x

Iklan

Anita Rakhmi Shintasari

Guru BK SMPN 22 Semarang-Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Kamis, 23 Desember 2021 07:49 WIB

Merancang Rencana Menuju Aksi Nyata

Disetiap akhir modul dalam Pendidikan Guru Penggerak akan selalu ada tagihan berupa unjuk kerja sebagai bukti pemahaman kita mengenai konsep dan materi yang telah dipelajari. Unjuk kerja dituangkan dalam sebuah dokumentasi yang bisa direkam dan diamati sehingga benar-benar menjadi penyemangat diri untuk berkreasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengikuti pendidikan guru penggerak yang berlangsung selaman 9 bulan ternyata sangat menyenangkan dan dinamis. Materi yang terangkum dalam tiga modul disampaikan secara bertahap. Tidak terasa modul 1 telah selesai dipelajari dalam waktu kurang lebih tiga bulan. Banyak sekali hal baru yang ditemui disini. Mulai dari pemahaman tentang pendidikan, apa itu merdeka belajar, bagaimana peran seorang guru penggerak, nilai yang harus dimiliki dan strategi untuk dapat merancang sebuah perubahan.

Semua materi diolah dan diramu begitu apik sehingga terasa ringan dan mudah untuk diserap. Kegiatan belajar yang dilakukan secara daring tidak terasa membosankan, bahkan lebih terasa menyenangkan, karena waktu belajar yang bisa dipilih sesuai dengan kesempatan yang kita miliki. Tugas yang harus diselesaikan meskipun cukup banyak, tetapi memberi kesempatan untuk belajar dan mengasah keterampilan dalam menguasai teknologi. 

Di modul 1.4 yang membahas tentang budaya positif, semakin terbuka pemikiran dan pemahaman tentang bagaimana sebaiknya membangun lingkungan belajar agar dapat merangsang dan memotivasi murid untuk berkembang dan mengasah ketrampilan hidupnya dengan tetap berpegang teguh pada nilai kebajikan yang ada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahapan yang harus dijalani untuk dapat membangun budaya positif diawali dengan kesadaran akan 5 kebutuhan dasar yang mendasari akan perilaku seseorang, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup, kesenangan, penguasaan, cinta kasih, kebebasan dan bisa atau mampu. Dengan memahami kebutuhan dasar ini, kita akan lebih mudah memahami alasan perilaku yang kurang sesuai dari seseorang sehingga lebih mudah pula menemukan strategi yang tepat untuk bersama-sama melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Disamping memahami akan 5 (lima) kebutuhan dasar dalam berperilaku, kita juga perlu memperhatikan 5 (lima) posisi kontrol dalam menghadapi seseorang yang berperilaku kurang sesuai. Posisi kontrol yang dimaksud adalah sebagai Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Menempatkan diri sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah, tentunya tidak akan memperbaiki keadaan tetapi bisa bertambah runyam. Tetapi memilih posisi sebagai teman juga tidak bisa selalu begitu, karena akan membuat ketergantungan dan sulit untuk memandirikan. Posisi paling ideal adalah sebagai Manajer dan diikuti pemantau. Dengan posisi ini kita akan berkesempatan untuk mendorong murid menyadari kesalahannya dan menemukan kebutuhan dasarnya serta merencanakan solusi dari kesalahannya. Butuh latihan yang intensif agar kita dapat menjalankan posisi sebagai seorang manajer, sebab jika tidak hati-hati dalam mengucapkan kalimat, dapat diterima salah.

Setelah memahami tentang 5 (lima) kebutuhan dasar dan posisi kontrol, maka tahap berikutnya agar kita dapat membangun budaya positif adalah dengan menjalankan segitiga restitusi. Praktik restitusi ini sangat baik untuk dilakukan sebagai bentuk penerapan disiplin positif.  Selanjutnya, setelah seluruh tahapan dipelajari dalam modul 1.4, maka tahap berikutnya adalah melakukan aksi nyata. Sebuah rancangan muncul dalam angan-angan  untuk dapat mewujudkan aksi nyata tentang budaya positif. Salah satu rancangan yang telintas adalah bagaimana membuat keyakinan kelas sebagai pijakan awal untuk dapat mewujudkan budaya positif. Mengawali dari kelas kemudian menjadi keyakinan sekolah yang selanjutnya akan menjadi "brand" dari lingkungan belajar. Pelibatan murid, rekan sejawat dan bahkan orang tua menjadi penting, karena mereka merupakan unsur utama yang menjadi sasaran dari budaya positif. Harus terus bersemangat dan tak berhenti berbuat, agar apa yang ada diangan-angan bisa muncul nyata di permukaan. 

Ikuti tulisan menarik Anita Rakhmi Shintasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler