x

Iklan

Irvan Fatchurrohman

Writter
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Kamis, 16 Desember 2021 09:15 WIB

Rendra dan Teater

Rendra merupakan penyair yang mampu mendobrak dan mengkritik pemerintahan orde baru lewat karya seni. Lewat bengkel teater, Rendra menciptakan teater kontemporer di tengah publik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mengekspresikan keindahan, sehingga nilai dari sebuah keindahan memiliki sudut pandang yang berbeda. Hal ini pula yang memberikan kreatifitas bagi seseorang untuk bisa menghasilkan karya yang berkonotasi pada nilai keindahan itu sendiri. Pola pikir dari hasil imajinasi serta perenungan seseorang dapat diimplementasikan dengan berbagai bentuk seni yang ada. Seni pun memiliki beragam bentuk dan karakter.

Herbert Read dalam bukunya The Meaning of Art merumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi. Thomas Aquinas merumuskan keindahan sebagai suatu yang menyenangkan bila dilihat. Kant secara eksplisit menitik beratkan estetika kepada teori keindahan dan seni.[1]

Dari hal tersebut, manusia perlu adanya wadah dalam membuat sebuah karya seni yang ia inginkan, salah satunya melalui seni pertunjukkan atau teater. Teater telah lama digeluti oleh berbagai seniman bahkan telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Termasuk di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelahiran teater modern di Indonesia tidaklah dapat dilepaskan dari konteks
jamannya. Pada pergantian akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 di Hindia
Belanda terjadi perubahan sosial yang sangat signifikan sebagai akibat dari
pendidikan Barat yang diperkenalkan kepada kalangan pribumi.

Sebenarnya pendidikan Barat itu ibarat pisau bermata dua, maksud semula untuk mendapatkan
tenaga terdidik yang dibayar murah yang diperlukan oleh pengusaha perkebunan
tapi di sisi lain menghasilkan kaum intelektual yang oleh Robert van Niel disebut
sebagai elit modern.[2]

Berbagai seniman yang intens dalam mengembangkan seni pementasan dan peran dalam teater telah menghasilkan banyak karya seni pertunjukkan teater. Salah satunya Willibrordus Surendra Brata atau biasa disapa WS Rendra. Ia dikenal publik sebagai penyair yang mampu mendobrak dan mengkritik pemerintahan orde baru lewat karya seni.

Ia pun mampu menghidangkan teater kontemporer di tengah publik. Rendra pun mendirikan Bengkel Teater yang berdiri pada 1967 di Yogyakarta namun kemudian pindah ke Depok pada 1970-an. Bengkel Teater ini memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan teater di Indonesia.

Dalam wawancaranya di kanal Youtube Lontara Foundation, ia menceritakan rekam jejak kecintannya dalam mengembangkan seni. Saat usia belia, ia sering menonton seni pertunjukan tradisional seperti wayang kulit, ludruk, ketoprak, gambang kromong, dan lain sebaginya.

“Saya sering mengunjungi para pemain dalam pementasan meskipun tidak kenal, dan lambat laun mereka mengenal saya” ujarnya. Rendra kecil sering melihat dan menikmati segala aktifitas dalam pementasan.

Hal seperti inilah yang membuatnya semakin lebih mengetahui dinamika pementasan di Indonesia. Pengetahuannya dalam seni panggung ini semakin memacunya dalam memproduksi karya seni yang orisinil. Di bengkel teter itu ia mampu mengembangkan teater kontemporer. Di samping bengkelnya pula ia berternak dan bertani sebagai penyambung hidup.

Dari wawancara yang dilakukan oleh KompasTV dengan istri Rendra yakni Ken Zureida mengungkapkan bahwa WS Rendra merupakan tokoh pembaharu teater di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pendirian bengkel teater yang mana diperuntukan sebagai wadah kreativitas bagi siapapun yang selalu haus dengan seni pertunjukkan.

“karena di bengkel ini semua orang bisa belajar teater” katanya saat diwawancarai oleh reporter. Namun jika ingin menggeluti dengan serius terdapat masa martikulasi selama 100 hari di suatu tempat. Tidak boleh memegang HP, tidak boleh dikunjungi keluarga ataupun teman.

Dari sini dapat dilihat bahwa WS Rendra mendedikasikan hidupnya untuk teater. Rendra bukan hanya seorang penyair tapi seorang inisiator terbentuknya teater kontemporer di Indoneisa. Seperti apa yang ia katakan “ Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang. Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi lentera yang dapat menerangi sekita kita. Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka berdoalah untuk kebaikan”.

 

 

 

 

 

 

[1] Mudji Surtisno, dkk, Estetika Filsafat Keindahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1993),hlm 33

[2] Tatang Abdulah, Ipit Saefidier Dimyati, Dinamika Teater Modern Di Bandung 1958-2002, (Bandung : Institut Seni Budaya Indonesia, Jurnal Panggung Vol. 25 No. 2, Juni 2015), hlm151.

https://youtu.be/xsLVn_PgDCQ

https://www.youtube.com/watch?v=M15dT7Bbcds

 

Ikuti tulisan menarik Irvan Fatchurrohman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler