x

Jokowi

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2021

Kamis, 16 Desember 2021 09:17 WIB

Pak Jokowi Peduli Aspal Buton?

Pemerintahan Pak Jokowi tersisa tinggal 3 tahun lagi. Apabila Pak Jokowi masih merasa mencintai dan memiliki aspal Buton, mohon Pak Jokowi peduli aspal Buton. Sejatinya rasa memiliki aspal Buton akan membuat Pak Jokowi peduli aspal Buton untuk menggantikan aspal minyak impor. Dan pada akhirnya Pak Jokowi akan mampu menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia tanpa rasa pamrih.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton pertama kali ditemukan pada tahun 1924, apakah Pak Jokowi peduli? Aspal Buton akan berusia 1 abad pada tahun 2024 nanti, apakah Pak Jokowi peduli? Aspal Buton memiliki cadangan deposit bitumen sebesar 650 juta ton, apakah Pak Jokowi peduli? Aspal Buton adalah satu-satunya aspal alam yang terdapat di Indonesia, apakah Pak Jokowi peduli? Indonesia sudah merdeka selama 76 tahun, tetapi aspal Buton masih belum mampu menggantikan aspal minyak impor, apakah Pak Jokowi peduli? Pemerintahan Pak Jokowi sudah 7 tahun berlalu, tetapi aspal Buton masih belum mampu menggantikan aspal minyak impor, apakah Pak Jokowi peduli?

Indonesia sudah 40 tahun lebih mengimpor aspal minyak sebesar 1 juta ton per tahun, atau setara dengan US$ 500 juta per tahun, apakah Pak Jokowi peduli? Harga aspal minyak impor naik signifikan di tahun 2021 ini, apakah Pak Jokowi peduli? Jadi kalau Pak Jokowi tidak peduli, siapa sebenarnya di negara tercinta ini yang harus peduli dengan potensi aspal Buton yang sangat luar biasa ini?

Sudah habis kata-kata kita untuk menggambarkan betapa pilu dan mirisnya nasib aspal Buton selama ini, karena tidak dipedulikan oleh Pak Jokowi. Seandainya saja aspal Buton bisa bicara, mungkin aspal Buton akan lebih memilih untuk tetap dijajah oleh bangsa Belanda yang sangat menghargai aspal Buton bagaikan “emas hitam”. Tetapi mengapa setelah Indonesia merdeka, “emas” itu telah hilang. Sekarang yang tinggal hanya “hitam”nya saja. Ya.. betul. Hitam, sehitam nasib aspal Buton sekarang ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan bangsa kita ini? Mengapa karunia aspal Buton yang sangat luar biasa besarnya ini tidak mampu kita syukuri dengan memanfaatkannya untuk menyejahterakan rakyat? Tetapi justru kita malah mengimpor aspal minyak untuk memenuhi kebutuhan aspal nasional. Rasanya akal sehat kita tidak dalam keadaan baik-baik saja. Lalu apa yang harus kita perbuat? 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk peduli, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri terlebih dahulu. Mengapa kita peduli? Dan mengapa kita tidak peduli? Mengapa kita peduli dengan anak kita sendiri? Dan mengapa kita tidak peduli dengan anak orang lain? Peduli itu berarti kita masih merasa memiliki. Kita peduli dan kecewa kalau kesebelasan sepak bola tim Nasional kita kalah bermain. Karena kita sebagai bangsa Indonesia masih merasa memiliki kesebelasan sepak bola tim Nasional atas dasar nasionalisme dan cinta tanah air. Bagaimana dengan aspal Buton? Apakah Pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia masih merasa memiliki aspal Buton? Kelihatannya tidak. Karena apabila Pak Jokowi masih merasa memiliki aspal Buton, tentunya Pak Jokowi peduli dengan nasib aspal Buton yang kelam. Dan bagaimana dengan rakyat di Pulau Buton sendiri? Apakah mereka merasa memiliki aspal Buton? Kalau mereka masih merasa memiliki aspal Buton, mengapa mereka juga tidak peduli dengan nasib aspal Buton yang merana?. Mengapa selama ini mereka hanya diam saja? Kalau memang mereka masih merasa memiliki aspal Buton, berarti mereka harus peduli dengan nasib aspal Buton. Dan kalau mereka peduli dengan aspal Buton, maka aspal Buton harus mereka perjuangkan sepenuh hati. Hal ini sesuai dengan Surat ArRad ayat 11 dalam Al Quran: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.

Sebenarnya banyak sekali daya dan upaya yang sudah dilaksanakan oleh Pak Jokowi, pemerintah, dan rakyat Indonesia untuk aspal Buton selama ini. Tetapi sangat mengherankan, mengapa sampai saat ini aspal Buton masih belum juga mampu menggantikan aspal minyak impor?. Dimana “benang merah” akar pemasalahannya, sehingga akhirnya sekarang ini semua orang sudah merasa apatis dan tidak mau peduli lagi dengan nasib aspal Buton?. Apakah karena kita semua sudah pasrah, merasa frustasi, dan putus asa? Atau sejujurnya, karena kita sudah merasa sangat nyaman untuk mengimpor aspal minyak meskipun harganya tinggi selangit? Dan kalau memang hal ini yang sedang terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa kita sejatinya memang sudah tidak peduli lagi dengan aspal Buton.

Seandainya saja kita memiliki sebidang tanah di daerah pinggiran kota yang sudah memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) diserobot oleh Pemborong besar yang didukung oleh Penguasa, apakah kita akan tinggal diam saja? Memang benar, sebelumnya kita kurang terlalu memperdulikan tanah itu, karena letaknya agak jauh dari rumah kita. Tetapi setelah tanah kita itu diserobot oleh Pemborong, maka kita marah dan akan berjuang mati-matian untuk merebut kembali tanah hak milik kita itu. Mungkin nasib aspal Buton dapat digambarkan sama seperti pada contoh ini untuk menggugah rasa kepedulian kita terhadap nasib aspal Buton. Coba kita bayangkan kalau seandainya saja aspal Buton ini diserobot oleh bangsa asing, apakah kita akan tinggal diam saja? Coba renungkan baik-baik. Masihkah kita masih merasa memiliki aspal Buton? Kalau kita tidak peduli dengan aspal Buton, berarti kita tidak merasa memiliki aspal Buton. Tetapi sebaliknya, kalau kita masih peduli dengan aspal Buton, berarti kita masih merasa memiliki aspal Buton. Dan kita akan berjuang mati-matian untuk merebut kembali aspal Buton. Rasa memiliki sesuatu itu baru dapat diukur apabila sesuatu itu telah hilang.

Sekarang marilah kita bertanya kepada Pak Jokowi, Pak Luhut, Pak Erick, Pak Arifin, Pak Basuki, Pak Bahlil, dll. Apakah Bapak-bapak merasa memiliki aspal Buton? Sejatinya rasa memiliki akan membuat kita peduli dan mampu memberi tanpa pamrih. Kalau Bapak-bapat tidak merasa memiliki aspal Buton, maka lupakanlah saja aspal Buton dan tidak perlu dipedulikan lagi. Tetapi apabila Bapak-bapak masih mempunyai hati dan masih merasa memiliki aspal Buton. Maka mohon peduli dengan nasib aspal Buton. Bukankah Bapak-bapak semua ini dipercaya oleh rakyat untuk menyejahterakan rakyat? Permintaan rakyat tidak banyak. Mohon Bapak-bapak peduli dengan potensi aspal Buton yang sangat luar biasa besar untuk menggantikan aspal minyak impor. Mohon direnungkan dan dicamkan baik-baik kata-kata bijak ini sebagai berikut: ”Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan.” (Morrie Schwartz). 

Sesuai dengan Surat Al Insyirah ayat 5, Allah SWT berfirman: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Oleh karena itu, apabila Pak Jokowi dan para Menteri masih peduli dengan potensi aspal Buton yang sangat luar biasa besarnya ini untuk menggantikan aspal minyak impor, berikut ini ada 2 buah permohonan yang pasti Pak Jokowi akan mampu melaksanakannya:

1. Pak Jokowi harus menginstruksikan kepada Menteri BUMN untuk menunjuk dan menugaskan kepada PT Pertamina (Persero) untuk mewujudkan program hilirisasi aspal Buton dengan membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton. Pertamina selama ini sudah memproduksi aspal minyak. Untuk mengembangkan bisnis aspal nasional ke depan, Pertamina sudah mempunyai visi untuk memproduksi aspal Hibrida; yaitu campuran antara aspal Buton ekstraksi dengan Decant Oil dari Pertamina.

2. Pak Jokowi harus menginstruksikan kepada Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi untuk mengkategorikan Proyek Hilirisasi Aspal Buton sebagai “Proyek Strategis dan Prioritas Nasional”. Jalan-jalan Tol yang sudah selesai dibangun selama ini adalah “Proyek-proyek Strategis dan Prioritas Nasional”. Maka aspal Buton sebagai pendukung utama pembangunan infastruktur jalan-jalan untuk menggantikan aspal minyak impor harus dikategorikan sebagai “Proyek Strategis dan Prioritas Nasional” juga. Dengan demikian semua Kementerian terkait akan melaksanakan kewajibannya masing-masing semaksimal mungkin untuk mewujudkan instruksi Bapak Presiden tersebut.

Pemerintahan Pak Jokowi tersisa tinggal 3 tahun lagi. Apabila Pak Jokowi masih merasa mencintai dan memiliki rakyat Indonesia. Khususnya rakyat yang tinggal di Pulau Buton. Mohon kiranya ke 2 buah permohonan di atas ini dapat dikabulkan. Pak Jokowi, sebagai Presiden Republik Indonesia, tentunya ke 2 buah permohonan ini akan sangat mudah sekali untuk dapat dilaksanakan. Semudah membalikkan telapak tangan. Asalkan saja Pak Jokowi benar-benar jujur merasa memiliki, dan tulus ikhlas peduli aspal Buton demi untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler