x

Percaya

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 14 Desember 2021 06:46 WIB

Berkualitaskah Diri Saya?

Rasa memiliki dan mencintai sesuatu itu, dilihat dari fakta dan bukti besarnya pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, uang), bukan sekadar ucapan dan kata-kata. (Supartono JW.13122021) Kualitas diri kita, kita sendiri.yang tahu, orang lain saksinya. (Supartono JW.13122021)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rasa memiliki dan mencintai sesuatu itu, dilihat dari fakta dan bukti besarnya pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, uang), bukan sekadar ucapan dan kata-kata. (Supartono JW.13122021)

Kualitas diri kita, kita sendiri.yang tahu, orang lain saksinya. (Supartono JW.13122021)

Sentuhan dan pengaruh positif dalam kehidupan, baik karena pendidikan, pergaulan, pertemanan dan lainnya, dapat membuat seseorang menjadi dirinya sendiri yang berkualitas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebaliknya, sentuhan dan pengaruh yang negatif, dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kualitas diri (pribadi) yang buruk. Karenanya, tidak heran bila dalam kehidupan nyata kita dapat menjumpai orang yang memiliki kualitas diri, yaitu seseorang yang rendah hati, berbesar hati, berjiwa besar, penuh sopan santun, penuh etika, berbudi pekerti luhur, berkarakter mumpuni, penuh empati-simpati, peduli, tahu diri dan lainnya yang ditunjukkan oleh orang-orang, mulai dari orang-orang yang belum mengenyam bangku pendidikan, hingga yang sudah mengenyam pendidikan tinggi.

Sementara, kita juga dapat menemukan orang-orang mulai dari yang belum mengenyam bangku pendidikan, hingga sudah mengenyam bangku pendidikan tinggi, ternyata tidak ada perubahan karakter dalam kualitas dirinya alias dirinya tak berkualitas.

Mereka tetap saja tak rendah hati (sombong), tak berbesar hati, tidak berjiwa besar, tidak ada sopan santun, tidak ada etika, tidak berbudi pekerti luhur, berkarakter buruk, tak memiliki empati-simpati, tidak peduli, dan tidak tahu diri dan sebagainya. Kira-kira, apakah saya tergolong orang yang memiliki kualitas diri?

Atau saya, tergolong orang yang tak berkualitas diri? Sebenarnya siapa diri saya? Apakah diri saya berkualitas untuk kehidupan diri saya sendiri? Apakah diri saya kualitasnya berguna bagi keluarga, orang lain, dan lingkungan (kelompok, grup, perkumpulan, kekeluargaan, kerja dll)?

Agar diri (pribadi) berkualitas

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya), atau mutu.

Sementara diri, pribadi diartikan sebagai manusia perseorangan (diri manusia atau diri sendiri) atau keadaan manusia sebagai perseorangan. Diri atau pribadi yang benar dan baik, biasanya dijadikan teladan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Lalu, bagaimana agar saya menjadi golongan orang yang berkualitas diri? Untuk menjawabnya, bisa juga saya bertanya pada diri sendiri. Semisal, apakah saya termasuk orang yang suka berhenti belajar? Sebab, untuk menjadi diri yang berkualitas, di atara syaratnya adalah tidak pernah berhenti untuk terus belajar-membaca terhadap suatu hal yang baru dan asing.

Belajar tidak mengingat umur. Umur sudah tua sekali pun apabila untuk belajar tidak pernah ada kata terlambat.

Berikutnya, apakah saya sudah menjadi pendengar yang baik? Untuk menjad orang berkualitas, syaratnya juga selalu bersedia membuka telinga untuk mendengarkan berbagai hal. Bukan selalu ingin didengar. Selain itu, apakah saya termasuk orang yang suka bikin repot dan menyusahkan diri dan orang lain? Menjadi diri yang berkualitas itu, tidak bikin repot, tidak menyusahkan orang lain, tidak bikin kecewa dan tidak bikin marah diri sendiri serta orang lain.

Diri yang berkualitas itu dapat juga mampu membahagiakan diri sendiri dan orang lain, bukan untuk mencari sensasi, mencari muka, menjilat, mencari pengakuan demi mendapat pujian dari orang lain. Diri yang berkualitas juga memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menghindar dan menolak berdekatan dengan toxic people, yaitu orang-orang yang membawa pengaruh negatif ke hidup kita.

Lebih baik punya sedikit teman tapi berkualitas. Karena, orang-orang di sekitar kita memiliki peran besar dalam sentuhan dan pengaruh perjalanan hidup. Maka, wajib sangat selektif memilih teman.

Harus dicamkan bahwa semakin tinggi kualitas hidup seseorang akan semakin ketat standar diri yang harus dijaga. Kualitas diri memiliki peran penting dalam mencapai kesuksesan.

Semakin tinggi kualitas diri, semakin besar pula peluang kesuksesan yang akan didapatkan.

Menjaga kualitas diri

Menjaga kualitas diri tidak mudah. Banyak orang yang berpendidikan tingga, kualitas dirinya malah rendah yang dapat diukur dari hati dan lisan. Bila hati dan lisan tidak baik, maka kualitas dirinya sudah pasti buruk dan rendah.

Biasanya orang yang kualitas dirinya buruk dan rendah, malah merasa dirinya lebih hebat dari orang lain tanpa pernah sadar dan mau tahu bahwa orang lain justru menilainya sebaliknya.

Coba mari kita tanya diri sendiri, bila dari pertanyaan-pertanyaan berikut jawabnya adalah ya, maka bersyukurlah. Saya termasuk orang yang memiliki kualitas diri. Bila jawabnya tidak, maka belajarlah kembali agar diri saya menjadi manusia yang berkualitas.

Pertanyaannya: 1. Apakah saya memiliki komitmen untuk berhasil dengan disiplin dan bertanggungjawab pada diri sendiri, orang lain, kelompok, lingkungan kerja dan lainnya? Tidak mencari untung dan kepentingan pribadi di atas penderitaan dan kekecewaan orang lain? Catatannya, kata-katamu adalah kualitas dirimu. Sikap dan karakter kita adalah cermin kualitas hati dan diri. 2. Apakah saya suka melakukan makian dan kata-kata kasar? Catatannya, kualitas diri dinilai dari bagaimana diri kita, ucapan kita, kelakukan kita, bukan apa yang kita miliki. 3. Apakah saya rela berkorban? Catatannya, selama ini apakah saya mau berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan uang baik untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain? Rasa memiliki dan mencintai itu dilihat dari fakta dan bukti besarnya pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, uang), bukan sekadar ucapan dan kata-kata. 4. Apakah saya fokus pada kualitas apa pun yang saya komitmen lakukan? 5. Apakah saya mengambil keputusan terakhir dalam setiap hal yang dilakukan dengan pertimbangan matang dan cerdas? 6. Apakah saya berpikir bahwa mencapai hasil terbaik dapat dicapai melalui cara dan sarana prasarana yang sederhana tetapi berkualitas? Catatannya, kecerdasan hasil dari terus belajar dan membaca, membuat kita dapat berpikir kreatif-inovatif, menjadi pelopor, bukan pengekor, penjiplak. 7. Apakah saya memperlakukan orang lain dengan tata krama yang berkualitas? 8. Apakah yang kita kerjakan bermaslahat, mendatangkan kebaikan, keselamatan, faedah, berguna bagi diri dan orang lain? 9. Apakah kebiasaan saya dalam berbagai hal baik dan positif? 10. Apakah saya meminta maaf saat berbuat dan bertindak salah? 11. Apakah saya mengganggap masalah sebagai pembelajaran, kegagalan sebagai guru? Di luar pertamyaan-pertanyaan tersebut, dalam kehidupan sehari-hari, juga harus hati-hati melontarkan pertanyaan kepada orang lain atau menjawab pertanyaan orang lain baik secara pribadi maupun dalam grup dan lainnya, dalam situasi apa pun, karena pertanyaan dan jawaban kita, menunjukkan kualitas diri kita. Ingat, kualitas diri bukan hal yang kebetulan, tetapi dari hasil usaha dan kerja keras yang cerdas. Terakhir, apakah diri saya sudah memahami orang lain dan dipahami oleh orang lain? Bila sudah,

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler