x

Timnas

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 12 Desember 2021 14:04 WIB

Versus Laos, Bikin Publik Optimis, Mainlah dengan Cerdas, Timnas!

Ayo timnas, terlepas ada perubahan pemain atau tidak, ada Elkan atau tidak, libas Laos dengan cerdas. Menang gol, permainan rapi, tidak usah banyak meliuk-liuk, passing-control yang benar dengan pondasi intelegensi dan personaliti yang cerdas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagaimana laga kedua timnas Indonesia saat menghadapi Laos yang secara statistik menjadi tim terlemah di Grup B Piala AFF 2020? Yakin laga di Stadion Bishan, Singapura, Kamis (9/12/2021) pukul 16.30 WIB akan mudah dimenangi oleh pasukan Shin Tae-yong (STy). Semoga, timnas tak tampil 'berantakan' lagi.

Sebab, dalam laga perdana, meski Kamboja kalah gol, tetapi permainan Kamboja lebih rapi dari anak Garuda. Jangan sampai, timnas menang gol lagi, permainan tetap berantakan!

Pemain, bikin publik nasional optimis, dong!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Laga perdana fase Grup demi mengais misi meraih tropi AFF perdana sudah dilewati oleh timnas Indonesia dengan mendulang poin 3 dari raihan kemenangan 4-2, sekaligus mempertahankan rekor 17 laga tak terkalahkan dari Kamboja.

Namun, secara permainan, seluruh publik sepak bola nasional menjadi saksi betapa Evan Dimas dan rekan memang benar-benar wajib harus belajar passing-control bola yang benar lagi.

Bahkan, meski kalah, penguasaan bola, passing-control pemain Kamboja masih lebih baik dan lebih rapi di banding penggawa Garuda. Catatan dari laga perdana; meski menang, publik sepak bola nasional pesimis Garuda akan mampu melewati hadangan Vietnam dan Malaysia di Grup B, bila tampil dengan model saat bentrok dengan Kamboja.

Pasalnya, usai laga, media massa nasional pun langsung mengulas tampilan timnas yang jauh dari ekspetasi. Di media sosial, publik juga membincang kondisi timnas, komentar warganet dan netizen pun secara fakta menyatakan kekompakannya bahwa timnas Indonesia nampaknya akan sulit membuktikan misinya meraih tropi AFF perdana di edisi ke-13 ini, bila penguasaan bola masih berantakan, passing-control salah. Stamina kendor. Artinya, dalam hal teknik dan speed, pemain Indonesia masih bermasalah.

Lebih dari itu, saya juga melihat ada penyakit lama dalam aspek Intelegensi dan personaliti pemain yang nampak lemah. Buntutnya tak cerdas dalam permainan, penguasaan bola, passing-control. Berikutnya, juga tetap nampak pemain yang masih egois dengan tetap berupaya menguasai bola, padahal rekannya telah berdiri bebas, menanti, tapi rupanya masih mau unjuk gigi atau pamer agar dinilai hebat atau benar tak cerdas masih menggiring bola.

Penyakitnya, tetap ada pemain yang lebih memilih meliuk-liuk melewati lawan di banding bermain simpel tika-taka, tapi ujungnya bola direbut lawan. Pemain tidak pernah belajar dari sepak bola modern. Tidak pernah menyimak dan paham kritikan publik. Parahnya, tak malu seusai bikin kesalahan dan kebodohan, padahal tersorot kamera televisi dalam tayangan langsung yang ditonton oleh ratusan juta publik pecinta sepak bola nasional.

Pemain asing lelah main di Liga 1

Seiring dengan persoalan timnas, ternyata ada fakta menarik yang diungkap oleh pemain asing yang merumput di Liga 1 Indonesia. Komentar pemain asing ini bahkan banyak dishare di grup media sosial.

Pemain asing di Liga 1, mengaku bermain di kompetisi Indonesia melelahkan. Harus lebih banyak berlari, tidak seperti di Eropa yang bermain tiki-taka dan umpan pendek dengan kualitas passing-control di tutup dengan finishing.

Dari apa yang terjadi di Liga 1, maka budaya lari menggiring bola dan meliuk melewati lawan, unjuk gigi agar dibilang hebat, di bawa ke timnas. Maka, permainan timnas pun tak ubahnya seperti laga Liga 1 dan turunannya, walau sekarang pelatihnya STy. Budayanya tak berubah, siapa pun pelatih timnasnya, ya begitu itu, pemain Indonesia yang masuk timnas, kalau tidak meliuk-liuk, bukan pemain Indonesia. Apa sebabnya?

Menurut catatan saya, Itulah gambaran dari rapor kecerdasan intelegensi pemain Indonesia sehingga tercermin dalam personalitinya, emosi, egois. Efek tak cerdas pun terbukti dalam lemahnya passing-control.

Sayang, semua kekurangan timnas itu, tidak dapat secara instan diubah oleh STy maupun pemain sendiri. Buntut lainnya, membikin STy marah, karena STy berpikir para pemain meremehkan Kamboja setelah mampu menceploskan 3 gol.

Bila STy berpikir para pemain terkesan meremehkan lawan, menurut saya STy hanya mencoba mencari justifikasi-pembenaran demi menutupi kondisi lemahnya intelegensi pemain karena sulit memecahkan masalah menciptakan gol yang sudah di depan mata dan kelemahan passing-control, serta hobi meliuk-liuk.

Atas kondisi ini, sepanjang laga Indonesia versus Kamboja, wa saya tak berhenti berdering. Isinya tentang chat kekecewaan publik. Ada yang bilang, mainnya saja berantakan, mimpi mau menjadi juara. Ada yang minta pemain Indonesia belajar passing-control dari pemain Kamboja. Masa, passing saja membentur temannya sendiri? Ada yang bingung, 2 gol dari bola mati begitu mudah masuk ke gawang, padahal baru lawan Kamboja. Ada yang heran, pemain seperti ini menjadi pilihan utama STy? Dan lain sebagainya.

Pemain harus tahu kekecewaan publik

Di luar cibiran karena kekecewaan akibat permainan yang berantakan, ada satu pesan warganet yang menarik. Coba, Ketua Umum PSSI atau Direktur Teknik PSSI, sampaikan cibiran dan kekecewaan publik sepak bola nasional.langsung ke para pemain, agar para pemain bercermin.

Para pemain yang telah dipilih STy dan menjadi duta bangsa dan negara juga harus sadar, saat mereka bermain itu ditonton oleh publik sepak bola nasional. Teknik, intelegensi, personaliti, dan speed (TIPS) mereka dilihat kasat mata oleh publik.

Maaf, siapa pemain yang cerdas dan tak cerdas mudah diidentifikasi! Di sisi lain, juga ada yang tak cerdas dan hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Tak ada militansi.

Di saat timnas berlaga, yang jadwalnya tentu tidak dadakan, kok bisa dan terus terjadi, PSSI dan PT LIB tetap menggelar laga Liga 1 saat timnas berlaga untuk nama bangsa.

Di mana logikanya? Sudah begitu, di saat negara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura, sebagai pesaing berat Indonesia, pelatihnya bebas memilih pemain untuk timnas mereka, PT LIB malah bikin aturan pembatasan pemanggilan pemain ke timnas demi membela kepentingan Klub, bukan kepentingan Negara. Salah kaprah!

Laos tim terlemah

Terlepas dari benang kusut itu semua, yang pasti laga kedua Garuda akan bentrok dengan Laos. Nah, Laos sudah teridentifikasi sebagai tim terlemah di Grup B. Dalam dua laga sudah ditekuk Vietnam 2-0 dan digunduli Malaysia 4-0.

Kira-kira apakah Indonesia mampu unggul lebih dari 4 gol dan tak memalukan diri kejebolan oleh Laos? Bobolnya gawang Indonesia dua gol dari Kamboja adalah salah satu bukti indikator pemain tak cerdas. Lihat Malaysia dan Vietnam, lawan tak mampu bikin gol ke gawang mereka!

Catatan duel Indonesia-Laos di ajang Piala AFF sudah terjadi sebanyak enam kali. Dari enam pertandingan, tak satu pun laga yang dimenangkan Laos. Tetapi harus dicatat tebal bahwa Laos pernah menahan imbang 2-2 pada tahun 2012.

Secara lengkap, head to head antara timnas Indonesia versus Laos di Piala AFF: 1. Timnas Indonesia 5-1 Laos (Piala AFF 1996) 2. Timnas Indonesia 6-0 Laos (Piala AFF 2004) 3. Timnas Indonesia 3-1 Laos (Piala AFF 2007) 4. Timnas Indonesia 6-0 Laos (Piala AFF 2010) 5. Timnas Indonesia 2-2 Laos (Piala AFF 2012) 6. Timnas Indonesia 5-1 Laos (Piala AFF 2014).

Ayo timnas, terlepas ada perubahan pemain atau tidak, ada Elkan atau tidak, libas Laos dengan cerdas. Menang gol, permainan rapi, tidak usah banyak meliuk-liuk, passing-control yang benar dengan pondasi intelegensi dan personaliti yang cerdas.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB