x

Kota Pelajar

Iklan

Ade Luthfy

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 Desember 2021

Jumat, 17 Desember 2021 16:01 WIB

Pelestarian Pusaka Saujana dan Kawasan Museum Tani Imogiri: Industri, Tradisi Lokal , Alam, dan Budaya Sebagai Kawasan Ecomuseum Pendongkrak Pariwisata

Tulisan ini merupakan sebuah feature yang menjelaskan potensi suatu daerah di wilayah Yogyakarta dengan ekosistem yang ada didalamnya untuk dijadikan destinasi wisata berbasis ecomuseum dan merupakan karangan khas yang bukan berupa laporan berita sehingga tidak memiliki tata penulisan laporan berita yang dirancang untuk menginformasikan sekaligus menghibur pembaca tentang berbagai aspek kehidupan, yang berkaitan dengan mata pencaharian, tren suatu masa, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia wisata, dan lain sebagainya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

  1. Lokasi Daerah

     Kawasan Imogiri merupakan sebuah kawasan yang menyimpan sejarah sangat penting bagi perjalanan Yogyakarta sebagai wilayah yang istimewa dan kental akan budaya . Imogiri sering disebut juga dengan Kawasan Pusaka Saujana karena memiliki potensi pusaka alam dan pusaka budaya sekaligus yang memiliki peluang untuk dikembangkan kedepannya sebagai Ecomuseum. Kecamatan Imogiri sebagai salah satu wilayah administrasi dengan segala potensi alam dan budaya, yang memiliki luas 5.448 hektar dan memiliki wilayah administrasi yang mencakup 8 desa antara lain Desa Selopamioro, Desa Sriharjo, Desa Kebonagung, Desa Imogiri, Desa Karangtalun, Desa Karangtengah, Desa Wukirsari, dan Desa Girirejo. Berdasarkan perkembangan yang telah dilakukan untuk mengangkat potensi sebuah desa yang terletak di daerah Bantul, Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Istemwa Yogyakarta (BAPPEDA DIY), memiliki perwujudan rencana untuk daerah Bantul menjadi alternatif wisata selain wisata di tengah kota yang pada dan ramai pengunjung serta memajukan daerah Bantul dalam desa wisatanya.

     Kabupaten Bantul yang terletak di dataran kaki Gunung Merapi mempunyai kawasan potensial untuk pengembangan kawasan pembangunan yang berbasis pada agribisnis. Topografi dataran dan iklim yang agak basah memungkinkan untuk dikembangkan berbagai komoditas pertanian, tanaman pangan, holtikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan yang berbasis pada agribisnis dapat saja dimungkinkan untuk dibangun sebuah pelestarian dalam bentuk ecomuseum Tani Jawa yang sudah ada dengan wilayah lainnya yang belum dilakukan perkembangan. Dalam hal ini pengembangan agribisnis dapat dijadikan sebagai jalan menuju percepatan pembangunan pertanian perdesaan. Dilansir dari Rencana Terpadu dan Jangka Menengah Kawasan Strategis Keistimewaan (2016), lokasi daerah Imogiri di Kabupaten Bantul ini terlihat mempunyai potensi yang sangat diunggulkan sekali seperti diuraikan dalam enam nilai keunggulan sebagai berikut :

a. Keunggulan Mahakarya Ekologi yang terlihat dari kelestarian alamnya dan keindahan lanskapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

b. Keunggulan Mahakarya Kepurbakalaan yang terlihat dari banyaknya bangunan dan situs cagar budaya tetapi belum dikembangkan dan dikelola kembali sebagai kawasan ecomuseum yang mendorong penulis mengembangkan feature ini untuk dijadikan sebagai kawasan ecomuseum.

c. Keunggulan Filosofi yang terlihat dari keberadaan Makam Raja-raja Mataram yang memiliki nilai filosofi bagi kota Yogyakarta.

d. Keunggulan Mahakarya yang terlihat dari Seni Tradisi dan Kontemporer berupa terjaganya tradisi Jawa, Sentra Budaya Batik, Keris dan Wayang Kulit.

e. Keunggulan Kerakyatan/ Komunitas Kampung/Desa dan Anak Mudanya dengan adanya kelompok sadar wisata, kelompok perajin, desa wisata dan desa budaya.

f. Keunggulan Sistem Budaya Pertanian yang terlihat dari pertaniannya yang terhampar luas di kawasan Imogiri dan membentang sejauh mata memandang.

     Lokasi daerah Saujana Pusaka Batik Imogiri, Yogyakarta ini merupakan sebuah sistem eko budaya yang menunjukkan hubungan erat antara rakyat dengan keluarga kerajaan. Selain itu, kaitan antara seni rakyat dan budaya kerajaan serta alamnya yang mendukung untuk dijadikan sebagai kawasan pengembangan ecomuseum ini sudah cukup berpotensi sekali dilihat dari ketersediaan akses dan sarana prasarana yang sudah ada. Desa-desa yang ada di Saujana Pusaka Imogiri, Kabupaten Bantul ini terletak 12 kilometer ke selatan Kota Yogyakarta yang sekaligus mempunyai kompleks makam-makam Raja Yogyakarta dan Raja Surakarta dengan kontur geografis nya berada diatas pegunungan. Sementara itu, daerah di Imogiri yang menjunjung kesenian dan kebudayaan lainnya berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masih di wilayah Imogiri, kawasan yang terdiri dari persawahan yang sudah dibangun menjadi sebuah Museum Tani Jawa Indonesia yang berada di Dusun Candran, Ketandan Tengah, Imogiri , Bantul , Yogyakarta.

     Saujana (cultural landscape) merupakan bidang disiplin ilmu baru yang mempelajari hubungan antara manusia dengan budaya dan alamnya (bentang lahan / lanskap) di mana mereka tinggal. Saujana merupakan fenomena kompleks dengan identitas pusaka yang ragawi (tangible) dan bukan ragawi (intangible) . Saujana mengindikasikan keberadaan dan perkembangan masyarakat lokal dalam mengelola sistem yang ada di lingkungannya sehingga tercapai keharmonisan hidup dengan alam dan terpeliharanya identitas budaya masyarakat. Selain itu, saujana ini merefleksikan tata cara masyarakat lokal dalam mengolah lahan dan sumber daya alam yang ada untuk keberlanjutan di masa yang akan datang (Adishakti, Manu, Rahmi, 2016).     

     Kekayaan dan bentang alam desa yang terletak di Kebonagung, Imogiri ini menawarkan suasana dan keindahan yang memuaskan para pengunjung yang datang ke tempat tersebut. Selain itu, warganya yang masih melestarikan kegiatan ritual Jawa yang sudah ada membuat wisatawan juga harus melihat keadaan yang terjadi di lingkungan mereka sehingga memiliki peluang untuk dijadikan sebagai Ecomuseum.

2. Konsep Ecomuseum

  • Daya Tarik Daerah

     Sejak tahun 1970an, konsep Eco-Museum mulai dikembangkan oleh seorang ahli museum asal perancis yang bernama Georges Henri Rivière dan Huegue de Varine. Eco-Museum ini merupakan sebuah konsep museum dimana pelestarian pusaka  dilakukan secara in situ, yaitu pelestarian dilakukan dalam habitat aslinya. Maka dari itu, Eco-Museum sering disebut sebagai “museum tak berdinding.” Sedangkan, eco-museum menurut Ohara (1998) adalah :

  1. Pelestarian Pusaka: alam, budaya, dan industri tradisi lokal;
  2. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan operasional demi masa depan mereka sendiri;
  3. Aktivitas dasar museum:. koleksi, reservasi, studi, pameran, dan pendidikan;

     Pelibatan masyarakat dalam pengembangan kawasan Eco-Museum ini dapat berupa pelestarian dan pengelolaan Pusaka Alam maupun Budaya. Tidak hanya melakukan pelestarian dan pengelolaan aset pusaka, masyarakat di tempat komunitas tersebut juga mempelajari nilai-nilai yang dimiliki oleh aset pusaka yang ada. Daya tarik potensial yang ada di bentang alam Imogiri ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat  luas bahkan hingga ke mancanegara karena didukung oleh adanya hubungan yang sangat erat antara lingkungan yang ada dengan tata kelola perilaku masyarakat disekitarnya untuk menjaga keberlangsungan ekosistem. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pusaka mengandung arti yaitu harta benda yang telah ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal atau juga dapat diartikan sebagai warisan. Sedangkan saujana memiliki makna sebagai sejauh mata memandang. Dalam kegiatan pelestarian pusaka, pusaka dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Pusaka Alam, Pusaka Budaya: Pusaka Ragawi dan Pusaka Tak Ragawi, serta Pusaka Saujana.

  • Potensi Daerah

     Imogiri berlokasi di sisi tenggara Kabupaten Bantul, sekitar 17 km dari pusat Kota Yogyakarta. Imogiri merupakan sebuah pusaka saujana yang memiliki sejarah yang signifikan terhadap Yogyakarta. Imogiri memiliki situs-situs arkeologi, desa dan komunitas masyarakat, serta lanskap lingkungan alami. Di Imogiri dapat ditemukan makam raja Mataram yang didirikan di abad ke 17, sejumlah rumah-rumah tradisional, dan industri kerajinan batik. Sebagai bentuk upaya pelestarian, diperlukan adanya beberapa kajian guna mengiringi perencanaan di kawasan Imogiri. Arah pelestarian untuk kawasan ini adalah perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sebagai permukiman kreatif yang terintegrasi dengan alam dan dapat menjadi atraksi wisata dan edukasi (Rencana Induk Kawasan Budaya Perkotaan Yogyakarta 2014-2034). Imogiri juga dinilai memiliki peluang menjadi kawasan pedesaan yang memiliki nilai saujana dan nilai ekonomi Kreatif Lokal dan direncanakan menjadi Ecomuseum Batik (Rencana Terpadu dan Jangka Menengah Kawasan Strategis Keistimewaan, 2016).

     Wilayah Kapanewon Imogiri berbatasan dengan :

  1. Utara : Kapanewon Jetis dan Pleret;
  2. Timur : Kapanewon Dlingo;
  3. Selatan : Kapanewon Pundong dan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul
  4. Barat : Kapanewon Jetis.

     Kapanewon Imogiri berada di dataran rendah. Ibukota Kapanewon berada pada ketinggian 100 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota Kapanewon ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Bantul adalah 8 Km. Bentangan wilayah di Kapanewon Imogiri 30% berupa daerah yang datar sampai berombak, 70% berombak sampai berbukit dan 0% berbukit sampai bergunung.

    Keadaan yang sesungguhnya ada di lapangan telah selaras dengan konsep yang ingin dikembangkan untuk menjadi kawasan Ecomuseum dibuktikan dengan kegiatan pariwisata yang ada di Pusaka Saujana Imogiri telah berlangsung cukup lama dan untuk menjaga kelestariannya telah disusun seperangkat regulasi pula untuk menjadi arahan dan teknis dalam pemanfaatannya. PERDAIS 2 tahun 2017 tentang Tata Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten secara tertulis bahwa pemanfaatan Satuan Ruang Strategis Makam Raja-Raja di Imogiri meliputi zona inti dan zona penyangga. Pemanfaatan pada zona inti harus mengikuti prinsip pelestarian cagar budaya, sedangkan pada zona penyangga fasilitas penunjang kegiatan wisata dapat dilakuakn dengan syarat tidak berpotensi merusak kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

        Imogiri memiliki situs-situs arkeologi, desa dan komunitas masyarakat, serta lanskap lingkungan alami. Di Imogiri dapat ditemukan makam raja Mataram yang didirikan di abad ke 17, sejumlah rumah-rumah tradisional, dan industri kerajinan batik. Berkaitan dengan hal tersebut, rupanya pengembangan berbasis ecomuseum dipastikan dapat membantu pemulihan wisata dan ekonomi masyarakat sekitar serta turut mengenalkan wilayah yang ada ke wisatawan baik dalam negeri dan luar negeri. Ecomuseum merupakan sebuah konsep museum dimana pelestarian pusaka  dilakukan secara in situ, yaitu pelestarian dilakukan dalam habitat aslinya. Untuk keadaan sesungguhnya yang ada di kawasan Imogiri yang didukung dengan banyaknya kawasan konservasi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

  • Keadaan fasilitas, sarana, dan prasarana pendukung

     Imogiri adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Dalam bahasa Jawa, Imogiri berarti "gunung yang berkabut". Imogiri dalam sejarahnya salah satu lokasi pemakaman rajaraja Mataram Baru yang dibangun oleh Sultan Agung. Imogiri saat ini dikenal sebagai sentra penghasil batik serta kawasan dengan panorama perbukitan yang menawan di daerah Yogyakarta sebagai sasaran destinasi wisata bagi pengunjung yang ingin menghabiskan liburannya di kota gudeg tersebut. Kemajuan tata kota dan akulturasi budaya yang ada antara kota Yogyakarta  tidak akan lepas dari kawasan Imogiri, kawasan yang yang terletak di sisi tenggara Yogyakarta yang juga dikenal sebagai tempat beradanya makam Raja Mataram. Dengan nilai sejarah yang tinggi inilah, tak ayal Imogiri ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya melalui Penetapan Gubernur Nomor 186 Tahun 2011. Kegiatan pariwisata di Pusaka Saujana Imogiri telah lama berlangsung dan mengalami perkembangan kawasan yang tidak hanya tertuju pada satu titik kawasan saja , tetapi ke beberapa kawasan lainnya juga mengalami perkembangan seperti bertambahnya tempat untuk wisata desa dan wisata alam lainnya.

Kapanewon Imogiri beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kapanewon Imogiri adalah 26ºC dengan suhu terendah 23ºC. Kapanewon Imogiri dihuni oleh 13.119 KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kapanewon Imogiri adalah 63.446 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 31.549 orang dan penduduk perempuan 31.987 orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kapanewon Imogiri adalah 1.934 . jiwa/Km². Sebagian besar penduduk Kapanewon Imogiri adalah petani. Dari data monografi Kapanewon tercatat 13.431 orang atau 23,83% penduduk Kapanewon Imogiri bekerja di sektor pertanian (Portal Kapanewon Imogiri, 2021).

     Potensi yang dapat kita rasakan dari bentang alam Imogiri untuk pengembangan ecomuseum sebagai pendongkrak pariwisata daerah diantaranya :

  1. Sentra Kuliner (Nilai unggul dalam tradisi khas masyarakat setempat)
  2. Bangunan Tradisional (Nilai unggul dalam tata kelola bangunan dan situs kepurbakalaan)
  3. Wisata Alam (Nilai unggul dalam komoditi pertanian dan fenomena kompleks antar manusia dan alamnya)
  4. Makam Keramat Raja Mataram (Nilai unggul dalam hal filosofi hidup dan peninggalan situs bersejarah)
  5. Sentra Kerajinan (Nilai unggul dalam Seni tradisi dan kearifan lokal)

     Pelestarian pusaka yang ada di Yogyakarta semakin berkembang pada tataran yang lebih komprehensif dan dinamis, dimana pelestarian tidak hanya mencakup aspek fisik saja, namun juga terkait dengan potensi alam, budaya (ragawi dan tak ragawi), serta interaksinya dengan masyarakat yang diarahkan pada pelestarian dan pengembangan kawasan berkelanjutan. Konsep ecomuseum yang penulis usulkan ini diharapkan pula sebagai bagian dari penggambaran upaya untuk mewujudkan konsep pelestarian tersebut yang mana pelestarian pusaka harus dapat memberi dampak positif pada perekonomian rakyat, menjaga kelestarian lingkungan dan memberi arahan perkembangan kawasan yang berbasis pelestarian pusaka dalam konteks berkelanjutan. Alhasil, dengan adanya rumusan pelestarian pusaka yang komprehensif dan terintegrasi dengan berbagai pihak utamanya di kawasan Imogiri termasuk penyusunan kebijakan dan persiapan sarana, prasarana pendukung dan fasilitas diharapkan dapat membantu arah perkembangan tata kelola kawasan di DIY dan dapat direncanakan menuju kota pusaka yang berkelanjutan lintas kota dan kabupaten bahkan lintas wilayah di Indonesia. 

     Dalam rangka menjawab kesiapan perencanaan dan mendukung terselenggaranya proyek pembenahan infrastruktur kawasan budaya di Yogyakarta, dilakukanlah tiga pendekatan perencanaan. Pendekatan pertama merupakan hasil kajian dari Rencana Induk Kawasan Budaya Perkotaan Yogyakarta 2014-2034 yang mana menemukan delapan nilai keunggulan DI Yogyakarta. Nilai keunggulan ini didapatkan dari pengumpulan data primer dan sekunder di DI Yogyakarta berupa nilai ekologi; nilai arkeologi atau kepurbakalaan; nilai filosofi; nilai keanekaragaman budaya dunia; nilai revolusi/perjuangan/Keindonesiaan; nilai pendidikan; nilai seni tradisi dan kontemporer; dan nilai kerakyatan/komunitas kampong dan anak muda. Pendekatan kedua merupakan pendekatan nilai komprehensif berdasarkan Historic Urban Landscape yang mana merupakan pendekatan pengelolaan sumber daya pusaka dalam lingkungan yang selalu berubah dan dinamis. Dalam pendekatan ini, dilakukan pengenalan dan identifikasi layering sejarah dan interkoneksi alam-budaya, tangible-intangible, nilai internasional-lokal yang terdapat di lingkungan kota. Nilai-nilai tersebut menjadi titik awal pengelolaan dan pengembangan kota yang memiliki sumber daya pusaka. Pendekatan ketiga merupakan pendekatan pragmatis dengan Instrumen Pelestarian Kota Pusaka sebanyak 8 instrumen. Kedelapan instrumen ini melingkupi segala aspek manajemen pelestarian kota pusaka yang dimulai dari kelembagaan dan tata kelola; inventarisasi dan dokumentasi; informasi, edukasi dan promosi; ekonomi kota pusaka; pengelolaan risiko bencana; pengembangan kehidupan budaya masyarakat; perencanaan ruang dan sarana prasarana; dan olah desain bentuk kota pusaka.

     Pengembangan parawisata yang ada di DIY tidak hanya dititik beratkan pada obyek wisata yang telah dikenal masyarakat luas, namun ada alternatif lainnya yang mulai dikembangkan di DIY yaitu Desa Wisata dengan potensi seni, alam dan budayanya. Obyek-obyek Kabupaten Bantul mempunyai potensi obyek wisata yang cukup besar, yang meliputi obyek wisata alam, wisata budaya/sejarah, pendidikan, taman hiburan, dan sentra industri kerajinan. Untuk mengoptimalkan pengembangan obyek wisata, pemerintah Kabupaten Bantul telah menempuh program diversifikasi (penganekaragaman) produk wisata, salah satunya di wilayah Kecamatan Imogiri.

     Geliat perkembangan sarana prasarana pendukung kawasan pun terus diperbaiki dan ditingkatkan. Area yang termasuk kawasan yang ada di Imogiri khususnya terus berbenah dengan bantuan dari pemerintah dan sinergi dengan pemberdayaan masyarakat lokal. Hal menarik lainnya ialah adanya wacana besar terkait Mater Plan Segitiga Emas Selopamioro Imogiri Bantul. Infrastruktur yang disiapkan pemerintah daerah harapannya dapat membantu kemajuan pariwisata di daerah agar pemberdayaan masyarakat dengan potensial masing-masing daerah yang dimiliki dapat tersalurkan dengan baik.

3. Kesimpulan

     Berbicara mengenai kawasan strategis yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya baik secara mandiri dilakukan oleh masyarakat ataupun mendapatkan dukungan dari pemerintah, pengembangan pariwisata pusaka di Imogiri , Bantul Yogyakarta dalam konsep ecomuseum cukup menjadi kegiatan yang baik dalam mengembangkan potensi daerah yang ada . Tujuan dari penulisan feature ini adalah untuk menemukan gambaran dan pengembangan destinasi wisata di Imogiri yang paling banyak diminati. Dukungan sarana prasarana dan fasilitas pendukung lainnya sangat dinantikan bagi keberlanjutan aktifitas destinasi wisata yang paling diminati oleh pengunjung seperti tempat wisata alam. Konsep ecomuseum pun hadir untuk menjawab tantangan dan kebutuhan manusia sekaligus mengintegrasikan lingkungan disekitar kita dengan potensi yang dimilikinya.

 Referensi :

Adishakti, Manu, Rahmi. (2016).  International Summer Course on Imogiri Saujana Heritage : Participatory Planning and Design for Batik Eco-Museum. Yogyakarta: ACADSTAFF. Diakses pada laman berikut:

https://acadstaff.ugm.ac.id/karya_files/international-summer-course-on-imogiri-saujana-heritage---participatory-planning-and-design-for-batik-eco-museum---ab6d9e20802c6a1324b45b54e4b9ff8e

Basuki Tri Agus. (2012). Pengembangan Kawasan Agropolitan. Yogyakarta : Jurnal Ekonomji dan Studi Pembangunan FE UMY. Diakses pada laman berikut :   https://media.neliti.com/media/publications/78395-ID-pengembangan-kawasan-agropolitan.pdf  

Chc.ft . (2016). ISCI (INTERNATIONAL SUMMER COURSE ON IMOGIRI SAUJANA HERITAGE). Yogyakarta: Center for Heritage Conservation Department of Architecture and Planning Faculty of Engineering UGM. Diakses pada laman berikut :  https://isciugm.wordpress.com/about/saujana-heritage/

Chc.ft. (2017). Pekerjaan Penyusunan Rencana Terpadu dan Jangka Menengah Kawasan Strategis Keistimewaan . Yogyakarta: Pusat Pelestarian Pustaka Departemen Arsitektur dan Perencanaan FT UGM. Diakses pada laman berikut : https://chc.ft.ugm.ac.id/pekerjaan-penyusunan-rencana-terpadu-dan-jangka-menengah-kawasan-strategis-keistimewaan/

Chc.ft. (2017). Pendampingan Masyarakat Merancang Tata Pamer Batik Dan Tata Ruang Dalam Toko / Galeri Batik dan Homestay , Kelompok Batik Sekar Arum, Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, DIY.  Yogyakarta: Pusat Pelestarian Pustaka Departemen Arsitektur dan Perencanaan FT UGM. Diakses pada laman berikut :   https://chc.ft.ugm.ac.id/pendampingan-masyarakat-merancang-tata-pamer-batik-dan-tata-ruang-dalam-toko-galeri-batik-dan-homestay-kelompok-batik-sekar-arum-dusun-giriloyo-desa-wukirsari-kecamatan-imogiri-diy/

Fazlysuper. (2020). Pusaka Saujana : Imogiri Yogyakarta. Bogor : Gunadarma University. Diakses pada laman berikut: https://fazlysuper.wordpress.com/2020/04/02/pusaka-saujana-imogiri-yogyakarta/

Fitria Puspita Rani, Hanson E Kusuma, Athina Ardhyanto/ (2018). Pariwisata Pusaka : Destinasi dan Motivasi Wisata di Pusaka Saujana Imogiri Yogyakarta. Semarang : Jurnal Planologi Fakultas Teknik Unissula. Diakses pada laman berikut :  http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psa/article/view/3524  

Kanki, K.,dkk.2015.Borobudur as Cultural Landscape: Local Communities’ Initiatives for the Evolutive Conservation Pusaka Saujana Borobudur. Kyoto: Kyoto University Press and Trans Pacific Press. 

Kapanewon Imogiri. (2021). Pemerintah Kabupaten Bantul Kapanewon Imogiri Profil. Yogyakarta: Pemerintah Kabupaten Bantul. Diakses pada laman berikut :

https://kec-imogiri.bantulkab.go.id/hal/profil

Priatmojo Galih. (2021). Investor Besar Bakal Masuk, Pegiat Wisata Sungai Oya di Imogiri Resah. Suara.com . Diakses pada laman berikut: https://today.line.me/id/v2/article/M9DwGj 

Pujiharto, Soleh, Anwar. (2021). Pelatihan Penulisan Feature Pengalaman Warfa Selama Masa Pandemi di Desa Tamantirto, Kasihan, Bantul. Yogyakarta: Bakti Budaya Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat UGM. Diakses pada laman berikut : https://journal.ugm.ac.id/v3/BAKTI/article/view/1284   

Unesco World Heritage Centre. (n.d). Cultural Landscapes. Diakses pada laman berikut:http://whc.unesco.org/en/culturallandscape/#1   

Wibowo Monica. (2020). Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Kawasan Wisata Alam Budaya Di Dusun Pelemadu, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri Dengan Pendekatan Arsitektur Konstektual. Yogyakarta : Program Studi Arsitektur FT UAJY . Diakses pada laman berikut :http://e-journal.uajy.ac.id/23269/1/1601165171.pdf  

Ikuti tulisan menarik Ade Luthfy lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler