x

wa

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 15 Desember 2021 12:59 WIB

Menjawab Chat dan Etikanya

Melalui artikel ini, karena banyak sekali pihak yang bercerita dan berkeluh kesah sering mengalami kejadian chat tak dibalas dan diabaikan, padahal chatnya jelas-jelas menyangkut persoalan pekerjaan, kegiatan, kerjasama baik amatir maupun profesional, dan sejenisnya, saya pun juga mengalami hal serupa, termasuk chat tak centang biru yang menggelikan, maka artikel ini saya angkat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melalui artikel ini, karena banyak sekali pihak yang bercerita dan berkeluh kesah sering mengalami kejadian chat tak dibalas dan diabaikan, padahal chatnya jelas-jelas menyangkut persoalan pekerjaan, kegiatan, kerjasama baik amatir maupun profesional, dan sejenisnya, saya pun juga mengalami hal serupa, termasuk chat tak centang biru yang menggelikan, maka artikel ini saya angkat.

Apa susahnya menjawab chat yang tidak main-main dan butuh jawaban atau respon? Setiap chat tentu ada kata salam pembukanya!

Bila keputusan tak menjwab atau tak merespon itu, adalah menjadi pilihan jawaban karena menolak atau tak menerima dll, karena yang menyampaikan chat dianggap tak sopan, tak tepat waktu, tak tahu waktu, dan tak tahu-tak tahu yang lainnya, tetapi adab komunikasi yang benar, sebagai manusia berpendidikan, tahu etika dan sopan santun berkomunikasi, minimal jawab salamnya, doanya!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila orang yang melakukan chat orang berpendidikan, maka jawaban salam saja tanpa diikuti jawaban chat, sudah cukup memberikan tanda, apa maknanya saat chatnya tak dijawab. Tetapi salamnya dijawab. Doanya dijawab, dong!

Mengapa tak menjawab chat?

Mengapa ada orang yang dengan mudah mengabaikan chat seseorang? Padahal isi chatnya membutuhkan jawaban, respon yang baik, respon yang cepat, tanggapan dll.

Apa susahnya menjawab chat yang jelas-jelas diketahui siapa pengirim chatnya, terdaftar dalam kotak penyimpanan nomor handpone (hp) atau whatsapp (wa) nya. Isi chatnya juga sudah diketahui latar belakang, tujuan, sasaran, pembahasan, dll.

Terlebih, chat juga didahului dengan ucapan salam atau salam pembuka, doa, yang hukumnya juga kita tahu bila tak menjawab. Atau sebagai manusia Indonesia, kita tahu adat istiadat dan kesantunan serta etika berkomunikasi.

Apa yang saya bicarakan adalah tentang chat yang tak direspon atau tak dijawab bukan karena menyoal cinta, hutang, dll yang secara umum sudah kita ketahui, pihak yang dichat biasanya mengindar dan mengabaikan.

Tapi, ini chat tentang pekerjaan, hubungan profesional, kerjasama, hubungan kekeluargaan, hubungan grup atau kelompok. Di mana coba, logikanya chat diabaikan? Orang yang dichat itu tahu dan paham persoalan dalam isi chat. Ada kata ucapan salam atau salam pembukanya.

Tetapi chat hanya dibaca, meski tak centang biru, tapi tak direpon, tak dijawab, diabaikan dalam hitungan jam, hari, minggu, bulan dst. Apapun alasannya, kasus chat tak dijawab dalam kategori itu, tentu ada alasan dan latar belakangnya dari pihak yang tak menjawab chat.

Bila Anda adalah termasuk orang yang suka mengabaikan dan tidak menjawab chat, bahkan menjawab salam pembuka dan doanya saja tidak, maka sejatinya Anda sedang membunuh karakter budi pekerti Anda sendiri di hadapan orang lain.

Manajemen yang salah, chat centang biru dimatikan, perbuatan tercela!

Ada kasus nyata lain.dalam suatu waktu, saya izin tidak dapat masuk kantor karena istri/anak saya sakit. Kepada atasan, saya izin melalui chat wa. Chatnya lengkap. Dimulai dari salam pembuka, isi chat tentang izin sekaligus tanggungjawab pekerjaan saya yang minta tolong untuk dihandel rekan lain, serta penutup chat, sekaligus mohon doa agar istri/anak saya lekas sembuh.

Tetapi apa respon atasan saya? Saya tahu chat saya dibaca, meski wa chat atasan tidak pakai centang biru. Atasan tak merespon apalagi sekadar menjawab salam dan menjawab doa saya, hingga esoknya saya kembali masuk kantor.

Tapi saat masuk kantor, atasan langsung bicara pekerjaan yang saya tinggalkan karena izin, bukan kabar istri/anak saya yang sakit dulu. Luar biasa aturan manajemen kantor tempat saya bekerja.

Atasan saya yang bahkan junior saya, sampai hilang perikemanusiaannya. Padahal untuk duduk sebagai atasan, saya dukung, saya kasih suara. Selama menjadi karyawan biasa, segala hal, juga saya menjadi pendamping dan penasihatnya, sebab saya tak berminat untuk menjadi atasan, cukup tetap menjadi karyawan jelata.

Berapa banyak teman saya yang otaknya sudah dicuci oleh manajemen demi sekadar mengabaikan chat, yang bahkan di dalamnya ada ucapan salam dan permohonan doa demi urusan pekerjaan dan urusan duniawi.

Kejadian ini, tentu terjadi juga di beberapa kantor dengan atasan yang kemanusiaannya sudah tergerus oleh tanggungjawab jabatan. Maka tak menjawab chat, salam, doa, menjadi budaya yang biasa.

Parahnya lagi, sebab aplikasi chat bisa tanpa centang biru, maka si manusia yang sudah jadi atasan ini, chatnya tak menggunakan centang biru, biar dianggap sebagai orang penting, orang hebat, trah yang berbeda dll. Meski itu justru merendahkan harga dirinya sendiri.

Sayangnya, banyak karyawan dan rakyat jelata yang ikut-ukutan chatnya tak pakai centang biru. Sedih. Nalarnya di mana? Sangat tidak memanusiakan dirinya sendiri.

Menyoal tanda centang biru, KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym menyebut mematikan centang biru pada aplikasi berbagi pesan, wa termasuk perbuatan tercela Hal ini disampaikan oleh Aa Gym dalam video yang diunggah ke kanal YouTube tvOne berjudul "Matikan Centang Biru WhatsApp Termasuk Perbuatan Tercela," Senin (15/6/2020).

Centang biru wa adalah tanda pesan yang dikirim telah dibaca. Saat centang biru dimatikan maka pengirim tidak dapat mengetahui pesannya telah dibaca atau belum. Sehingga menimbulkan kesan seolah-olah pesan itu tidak terbaca oleh penerimanya.

Menurut Aa Gym, tindakan ini sebagai sebuah kebohongan. Maka, "Matikan Centang Biru WhatsApp Termasuk Perbuatan Tercela," Ujar Aa Gym.

Hukum menjawab salam meski via chat

Arti assalamualaikum yaitu semoga keselamatan tercurah kepada kamu sekalian. Mengucapkan salam merupakan bentuk penghormatan terhadap orang lain. Mengucapkan salam hukumnya sunnah dan menjawab salam hukumnya wajib.

Karena itu, menjawab salam minimal waalaikassalaam atau waalaikumussalaam. Artinya "Dan semoga keselamatan juga terlimpah atasmu. Bila wawunya dibuang, menjadi Alaikumussalaam maka itu mencukupi, dan merupakan jawaban. Namun lebih afdhol atau lebih utama dengan memakai ta'rif yakni waalaikumus salam.

Bagi umat Islam, perintah mengucapkan salam atau penghormatan ini termaktub dalam QS. An-Nisa: 86 "Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)".

Dari berbagai literasi, semua ulama sepakat bahwa menjawab salam hukumnya wajib bagi orang yang ditujukan salam kepadanya. Maka berdosalah dia jika tidak melakukannya, karena dengan begitu berarti dia telah melanggar perintah Allah.

Jadi, meski melalui chat, ucapan salam atau salam pembuka tak dibalas, maka merugilah orang yang melakukannya, sekaligus terketahuilah watak dan karakter tak berbudi pekerti luhur itu.

Semoga saya terhindar dari perbuatan itu. Tak merugikan orang lain, tak membikin kecewa orang lain, dan tak menunjukkan kebodohan saya sendiri dengan sikap dan perbuatan, meski sekadar merespon atau menjawab chat dari orang lain dengan menjawab salamnya atau salam pembukanya. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler