Belakangan ini seorang warga bernama Erni yang tinggal di Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah mengeluhkan bahwa akibat kemacetan yang ada di Trans Sulawesi menyebabkan pengiriman usaha dagangannya menjadi terlambat.
“Harusnya jalanan ini diperlebar, diperluas, biar tidak begini macet, ini kita menunggu sampai berjam-jam,” cetus Erni, Sabtu (23/10/2021) melansir dari metrosulteng.com.
Kembali, yang dituding menjadi penyebab kemacetan adalah penguasa jalanan alias buruh yang bekerja di kawasan industri sekitar yaitu kawasan PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park). Padahal buruh PT IMIP juga merupakan warga sekitar yang terdampak akibat dari kemacetan. Belum sampai ke tempat kerja tetapi mereka sudah lelah fisik dan lelah batin harus berkutat dengan kemacetan setiap harinya.
Terlebih, yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa jalan merupakan fasilitas publik dan pembangunannya seharusnya juga dipersiapkan oleh pemerintah. Tidak tepat bila hanya membebankan persoalan ini ke satu pihak.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga memikirkan upaya jangka panjang untuk mengatasi kemacetan ini, yakni dengan pengembangan Jalan Nasional di Morowali, jalan alternatif lain selain jalan Trans Sulawesi.
Hal ini juga dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Ir. H. Syaifullah Djafar yang mengatakan bahwa nantinya pengembangan Jalan Nasional Morowali akan difokuskan di Kecamatan Bahodopi sampai ke perbatasan Sulawesi Tengah – Sulawesi Tenggara.
Selain itu titik di sekitar kawasan PT IMIP seperti di Desa Fatufia, pihak pemerintah akan melakukan peninjauan apakah perlu dilakukan pelebaran jalan atau pembuatan jalur underpass/flyover.
Dan dari pihak perusahaan, tentunya mereka sudah merasakan bahwa kemacetan di Trans Sulawesi juga berefek pada pekerjanya. Terlebih kawasan industri ini adalah bagian dari Objek Vital Nasional (Obvitnas) dan Proyek Strategis Nasional (PSN). Kegiatan perindustrian perlu melibatkan banyak tenaga kerja, terlebih dengan digencarakannnya upaya hilirisasi industri untuk memajukan perekonomian negara lebih baik.
PT IMIP pun kemudian melakukan berbagai upaya-upaya. Diantaranya yaitu membuat lokasi area parkir baru yang terletak di kawasan bandara PT IMIP. Hal ini untuk mengurai kepadatan akses keluar masuk yang tidak menumpuk di satu titik. Selain itu, PT IMIP juga menuruti imbauan dari pemerintah untuk mengatur ulang jam kerja karyawan agar tidak bentrok dengan lalu lalang pengguna umum jalan Trans Sulawesi.
Upaya mengatasi kemacetan di Trans Sulawesi sudah dijalankan, baik itu rencana jangka panjang atau jangka pendek. Di rencana jangka pendek seperti relokasi tempat parkir, beberapa pengguna jalan sudah merasakan bahwa arus kemacetan berkurang.
Sekarang, publik tinggal mengawal apakah rencana jangan panjang seperti Jalan Nasional Morowali akan diimplementasikan perencanaannya secepatnya. Namun, harus diingat, segala sesuatu yang bagus tentunya tidak membutuhkan waktu instan.
Ikuti tulisan menarik Sri Kunthhi lainnya di sini.