Ciptakan Aplikasi Moms Care , Rosmala Nur Cegah Stunting

Sabtu, 11 Desember 2021 05:50 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia mendapat rengking prevalensi kasus stunting tertinggi kedua di Asia Tenggara. Di sejumlah daerah seperti Sulawesi Tengah, angka prevalensinya juga masih terhitung tinggi. Melalui aplikasi berbasis android, Rosmala Nur berusaha menekan angka kasus stunting.

Stunting merupakan suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak, yang mengakibatkan tinggi badan lebih pendek dibanding anak-anak seusia yang sehat. Stunting merupakan kondisi serius yang terjadi saat seseorang tidak mendapatkan asupan bergizi dalam jumlah yang tepat dan dalam waktu yang lama.

Rata-rata balita stunting di Indonesia melebihi batas maksimal balita stunting yang ditetapkan WHO yaitu 20 persen. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) melaporkan prevalensi anak penderita stunting usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia merupakan yang tertinggi kedua di Asia Tenggara. Prevalensinya mencapai 31,8% pada 2020. Prevalensi stunting tertinggi ada di Timor Leste sebesar 48,8%. Laos berada di posisi setelah Indonesia dengan prevalensi 30,2%.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara di Sulawesi Tengah prevalensi kasus stunting dan pernikahan dini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data survey status Gizi Balita Indonesia, prevalensi stunting Sulawesi Tengah berada pada angka 31,26% pada 2019 dan angka kasus pernikahan anak mencapai 58 persen pada 2018. Angka ini masih termasuk di atas rata rata nasional.

Adalah Rosmala Nur, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Tadulako (Untad), Palu, Sulawesi Tengah yang konsisten melakukan penelitian, akhirnya membuat aplikasi Mom’s Care untuk menekan angka stunting demi kesehatan ibu dan anak.

Berbasis ilmu kesehatan masyarakat yang dimilikinya, Rosmala dan tim konsisten melakukan observasi di berbagai rumah sakit di Palu. Rosmala mengaku, kerja keras untuk penelitian kesehatan masyarakat itu selalu melibatkan banyak kelompok dosen di kampusnya.

“Saya tak pernah kerja sendiri. Menulis artikel dilakukan berkelompok, membentuk tim teaching, membuat bahan ajar berkelompok, melakukan penelitian dan pengabdian semuanya berkelompok baik internal di Universitas Tadulako maupun universitas lain di Indonesia,” ungkap dosen yang telah beberapa kali dinobatkan oleh mahasiswa FKM sebagai dosen kategori motivator terbaik pada tahun 2017 dan kateogri dosen inspirator terbaik tahun 2018.

Rosmala bahkan membangun jaringan penelitian dengan dosen dari Universitas California. “Alhamdulillah, semuanya senantiasa mendukung. Dosen-dosen muda FKM kami himpun untuk bekerja bersama dan berkarya demi kemajuan karier mereka dan demi kemajuan institusi FKM Universitas Tadulako,” ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Rosmala dikenal sebagai dosen yang selalu gembira, optimis dan bersahaja. Senyumnya tak pernah lepas dari setiap aktivitasnya. Semangat kerjanya dikenal pantang menyerah. Ia juga tak pernah menghitung lebih dulu keuntungan dari hasil kerjanya. Baginya saat ini, lakukan saja dulu bekerja dan terus giat bekerja dengan prinsip ikhlas. “Bekerja saja dulu, pada waktunya semua itu akan kita petik hasilnya,” ujar salah satu pendiri FKM Untad itu. Karena jiwanya yang bersemangat dan ikhlas itulah, ia kerap meraih prestasi.

Tahun 2020 Rosmala berhasil menjadi juara I dosen berprestasi tingkat Universitas Tadulako. Masih pada tahun 2020, ia meraih Juara II dosen peneliti terbaik tingkat Universitas Tadulako. Rosmala yang juga sering menjadi narasumber di TVRI dan RRI.

Bahkan di penghujung tahun 2020, ia terpilih sebagai tim pakar penyusun Debat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah. “Ini diluar ekspektasi saya, karena tiba-tiba mendapat undangan dari Ketua KPU Sulteng dan dinyatakan terpilih sebagai Tim Pakar,” katanya merendah.

Di tahun 2020 itulah awalnya Rosmala dan Universitas Tadulako (Untad) menciptakan inovasi berbasis aplikasi android untuk pelayanan kesehatan masyarakat ibu dan anak. Tak tanggung-tanggung, aplikasi yang diciptakan langsung lima sekaligus.

Aplikasi tersebut yakni aplikasi tumbuh kembang anak, aplikasi Mom’s Care online, aplikasi deteksi dini anak stunting, aplikasi android deteksi ibu melahirkan stunting, dan terakhir aplikasi Mom’s Care offline.

Lima aplikasi itu telah dilaunching oleh Wakil Rektor Untad Bidang Keuangan, Dr Muhammad Nur Ali, mewakili rektor pada Selasa, 27 Oktober 2020. Nur Ali menyampaikan bahwa inovasi yang dihasilkan Untad diharapkan bermanfaat bagi semua ibu dan anak. “Tentu kita harapkan akan muncul inovasi-inovasi selanjutnya dari Universitas Tadulako yang nantinya dapat diperkenalkan ke masyarakat Sulawesi Tengah,” ucapnya, Minggu, 1 November 2020.

Diketahui, lima aplikasi yang sudah dilaunching itu merupakan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang kesehatan yang dilakukan oleh sejumlah dosen Untad yang dimotori Rosmala. Sampai menjadi aplikasi merupakan hasil kolabarasi antara Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran dengan dukungan Fakultas Teknik dalam pengembangan aplikasinya.

Rosmala menuturkan, lima aplikasi yang diciptakan sangat berguna di masa pandemi covid-19 saat ini. “Itu karena aplikasi ini dapat digunakan oleh bidan dan pasien (ibu-anak ) tanpa harus bertemu langsung,” jelasnya.

Ia pun berharap aplikasi ini dapat mengubah kondisi dan pola hidup bagi kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan anak. Terlebih jika melihat masih tingginya angka prevalensi stunting di Indonesia, termasuk juga di Sulawesi Tengah.

Terobosan ini menjadi upaya Rosmala dalam mencegah dan mengurangi risiko stunting. Ia pun menebarkan semangat melalui motto yang diciptakan bersama aplikasi penemuannya. “Mottonya, ibu sehat bayi cerdas, suami cerdas sayang istri,” ujar Rosmala tersenyum.

Dia menyebut aplikasi itu selanjutnya diserahkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, untuk dapat diaplikasikan oleh seluruh bidan -bidan yang ada di daerah. Diharapkan pula penerapan lima aplikasi itu dapat mengurangi penyebaran virus corona di masa pandemi, karena tenaga kesehatan yang memeriksa dan ibu-anak yang menjadi pasien, tidak perlu bertemu secara langsung. Sehingga, penemuan ini sekaligus menjadi aplikasi yang tepat di masa pandemi.

Berkat perjuangannya, Rosmala Nur meraih juara satu nasional Kompetisi Pencegahan Stunting 2021, kategori Penggunaan Teknologi Informasi (TI) yang diselenggarakan Habibie Institut, Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes) Indonesia serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI.

Acara Penganugerahan Penghargaan Inovasi Cegah Stunting dilaksanakan pada Kamis, 25 November 2021 lalu melalui aplikasi zoom meeting dan live streaming di Liputan6 dan akun youtube BKKBNOfficial.

Selain kategori Penggunaan Teknologi Informasi , Habibie Instut jug amemberikan penghargaan untuk kategori Edukasi Masyarakat, Kolaborasi Lintas Sektor, Pemberdayaan Masyarakat, Pengolahan Pangan Lokal dan kategori lainnya dengan peserta dari seluruh Indonesia.

Rosmala Nur mengatakan, pada kompetisi itu timmya terdiri dari tiga orang, harus bersaing dengan 180 kontingen dari seluruh Indonesia. Dia menghadirkan aplikasi berbasis android Mom's Care dan berhasil menerima penghargaan sebagai pemenang. "Tentunya pencapaian ini juga tidak lepas berkat dukungan BKKBN Sulteng dan dukungan teman-teman lainya," ujar Rosmala Nur kepada media, Senin (29/11/2021).

"Penghargaan itu dilalui dengan penilaian seksama dan pertimbangan kriteria penilaian inovasi yang dilakukan, dampak dari inovasi yang dilaksanakan, bukti pelaksanaan dan materi pendukung lainnya," tuturnya menambahkan.

Lebih lanjut Rosmala menjelaskan, Mom’s Care adalah aplikasi android pendeteksi resiko melahirkan stunting, pada masa kehamilan. "Aplikasi tersebut dikembangkan untuk menyasar pasangan usia subur, dan sekaligus sebagai aplikasi untuk deteksi stunting serta tumbuh kembang anak pada balita," kata Rosmala Nur.

Aplikasi Itu dapat digunakan oleh ibu hamil, bidan dan penyuluh atau kader KB. Sehingga para pihak dapat mendeteksi secara dini, pada masa kehamilan tentang resiko melahirkan stunting. Serta berdampak pada peningkatan berat dan panjang badan bayi.

Adapun penghargaan diterima Rosmala Nur berupa piagam dan uang Rp 10 juta, diserahkan secara simbolik oleh Direktur HIPPG Widya Leksmanawati Habibie secara virtual. Pemberian penghargaan dari Habibie Institut itu disaksikan langsung oleh Wakil Wali Kota Palu, Perwakilan BKKBN Sulteng, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Palu.

“Inovasi ini penting sekali untuk mempercepat penurunan stunting. Saya berharap inovasi ini tidak sekedar mencari pemenang, akan tetapi kemudian bisa membawa perubahan untuk wilayah nya masing-masing. Karenanya inovasi ini akan menghasilkan revolusi perubahan mindset untuk mengubah tatanan dan cara-cara baru penyebaran informasi secara menyeluruh. Hal ini terbukti karena para bupati semangat menyebarkan hasil inovasi kepada desa-desa lainnya. Inovasi ini juga sangat penting untuk membangun kerjasama dengan semua stakeholders agar desa mencapai indikator utama yaitu membebaskan kemiskinan dan kebebasan stunting,” jelas Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.

Hasto menyebut, peran pemerintah daerah dalam mendukung inovasi-inovasi tersebut perlu diapresiasi dalam acara ini. Dengan banyaknya dukungan dari para pemerintah daerah tersebut, BKKBN optimis Indonesia bisa mencapai target penurunan angka stunting sebesar 14% pada tahun 2024 mendatang. **

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler