PENERAPAN GAMICATION DENGAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
Di dalam keseharian hidup kita tidak bisa dilepaskan dari teknologi, dalam hal ini teknologi informasi digital.
Dimulai pada saat kita bangun di pagi hari , melakukan aktivitas kerja terus sampai waktunya kita akan beristirahat kembali di malam hari, kita tidak bisa lepas dari teknologi. Hampir semua aktivitas kehidupan kita selalu terhubung dengan teknologi, segala macam aktivitas jual beli dilakukan di berbagai market place yang sudah tumbuh subur berkembang.
Di masa pandemi hal itu bertambah dengan adanya pembatasan untuk bertemu dan berkumpul secara fisik, fungsi digital juga sudah mulai dijalankan untuk aktivitas perkantoran dan belajar baik sekolah maupun kuliah, dalam hal ini fungsi digital sudah bisa mengambil peran yang luas dalam aktivitas perkantoran dan belajar. Masa pandemi ini adalah suatu cerminan jika di masa yang akan datang peran teknologi digital akan semakin meningkat di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Nilai tambah Teknologi digital
Dari semua aktivitas kita yang selalu terhubung dengan teknologi tersebut, adakah hal yang bisa menjadi nilai tambah untuk kita secara pribadi ? Adakah hal-hal yang bisa membuat kita menjadi lebih berkualitas, atau apakah dalam hal ini kita hanya sebagai pengguna atau konsumen saja ? tidak ada manfaat lain. Hanya sebagai pengguna dan penikmat saja ? Jadi sudahkah kita bisa menjadi “tuan rumah” di dunia digital ? atau cukup puaskah kita jika hanya mendapat label sebagai netizen saja, yang hanya bisa mengomentari suatu konten saja ?
Kalau kita melihat di belahan dunia lain negara India misalnya, mereka begitu sukses menjadi salah satu pemain digital dunia, banyak sekali programmer yang berasal dari India. Jumlah mereka sangat banyak bahkan menjadi salah satu yang dominan. Kita coba lihat saja datanya dari salah satu situs yaitu https://www.theweek.in/news/biz-tech/2018/04/18/india-fastest-growing-software-developer-base-globally.html , di mana pertumbuhan programmer di India adalah yang tercepat di dunia.
Di dunia games misalnya , berapa jumlah gamers di Indonesia ? dari situs https://teknologi.bisnis.com/read/20210314/564/1367248/ada-442-juta-pemain-gim-e-sport-di-indonesia kita ketahui jumlah untuk e sport gamers saja mencapai 44,2 juta . Dari jumlah games yang ada di dunia berapa persen yang dibuat oleh orang Indonesia ? Apakah kita hanya menjadi pengguna atau konsumen saja ?
Di negara kita sendiri, kita ketahui ada berbagai orang dari berbagai lapisan masyararakat, sudah berhasil menjadi wirausahawan di berbagai market place dan itu adalah hal yang sangat baik tentunya karena secara jangka panjangnya bisa merubah hidup seseorang, memberi dampak nyata bagi perbaikan ekonomi dan kualitas hidup seseorang.
Banyak hal yang bisa kita gali di dunia digital . Kita bisa mempelajari ada berbagai macam ketrampilan baru yang tersedia dengan begitu luas, tinggal kita saja yang memilih, tinggal komitmen dan kemauan untuk belajar saja yang diperlukan.
Berdasarkan pengalaman pribadi , ini hanya salah satu contoh kecil saja , kita bisa mempelajari bahasa pemrograman yang kita temui di internet, ada berbagai macam model pemrograman mulai dari animasi, pembuatan games, web, aplikasi, otomatisasi, dan seterusnya, dengan berbagai macam pembiayaan juga mulai dari yang gratis sampai yang berbayar. Saya merasakan mengalami peningkatan kemampuan yang signifikan, dari yang sebelumnya kurang memahami sampai kemudian saat ini sudah bisa membuat beberapa program sederhana yang berguna untuk otomatisasi pekerjaan. Seandainya tidak mau ikut program atau kursus berbayar, bisa belajar langsung dari youtube dan google dan berbagai macam komunitas ketrampilan yang ada juga memberikan hasil yang luar biasa bagi perkembangan kita.
Biaya yang murah
Dapat dikatakan bahwa biaya untuk mempelajari suatu ketrampilan yang berhubungan dengan teknologi digital itu sangat murah jika dibandingkan dengan mempelajari bidang lain , artinya bagi saudara-saudara kita yang kurang beruntung secara ekonomi bisa mempelajarinya, karena pada prinsipnya kita hanya butuh sambungan internet saja. Untuk mempelajari suatu bahasa pemrograman pada kursus online hanya berkisar di angka ratusan ribu sampai satu jutaan rupiah , sedangkan jika kursus offline mungkin sampai dengan dua jutaaan, tidak perlu mengeluarkan biaya sampai puluhan bahkan ratusan juta. Jadi bagi siapapun saudara kita yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena tidak ada biaya bisa mempelajari teknologi digital karena relatif murah dan aksesnya juga relatif mudah.
Pastinya di dalam prosesnya tidak langsung sukses, jatuh bangun butuh waktu, tenaga dan pengorbanan dan itu semua hal biasa dalam suatu perjuangan, jadi kuncinya ada di keseriusan kita sendiri bila ingin maju. Tidak ada hasil instan.
Mimpi kita adalah menjadikan negara kita tercinta ini menjadi negara dengan kemampuan teknologi digital yang disegani di dunia, dengan begitu banyak market place yang ada kesempatan untuk maju menjadi sangat terbuka. Di sisi lain sumber daya manusianya pun sangat banyak. Dunia digital adalah peluang yang luar biasa bagi siapa pun yang bisa memanfaatkannya dengan baik.
Sehingga suatu saat kelak developer atau programmer dari semua market place, website dan berbagai macam aplikasi yang kita gunakan dalam keseharian kita adalah karya anak bangsa kita sendiri. Jika semakin banyak orang memiliki ketrampilan digital, maka bisa menciptakan lapangan kerja secara mandiri dan membantu pemerintah mengurangi pengangguran.
Ikuti tulisan menarik windhu prasetyo simson lainnya di sini.