x

Iklan

Yuanita Fitriyana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Desember 2021

Kamis, 23 Desember 2021 07:48 WIB

Kesetiaan Layaknya Sepasang Sepatu Tua

Sepatu adalah sebuah benda mati yang bisa kita ambil pelajaran. pelajaran apa yang bisa kita ambil? yaitu sebuah kesetiaan, sepatu digunakan oleh seseorang karena merasa nyaman saat digunakan dan sepatu selalu menemani kita dimana langkah kaki ingin pergi tetapi semua itu juga tidak selalu berjalan indah pasti akan ada perpisahan entah sepatu itu sudah tidak layak untuk digunakan atau sudah tidak muat dipakai lagi. ibarat dalam hubungan jika tidak sejalan maka akan berujung perpisahan, dalam kesetiaan kita akan menanti apakah akan kembali atau berpisah selamanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan ini akan mengulas sebuah kesetiaan yang diibaratkan seperti “Sepasang Sepatu Tua”.  Di dalam puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono ini mempunyai makna, yaitu layaknya manusia yang hidup berpasangan atau saling berdampingan, sepasang manusia yang hidup dengan penuh rasa kasih dan cinta, tetapi akan berpisah, baik dipisahkan oleh maut ataupun  sudah tak sejalan.

Puisi “Sepasang Sepatu Tua” ini menggambarkan bahwa cinta itu bisa didapatkan dengan kesederhanaan, tanpa meminta timbal balik. Kita bisa melihat bahwa sepasang sepatu akan terlihat indah bila sudah menemukan kenyamanan dengan sepasang kaki, itu tertulis pada bait puisi yang berbunyi “keduanya telah jatuh cinta kepada sepasang telapak kaki itu.”  Terkadang, banyak orang yang bingung jika ingin membeli sebuah sepatu. Mereka akan melihat harga, merek, bahan, dan modelnya. Jika mereka tertarik dan nyaman maka akan mereka beli. Dari hal tersebut kita dapat belajar bahwa memilih pasangan tidak sembarangan layaknya sepatu yang ingin kita pakai untuk menemani ke mana pun kaki melangkah.

Terkadang manusia sering mengabaikan bahwa rasa suka, rasa nyaman, dan rasa cinta itu dimulai dari mata lalu turun ke hati. Sama halnya jika kita ingin membeli sepatu. Bila tertarik dilihat maka akan memutuskan untuk membelinya. Kesetiaan ibarat sepasang sepatu tua, mereka selalu berdampingan dari waktu awal dibeli hingga mungkin berpisah. Mereka hanya mengandalkan kesetiaan itu, mereka berjalan beriringan menikmati keseharian bersama-sama. Akan tetapi, suatu saat mereka berpisah entah karena sepatunya sudah tidak muat, sudah tidak nyaman, atau sudah tidak tertarik. Sama halnya dengan pasangan, jika sudah tidak sejalan maka jalan pintasnya yaitu sebuah perpisahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam bait “sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua” artinya, yang mengerti dan memahami hanya mereka walau banyak sekali orang yang mungkin ingin membantu untuk memahami, tetapi hanya kepada pasanganlah kita dapat memahami suka dan duka saat bersama. Kesetiaan mungkin dapat kita ibaratkan dengan kepahitan, terkadang kita hanya menanti dan menunggu sesuatu yang mungkin tidak bisa kembali lagi. Sepatu yang sudah tidak layak untuk digunakan mungkin akan disimpan atau dibuang karena pemiliknya berpikir tidak ada gunanya jika disimpan. Hadir dalam bahagia, belum tentu hadir dalam duka.

Sepasang sepatu tua ini mengisyaratkan kepada kita bahwa bisa didapatkan dengan sederhana. Di dalam kesederhanaan ini akan membentuk sebuah kesetiaan yang akan sangat panjang dan lama dalam penantian, seperti layaknya sebuah sepasang sepatu tua yang dijatuhkan pada kaki orang yang tepat.

Dapat disimpulkan kembali bahwa dalam memilih pasangan kita dapat belajar dari sebuah “sepasang sepatu tua”, kita akan menemukan pasangan yang sederhana dan setia dengan cara melihat serta mengamati terlebih dahulu apakah kita nyaman dan sejalan dengan dia? Karena jika semua itu tidak kita dapatkan, nantinya akan takut bahwa akan mengalami sebuah perpisahan. Contohnya adalah sebuah sepatu, kita akan berjalan beriringan dan mempunyai tujuan untuk melangkah bersama itu mungkin terlihat sederhana, tetapi hal tersebut mengajarkan kita bagaimana mempunyai pasangan yang sejalan agar tidak ada perpisahan.

Kesetiaan di dalam sepatu seperti ini jika keduanya masih layak bersama maka akan berjalan terus beriringan. Namun, jika salah satu dari sepatu itu tidak bisa digunakan kembali, jalan satu-satunya ialah dibuang atau tidak digunakan lagi. Begitu pula dengan pasangan, jika tidak ada lagi kesamaan maka akan berpisah dan jangan sampai terus menanti dan tidak ada kepastian. Karena dalam sebuah hubungan, nomor satu ialah kesetiaan.

Ikuti tulisan menarik Yuanita Fitriyana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler