Isa bangun dari tidurnya
Wajahnya yang bersahaja terpana
Ada gemerlap di mana-mana
Yang bintang timur pun kalah bercahaya
Memancar dari etalase-etalase mall
Yang berisi gempita mereka yang bergairah berbalanja
Tubuh lebih penting dari pakaian
Makanan lebih penting dari hidup
Kata mereka
Dan Isa ternganga karena ucapan itu
Karena Ia tak pernah berkata begitu
Bahkan lahirnya pun di kandang berdebu
Di tengah gejolak sosial tak menentu
Kedua mata Isa menatap cemara yang berkilau
Seperti diguyur berlaksa cahaya di setiap sudut ruang
Serta boneka boneka santa naik kereta dan terbang
Semua menjadi wajah natal selalu begitu sejak dulu
Isa tertegun melihat wajah-wajah sunyi sepulang ibadah
Di tangan mereka hanya membawa door prize belaka
Sementara makna kotbah tertinggal di bangku gereja
Lalu masuk kamar bikin postingan dan melepas lelah
Isa berhenti, lalu bertanya dalam hati
Jadi benarkah mereka mengenal siapa aku?
Jika Natal telah dirampok di tikungan
Oleh para pedagang hanya demi keuntungan
Lalu menerjemahkan Natal hanya merah hijau
Pohon terang kakek berjanggut pembawa hadiah
Pertunjukan-pertunjukan heboh di depan altar
Makan malam mewah dengan setelan berkelas
Isa memandangi semua itu
Sambil menyuapi seorang anak kelaparan
sementara ibunya tergolek lemas karena sakit
Di sebuah emperan toko di tengah hujan bulan Desember
Ikuti tulisan menarik YE Marstyanto lainnya di sini.