x

timnas

Iklan

windhu prasetyo simson

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2021

Kamis, 30 Desember 2021 12:46 WIB

Menyikapi dengan Obyektif Kekalahan Timnas Garuda di Leg Pertama Final AFF 2020

Sebagai publik penggemar sepakbola hendaknya kita bisa bersikap obyektif atas kekalahan tersebut.  Timnas Garuda yang dibawa ke pentas AFF kali ini jauh berbeda dengan timnas AFF sebelum-sebelumnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada Leg pertama final Piala AFF 2020 Timnas dikalahkan dengan 4-0 oleh Thailand. Wajar kita akan kecewa jika  tim  yang kita bela mengalami kekalahan. Berbagai komentar atas kekecewaan itu dapat dengan mudah kita temui di media sosial. Secara perhitungan matematis pun akan susah bagi timnas garuda untuk membalikkan keadaan mengingat secara aggregate  juga sudah tertinggal sangat jauh.

Akan tetapi sebagai publik penggemar sepakbola hendaknya kita bisa bersikap obyektif atas kekalahan tersebut.  Timnas Garuda yang dibawa ke pentas AFF kali ini jauh berbeda dengan timnas AFF sebelum-sebelumnya.

Kita masih ingat pada tahun 2010, ketika itu Timnas Garuda benar-benar tampil sebagai tim unggulan. Diperkuat oleh sejumlah pemain bintang dari Christian Gonzales, Irfan Bachdim, Bambang Pamungkas, Tony Sucipto, Okto Maniani, Firman Utina dan masih banyak lagi. Di atas kertas pun kita sangat diunggulkan bukan hanya oleh publik dalam negri tapi juga oleh publik dan media di Asean. Karena secara kualitas memang timnas kita sedang berada di puncak . Pujian pun diberikan secara bertubi-tubi oleh berbagai pihak tersebut terhadap Garuda. Akan tetapi ketika final tiba hasilnya pun kita kalah aggregate dari Malaysia dalam pertandingan dua leg. Semua pihak seakan tidak percaya dengan hal tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Timnas Garuda masuk final lagi pada gelaran AFF tahun 2016, meskipun tidak sekuat tim pada tahun 2010, akan tetapi pada tahun 2016 tersebut timnas masih diperkuat beberapa bintang dari Kurnia Mega, Hansamu Yama, Beny Wahyudi , Stfano lilipaly, Andik Vermansyah dan masih banyak lagi. Saat itu timnas masih dipandang sebagai salah satu kandidat juara Piala AFF. Peluang untuk menjadi juara pun sangat besar apalagi ketika final di leg I berhasil unggul 2-1 atas Thailand, akan tetapi lagi-lagi gagal karena di leg 2 kalah 0-2, kalah secara  aggregate.

Pada gelaran AFF 2020 kali ini justru Timnas garuda tampil dengan sangat berbeda setidaknya jika kita bandingkan dengan Timnas AFF 2010 dan 2016. Kali ini coach Shin Tae Yong berani menggunakan pemain muda, dengan usia rata-rata 23,7 menjadi tim termuda kedua di turnamen ini. Sudah barang tentu sebagian besar adalah pemain yang masih minim jam terbang bermain di level internasional. Keberanian untuk menggunakan pemain muda ini patut diapresiasi.

Oleh karena itu pula Timnas Garuda kali ini sama sekali bukan tim unggulan alias sebagai tim underdog.  Di awal turnamen masih segar dalam ingatan kita kalau mereka sama sekali tidak diunggulkan bahkan untuk sekedar masuk ke semifinal. Di grup ini yang diunggulkan masuk semifinal adalah Vietnam dan Malaysia.  

Sudah jelas tidak bisa dipungkiri kehadiran coach Shin Tae Yong sangat berperan besar dengan keberhasilan timnas garuda masuk final AFF 2020 kali ini.   Coach Shin Tae Yong hadir ketika timnas kita begitu terpuruk setelah di tinggal oleh Luis Milla dan terbukti dua pelatih  pengganti setelah Luis Milla pun tidak bisa berbuat banyak untuk mengangkat timnas.

Seandainya yang menjadi indikator adalah statistik sejak dipegang Shin Tae Yong pun sudah sangat baik. Mulai dari kemenangan atas China Taipei di Play off Piala Asia, menahan seri Vietnam ( 2 pertandingan sebelumnya kalah terus ), menang lawan Malaysia ( 2 pertandingan sebelumnya kalah terus ), seri dan menang melawan Singapura di semifinal  ( pertemuan terakhir tahun 2018 timnas Garuda kalah)  . Dari cara bermain pun sejauh ini juga sudah cukup baik utamanya adalah penguatan fisik dan mental.

Kekalahan telak dari Thailand semalam dalam final AFF leg pertama kemarin  tentunya selain kalah dari sisi teknik,  timnas juga kalah dalam hal ketenangan dalam bermain. Hal itu terlihat setelah tertinggal 2-0 permainan mulai kacau, strategi sudah tidak bisa jalan. Serangan Thailand yang seharusnya bisa dihalau pun sudah tidak bisa dihalau sama sekali. Terlihat jelas kualitas Thailand di atas kita.

Akan tetapi kita patut bersyukur bahwa skuad AFF timnas Garuda kali ini dihuni oleh mayoritas pemain muda, sehingga mereka adalah aset timnas yang jelas sangat berharga untuk 5-7 tahun kedepan. Jika model dan sistem kepelatihannya tepat bukan tidak mungkin dalam periode tersebut timnas Garuda bisa berbicara lebih jauh di tingkat Asia.

Sejauh ini coach Shin Tae Yong sudah bisa memberi bukti. Dia jelas memiliki visi jauh ke depan untuk membuat Timnas Garuda secara fundamental lebih kuat tidak hanya sekedar memberi kemenangan saja.   Jadi sekali lagi bahwa di dalam membentuk timnas yang kuat tidak bisa instan sekali jadi kemudian langsung ada hasil tapi butuh proses bertahun-tahun, dan juga tentunya butuh konsistensi.

Bukankah dengan masuk final AFF 2020 pun sudah hal yang sangat baik, karena di awal turnamen Timnas Garuda kita tidak diunggulkan?  Kita boleh ingat pada AFF 2018 yang lalu bahkan untuk masuk semifinal pun Timnas Garuda tidak mampu.   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik windhu prasetyo simson lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler