aku pingsan, mereka membantuku namun mereka tetap memberikan omongan yang tidak sepantasnya. Setelah menolongku, mereka mengobrol di kursi panjang.

Opi memulai pembicaraan duluan. “Caca bohongan banget pingsannya.” Tia menjawab Opi, “Iyaa bohongan banget tuh paling gak lama sadar.” dan geng lainnya mengikuti obrolan mereka. Fakta ketiga tentang diriku yaitu ketika SMA, aku sering bolak balik ke tempat asalku karena harus menginap di rumah sakit. Setidaknya dalam setahun aku opname sekitar dua kali. 

Di penghujung kelas 12, aku sudah tidak tahan dengan keadaanku dan aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku akibat perlakuan mereka. Aku menceritakan rencanaku ke sahabatku Reni. Reni akhirnya menenangkanku, “Ca, jangan bunuh diri dan ingat kamu sekolah bukan cari teman melainkan kamu cari ilmu buat masa depanmu. Kamu harus kuat dan ingat biarlah tuhan membalas perlakuan mereka kepada kamu. Jangan lupa selalu beribadah ke tuhan, karena tuhan sekarang memberikan kamu cobaan. Aku yakin bahwa kamu kuat kok dan tuhan ingin melihat seberapa kuat hambanya menghadapi cobaan.” 

Mendengar hal tersebut, aku menangis sekuat-kuatnya dan aku berpikir bahwa selama ini aku kurang banyak beribadah kepada Tuhan. Sejak saat itu, aku berusaha menyemangati diriku agar kuat menjalani hidup. 

Hal yang sangat tidak kusukai selama SD hingga SMA, yaitu pengerjaan kelompok dan study tour. Tugas kelompok adalah tugas yang paling berat bagiku. Setiap ada kelompok, pasti aku selalu yang tidak punya kelompok. Ketika yang lain sudah memiliki kelompok, aku dimasukkan kelompok mereka dengan terpaksa. Mereka pasti menjawab, “Aiih kenapa ada Caca?”, “Bisa gak sih Caca gak sama kita? Malasnyaa.”, “Beban aja ih ada Caca,” dan lain sebagainya. Aku yang mendengar hal tersebut langsung menundukkan kepala dan merasa bersalah karena masuk kelompok mereka. 

Untuk study tour, aku juga mengalami hal serupa. Jujur, sebenarnya selama SD hingga SMA, aku sangat menghindari yang namanya study tour. Aku mengikutinya karena keterpaksaan oleh orang tuaku yang menyuruh aku ikut dan aku mengiyakan untuk  membahagiakan mereka. Mungkin hal ini sangat disukai oleh orang lain, namun tidak bagiku. Aku berbeda dengan temanku  yang lain dan aku sangatlah tidak bahagia ketika ada study tour

Aku selalu tidak mempunyai partner duduk di bis dan tidur di hotel. Pasti kalian berpikir, kok bisa aku gak punya partner bis dan hotel? Yap jawabannya simple, aku tidak punya teman saat study tour dan kalaupun temanku ada, pasti mereka antara tidak ikut atau sudah diambil oleh orang lain. 

Di hotel, mereka diam-diam menukar kamar dan tidak memikirkanku. Ketika aku sampai di kamar, aku berkata, “Permisi, aku tidur bersama kalian.” terus mereka sengaja pura-pura kaget bahwa aku tidur dengan mereka dan salah satu mereka yaitu Mery menjawab, “Sorry, Ca. Kamar kita sudah penuh,” di situ aku bingung untuk tidur di mana dan akhirnya aku melaporkan ke pembimbingku dengan penuh kesabaran. “Kak, saya tidur dimana ya kak?” Kakaknya menjawab, “Loh, bukannya sudah ada kelompoknya ya?” Aku pun bingung menjawabnya dan akhirnya aku berkata, “Mereka bilang sudah penuh kak, saya aja bingung.” Padahal aku tau bahwa mereka sengaja melakukan hal tersebut. Akhirnya, aku dan kakak pembimbing ke kamar kelompokku dan mereka ditegur karena merubah kelompok yang seharusnya diatur. Aku pun tidur di kelompokku sebelumnya, dan rasa bersalahku kembali datang ke mereka. 

Hal inilah yang bertahun-tahun aku dapatkan sehingga mental dalam diriku sangatlah rusak. Semua kejadian yang kualami tidak bisa ku selesaikan agar semuanya kembali sesuai keinginanku. Aku hanya berpikir bahwa saat ini aku harus berjuang dan sukses. Ketika sukses, nantinya aku akan meminta maaf dengan apa yang telah kuperbuat.

Setelah perjuanganku menghadapi semuanya, akhirnya aku lulus SMA. Aku lanjut kuliah di Universitas Indonesia jurusan Psikologi. Alasan aku memilih jurusan tersebut adalah untuk menyembuhkan diriku. Setidaknya, di sini aku bisa menyembuhkan diriku dan membantu orang lain yang mempunyai masalah kecil maupun besar.

Mungkin sampai sini cerita mengenai diriku dan banyak pelajaran yang didapatkan dari ceritaku. Oh iya guys, ingat ya, aku cerita ini bukan untuk dikasihani tetapi cerita ini dijadikan pelajaran untuk diriku maupun kalian. Ceritaku memetik pelajaran bahwa kita selalu mempercayai apa yang kita percayai dan kuatlah saat dikasih cobaan. Tuhan memberi kita cobaan karena kita telah lalai dengan perintahnya. Kalian juga mempercayai diri kalian sendiri dan jangan mengikuti perkataan orang lain karena belum tentu perkataan mereka lebih benar dengan kenyataan. 

Jujur, dengan keadaanku yang seperti ini dari SD hingga SMA, aku tidak pernah memiliki niat untuk membalas mereka. Aku selalu ingat perkataan ayahku bahwa, “Kalau sedang ada yang menjahati kamu, janganlah kamu membalas perbuatan mereka dan biarlah Tuhan yang membalas. Balaslah dengan kelebihanmu dan tunjukkan di masa depan bahwa kamu lebih hebat dari mereka.”

Kalian juga jangan membeda-bedakan teman ataupun orang lain karena kita ini sama-sama manusia yang tidak luput dari kesalahan. Dalam hidup, seseorang sudah ditakdirkan punya kesalahan dan tugas kita adalah memaafkan kesalahan tersebut. 

Oh iya, aku ada beberapa tips healing jika kalian sedang mempunyai masalah. Ketika sedang ada masalah, setidaknya kalian bercerita dengan orang yang kalian percayai. Jangan takut untuk bercerita masalah kalian, karena siapa tau orang yang kalian percaya dapat membantu masalah kalian. Jika tidak ada orang yang dipercaya, kalian bisa pergi ke psikolog atau psikiater. 

Masalah, ketika dipendam, maka berakhir mendapatkan hal yang tidak menyenangkan, seperti sakit akibat memikirkan masalah kalian sendiri. Kalian juga harus bisa mengontrol emosi ketika sedang ada masalah karena emosi tersebut yang memikirkan hal negatif yang akan diperbuat kedepannya. Ketika ada masalah, jangan sekali-kali memikirkan untuk bunuh diri karena hal tersebut sangat tidak baik. 

Kalian bisa membalas perbuatan mereka dengan kelebihan kalian. Tunjukkan kalian lebih hebat dari mereka. Mereka yang sudah melakukan hal yang tidak baik ke kalian belum tentu akan lebih berhasil dari kalian. Bisa jadi, kalau kalian memiliki niat yang besar dan baik, pasti kalian akan lebih sukses dibandingkan mereka.  

Oh iyaa, mungkin sampai sini ceritaku. Aku harap cerita ini bisa dijadikan memetik buat kalian semua yaa. By the way guys, aku sekarang sudah bahagia dengan kehidupanku. Aku harap kalian juga selalu bahagia juga dalam menjalankan hidup dan sekarang aku berusaha menyembuhkan diriku sendiri. Kalian yang mengalami masalah seperti aku juga, selalu berjuang yaa, kalian bisa kok menjalani hidup. Ingat guys satu hal bahwa masalah yang kalian hadapi mungkin kalian berpikir itu masalah terberat di hidup kalian. Tetapi ingatlah bahwa masalah orang lain di luar sana lebih berat dan besar dari masalah kalian. Aku harap kita dapat berjuang bersama-sama dalam keadaan apapun. Sampai jumpa di lain waktuuu, babayyyyy. FIGHTINGGG

CACA LOVE YOU GUYSS    

 

Ikuti tulisan menarik Dieni Hanifah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler