Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Orang yang terinfeksi virus ini akan mengalami penyakit pada saluran pernafasan ringan hingga sedang. Virus SARS-CoV-2 menular melalui kontak dekat dan melalui aerosol atau droplet (percikan pernafasan). Karena sifatnya yang sangat menular dan berbahaya WHO pun menghimbau negara-negara untuk melakukan lockdown untuk mengurangi penyebaran Covid-19 tersebut.
Berkenaan dengan itu, pemerintah Indonesia mengimplementasikan Pembatasan Sosial Berskala Besar yaitu pembatasan kegiatan penduduk dalam suatu wilayah yang berakibat seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah dihentikan dan pembelajaran pun dilakukan secara online dari rumah. Guru, dosen dan murid “dipaksa” untuk beradaptasi dengan model pembelajaran online. Model pembelajaran online sebenarnya sudah ada jauh sebelum pendemi COVID-19.
Pada tahun 2000-an perusahaan perusahaan di Amerika Serikat mulai menggunakan e-learning untuk meningkatkan pengetahuan karyawan-karyawannya. Karyawan diberikan akses terhadap program informasi sehingga karyawan dapat belajar meskipun jauh dari kantor. Pembelajaran secara online memiliki beberapa kelebihan antara lain meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan efisiensi dari segi biaya (Panigrahi et al., 2018).
Meski memiliki banyak kelebihan dibanding pembelajaran tradisional, bukan berarti pembelajaran secara online tidak memiliki kekurangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh (online) yang berkepanjangan memiliki efek negatif seperti hilangnya pengetahuan atau kemampuan dari murid, kemunduran proses akademik, tingkat putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran dan lain-lain. Untuk itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan Menteri Agama, Menteri Kesehatan serta Menteri Dalam Negeri membuat suatu keputusan bersama yang salah satu isinya menghimbau satuan pendidikan untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka secara terbatas. Terbatas disini dalam artian segi kapasitas murid dalam satu kelas dan segi waktu. Murid yang masuk kelas hanya 50% dan pembelajaran dibatasi hanya selama 2 jam. Hal ini membuat pembelajaran yang asalnya dilakukan secara online beralih menjadi pembelajaran secara blended.
Blended learning adalah pembelajaran hybrid atau kombinasi dari pembelajaran secara online dan pembelajran secara tatap muka. Pembelajaran ini memungkinkan agar murid dapat berinteraksi langsung dengan murid lainnya maupun dengan guru sehingga muncul koneksi personal satu dengan yang lain. Selain itu guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman muridnya, ada miskonsepsi atau tidak, yang mana tidak dapat kita temui pada pembelajaran online. Waktu pembelajaran tatap muka yang terbatas dapat diatasi karena dalam pembelajaran blended terdapat pembelajaran online (Lapitan et al.,2021) . Guru dan dosen dituntut untuk kreatif dalam mengkombinasikan pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka di dalam blended.
Sudah hampir 3 tahun pandemi berjalan, jumlah orang yang terkena Covid-19 menurun setiap harinya. Jumlah orang yang telah divaksinasi pun meningkat. Cepat atau lambat, pendemi Covid-19 ini akan berakhir. Lalu bagaimana dengan pembelajaran di sekolah setelah pandemi selesai? Banyak sekolah yang menerapkan model pembelajaran seperti sebelum pandemi yaitu tatap muka saja.
Padahal seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pembelajaran secara blended lebih memiliki keunggulan dibanding pembelajaran tradisional tersebut. Kita bisa menerapkan pembelajaran blended walaupun secara intruksi dari sekolah pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai guru misalnya dengan model flipped classroom, yaitu salah satu jenis pembelajaran blended dimana materi diberikan secara online sebelum tatap muka dan ketika waktu pembelajaran tatap muka di lakukan diskusi kelompok, studi kasus, atau kegiatan pembelajaran aktif lainnya.
Bisa juga dengan model station rotation yang mana juga termasuk jenis pembelajaran blended yaitu pembelajaran tatap muka dibagi kelompok-kelompok yang akan berhenti bergantian pada suatu station atau pos, misal pada pos 1 kelompok diberikan tugas diskusi, pada pos 2 diberikan tugas studi kasus secara online, pada pos 3 pos kolaborasi. Masih banyak contoh pembelajaran blended lainnya yang kita dapat terapkan, tugas kita sebagai guru meramu dan meracik model yang akan kita gunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid kita.
Daftar Pustaka
Lapitan, L. D., Tiangco, C. E., Sumalinog, D. A., Sabarillo, N. S., & Diaz, J. M. (2021). An effective blended online teaching and learning strategy during the COVID-19 pandemic. Education for Chemical Engineers, 35, 116-131. doi:10.1016/j.ece.2021.01.012
Panigrahi, R., Srivastava, P. R., & Sharma, D. (2018). Online learning: Adoption, continuance, and learning outcome—A review of literature. International Journal of Information Management, 43, 1–14. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2018.05.005
Evita Nury Hariyanti
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Biologi (S2),
Universitas Negeri Jakarta
Ikuti tulisan menarik evita hariyanti lainnya di sini.